"Apa yang kau lakukan disini?!!"Pertanyaan ayahnya menggema. Suaranya begitu kontras dengan suasana sepi dini hari di istananya hari ini. Dingin yang semakin menyelimuti menambah kesan yang menegangkan disana.
Jimin menghentikan kegiatannya. Dirinya menatap penuh suasana di depan sana. Meskipun keadaan dapur gelap, tetapi ruang tengah disana terang benderang, membuat dirinya mudah mengamati apa saja yang terjadi disana.
"Bukankah memang seharusnya aku menjenguknya, Tuan Park?" Teriak seseorang tersebut.
Selain jawabannya yang ambigu, Jimin terkesiap mendengar suaranya. Benar. Dia adalah seorang wanita dengan busana hitam-hitamnya.
Jimin tidak terlalu mengetahui bagaimana rupa wanita tersebut karena posisinya membelakangi dapur.
Jimin tidak terlalu memperhatikan bagaimana reaksi raut wajah ayahnya diatas sana setelah mendengar jawaban wanita tersebut. Jimin terlalu fokus melihat postur tubuh wanita itu yang seperti seumuran dengan ibunya, sehingga Jimin baru disadari oleh gema suara langkah ayahnya yang berirama.
Jimin kembali fokus mengamati semuanya hingga dirinya terpaksa membungkam mulutnya tidak percaya, bahwa ayahnya disana langsung menampar wanita tersebut ketika tiba tepat di hadapannya.
Wanita tersebut langsung tersungkur terduduk sempurna di depan ayahnya. Wanita itu juga tidak menyangka bahwa ayah Jimin akan langsung menamparnya.
"Kau sama tidak pantasnya dengan dia! Karena, dia! Istriku meninggal!!" Teriakan ayahnya memenuhi ruangan. Tangannya menunjuk-nunjuk pada wanita dibawahnya.
Jimin terdiam.
Maksud dari pernyataan wanita tadi dengan penyebab kematian ibunya, apa?
Apakah wanita ini ada sangkut pautnya dengan dirinya?"Ketidakpantasan ini karena dirimu, Tuan Park! Kau yang memulai semua ini! Kau penyebab dari semua ketidakpantasan yang kau sebut tadi! Karenamu juga, semuanya berakhir rumit seperti ini!" Ujar wanita itu tidak mau kalah. Dirinya menatap nyalang ayah Jimin didepannya.
"Aku bahkan tidak tahu jika kita pernah melakukannya!" Sanggah ayah Jimin tidak peduli.
"Benar! Kamu tidak tahu dan tidak tahu-menahu! Setelah mendengar anak kandungmu meninggal tepat saat melahirkan, kau langsung merebut anakku! Bersandiwara seakan-akan dia adalah anak kalian berdua! Beruntung saja aku masih mau merawat kandunganku setelah berhubungan denganmu yang mabuk saat itu! Dan sekarang, kau mau mencegahku hanya untuk menjenguk anak sendiri?! Apakah kau sudah lupa dengan semua janjimu,Tuan Park??!" Tanya wanita itu tidak percaya. Nadanya seakan-akan menuntut dan menyudutkan setiap sanggahan ayah Jimin.
"Ya, memang benar! Aku menukar anakmu agar istriku tidak kecewa kehilangan anaknya. Aku terlalu mencintainya! Karena itu, aku mau melakukannya! Kita sudah menjalankan kesepakatan agar kau menjenguk anak itu di dini hari tanpa sepengetahuan istriku. Tetapi gara-gara kecerobohanmu, istriku mengetahui semuanya dan memilih mati meninggalkan semuanya!!" Ungkap ayah Jimin sembari berteriak di kalimat terakhir.
Membuat wanita didepannya tanpa sengaja turut berderai air mata. Mereka berdua saling mengeluarkan isi hati mereka yang terpendam bertahun-tahun. Mengungkap semua kejadian asli yang selama ini tersembunyi rapat tanpa ada orang yang mengetahui.
Entah mengapa, Jimin merasa tidak tahu cara bernafas. Dadanya terasa sesak. Hatinya terasa sangat sakit sekali.
Jimin menatap hari dia orang yang berada tidak jauh di depannya. Mereka berdua saling menundukkan kepala, menangisi takdir berat yang menimpa mereka.
Jimin merasa, keberadaannya selama ini tidak berguna. Kasih sayang yang ia terima dari ibunya selama ini hanya fiksi semata. Alasan dirinya menjadi penyebab kematian ibunya memang benar adanya.
Jimin menelan ludahnya susah payah. Matanya tiba-tiba memburam. Air matanya meluruh bukti dari hatinya yang terasa berkeping-keping seperti kehidupannya.
Jimin masih tidak percaya dengan fakta besar yang baru saja ia terima. Tetapi melihat kedua orang tersebut yang mengungkapkan semuanya secara emosional, membuat Jimin tidak bisa melakukan apapun.
Jika dirinya memang bukan anak kandung ibu, melainkan anak kandung wanita itu. Mengapa ayahnya masih mau mengurusnya? Mengapa ayahnya memaksa dirinya mengerjakan semua tugas perusahan yang belum tentu ia menjadi pewaris sahnya.
Jimin terdiam. Banyak pertanyaan yang bermunculan di kepalanya. Banyak pertanyaan yang menyeruak menuntut untuk mendapatkan jawaban.
Jimin langsung paham alur kehidupannya. Jimin langsung paham cerita kehidupannya yang serumit ini dari cerita singkat dua orang didepannya. Jimin paham.
Jimin dengan status 'tidak berguna'-nya.
Jimin menatap sarapannya dan bergumam pelan, "sebuah kejutan kenyataan yang menyakitkan."
Entah inisiatif dari mana, Jimin mencoba untuk berdiri dari tempat duduknya. Berusaha kabur. Berusaha pergi. Berusaha keluar dari suasana menyesakkan itu.
Berlari pelan entah kemana, asalkan dirinya bisa bebas dari suasana itu. Suasana sepi, sunyi, tetapi menghanyutkan.
Jimin tidak menghiraukan kejadian selanjutnya. Jimin juga menatap tidak minat sarapannya. Hanya satu yang selalu menarik perhatian Jimin sedari tadi.
Satu pisau yang berada di keranjang buah, tepat berada ditengah meja makan di depannya.
Sebum berdiri, dirinya masih sempat membawa pisau itu. Menggenggamnya tanpa ragu dan pergi.
Berlari dengan cepat tanpa menimbulkan suara menuju taman buatan dibelakang rumahnya. Taman buatan khusus yang dibuat sesuai rekomendasi ibunya dulu.
Tunggu dulu. Apakah Jimin masih pantas menyebutnya ibu?
Jimin menghiraukan semuanya. Dirinya mencoba menghalau air matanya yang menghalangi langkahnya.
Jimin harus pergi dari tempat tadi. Jimin tidak siap untuk mengetahui cerita lengkapnya jika mereka berdua masih terus mengungkapkan semua kejadian masa lalu. Jimin tidak siap.
Bukan tidak siap.
Tetapi dirinya sudah terlanjur mengklaim, Jimin si anak yang tidak diinginkan. Jimin si anak tanpa status. Jimin, si anak tidak berguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gomawo✔️
FanfictionSuatu hal yang tak pernah terlintas di pikiranku dan tidak pernah aku bayangkan. Kejadian yang berakhir begitu saja tanpa ada perlawanan. Aku mengakui itu_pjm ⚠️alur cerita murni ide dari penulis ⚠️JANGAN PLAGIAT YA SAYANG❤ (karena cerita ni muncu...