11

1.2K 103 24
                                    

Flash back on

Jimin menceritakan semuanya kepada Taehyung. Mulai dari ia makan pagi hingga sosok ibu kandungnya, juga isi surat pita hitamnya kemarin.

Sampailah Taehyung bertanya. "Jadi, apa isi kertas merahnya, Jim?" tanya Taehyung hati-hati.

Kekehan jimin sejenak berhenti, matanya menyendu. Genggaman tangannya pada genggaman Taehyung mengendur.

"Itu.. A.. Aku—“
"Aku tidak sanggup membuka kertasnya, Tae. Hiks.. Hiks.." Tangis jimin pecah. Ia tidak kuasa membayangkan bagaimana keadaan dan suasananya saat itu.

Taehyung menyimak seksama. Dirinya juga turut hanyut dalam cerita sahabatnya itu. Taehyung tidak memaksa. Tetap menunggu. Memberikan cukup jeda untuk Jimin.

Jimin butuh segalanya.
Ia butuh waktu tuk mengeluarkan segalanya.

Jimin butuh ruang tuk mencurahkan segalanya.

Jimin butuh teman tuk mendengarkan semuanya.

Butuh sandaran, pegangan, dan pondasi untuk kehidupan hancurnya.
Dan semua itu hanya ada pada Taehyung.

Ya. Taehyung tetap Menunggu. Memberikan segala kebutuhan yang dibutuhkan sahabatnya itu.

Setelah itu, Jimin meminta jas seragam sekolahnya untuk diambilkan. Taehyung tak banyak bicara, tak banyak tanya. Ia melakukan apapun yang dibutuhkan sahabatnya. Nampak tangan jimin bergetar mencari sesuatu di saku jasnya.

"Ka.. Karena aku tidak sanggup, Tae. Aku percayakan kertas ini kepadamu. Ak.. Aku ingin kau menyimpannya. Aku percaya padamu, Tae. Aku percaya padamu melebihi rasa percayaku pada diriku sendiri. Aku tidak tahu apa itu isinya. Hanya Eomma yang tahu dan mungkin pada akhirnya kau yang akan tahu.

Taehyung hanya diam. Ia memperhatikan gulungan kertas pita merah tersebut di genggamannya. Kertas dengan sedikit bercak darah dan tanah.

Namun ia tidak kuasa untuk mengintipnya. Jika Jimin, si pemilik kertas ini tidak kuasa. Apalagi dirinya?

"Kau berjanji kan, Tae?" Tanya Jimin memecah keheningan.

"Ah, tentu saja, Chimmyku…" Canda Taehyung mencubit pipi Jimin.

"Aish.. Sejak kapan namaku berubah, Eoh?!" Serah Jimin tidak terima dengan panggilan Taehyung kepadanya.

"Entahlah! Nama itu keluar begitu saja dari mulutku." Bel Taehyung sembari memasukkan gulungan kertas Jimin di saku jasnya.

Jimin terkekeh geli. Sesekali tertawa saat taehyung melontarkan candaan garing.

Taehyung memandang Jimin dalam diam. Sesekali ia tersenyum tipis, saat Jimin tertawa dengan matanya yang menyipit.

Semoga selalu bahagia kamu, Jim!

Flashback off


Lamunan Taehyung buyar seketika, ketika Seokjin sudah membanting pintu mobil dengan sangat keras. Seokjin turun dari mobil dan segera memasuki gedung di depannya. Taehyung hanya menghembuskan napasnya pasrah. Memang kedua hyungnya sama-sama ceroboh.

Taehyung sedikit mengenyahkan kenangan Jimin yang tiba-tiba terputar di pikirannya selama perjalanan.
Disana. Di Depannya. Seokjin sudah mengomel, karena memang acara hari ini mereka datang sangat terlambat.

Taehyung mengeratkan jasnya sekali lagi. Mengecek barangnya. Juga tak lupa meraba saku kanan jasnya.

Jika Jimin mempercayakan rahasia itu padanya. Maka ia akan menjaganya pula, dan akan membawanya kemana-kemana.

Gomawo✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang