19

1.2K 97 54
                                        

Flash back on

"Aku tidak tahu jika Taehyung bisa seceroboh itu."

Gerutu tuan Kim setelah mengirim pesan pada Taehyung untuk memintanya datang kerumah bukan menyusulnya ke bandara. Insting ayah memang benar. Sebenarnya dirinya ingin memperingati Taehyung untuk langsung ke rumahnya, tetapi tadi tiba-tiba panggilannya diputus secara sepihak. Jadinya dirinya mengirim pesan itu.

Tuan Kim akan bertanya mengenai mengapa Taehyung mengulurkan banyak waktu sampai saat ini. Dirinya akan meminta penjelasan kepada anak bungsunya itu.

Namun, belum sampai tuan Kim duduk di sofa ruang tengah, kegaduhan mulai bermunculan. Dimulai dari ruang kerjanya, disusul kegaduhan dari kamarnya, setelah itu berurutan ke kamar putranya yang berada di lantai atas.

Kegaduhan tetap tidak berhenti dan saling bersahutan, seperti mulai melempar benda apa saja yang berada dalam tiap ruangannya. Tuan Kim terdiam dan tidak mampu melakukan apa-apa.

Ia mulai bergerak dan menatap seantero rumahnya yang mulai hancur tersebut. Namun belum sempat ia melihat seseorang bermasker hitam keluar dari ruangannya, kegelapan menyelimutinya disusul kegaduhan yang lainnya.

-

Sepeninggal Jimin dan ahjussi untuk membeli sesuatu.

Namjoon dan Seokjin memutuskan untuk beristirahat dan saling menyandarkan kepalanya pada sofa masing-masing. Menengadahkan kepala mereka untuk menghilangkan pusing sekejap.

Namjoon merasa ada yang mengikuti mereka sedari tadi, namun ia berusaha menepisnya. Mungkin orang tersebut ingin duduk juga tidak jauh dari keberadaan mereka berdua.

Tidak berlangsung lama Seokjin membuka suara.
"Sepertinya Jimin belum bisa beradaptasi, Namjoon-ah..”

"Ehm, benar. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal. Entahlah.. Mungkin anak itu berusaha untuk beradaptasi,” dirinya menjawab percakapan Seokjin tersebut setelah terdiam lama.

Namun, hawa sekitar Namjoon terasa sesak. Panas menyergap keadaannya setelah menjawab pertanyaan hyungnya.

Namjoon tidak mengerti dengan pertanyaan Seokjin selanjutnya, karena kesadarannya hilang dengan tubuhnya yang mulai terangkat.

-

"Ahjussi! Sepertinya aku ingin minuman yang berada di sana.” Tunjuk Jimin di kedai seberang.

“Kau mengantrilah disana dulu. Ahjussi akan menyelesaikan pesanan disini.” Ahn ahjussi memberi izin kepada Jimin.

Lantas Jimin segera menuju kedai seberang. Mulai mengantri paling belakang.

Sejujurnya dirinya hanya tidak ingin berlama-lama di samping Ahn ahjussi. Takut kembali diberi pertanyaan seperti yang ia terima selama ini. Sungguh, hatinya sedang tidak baik-baik saja. Jantung berdegup dengan cepat, masih terbayang-bayang dengan suara sahabatnya tadi.

Jimin mendesah, antriannya panjang sekali. Tiba-tiba, di antrian paling depan ada seseorang yang sengaja berbuat gaduh. Jimin penasaran, dirinya menepuk pelan orang di depannya.

Saat orang bermasker hitam itu berbalik, Jimin ditarik untuk menjauh dari kerumunan tersebut. Jimin ingin berteriak, namun ia baru sadar bahwa mulutnya sudah diberi plester hitam yang entah sejak kapan orang tersebut memasangnya.

Jimin ditarik paksa, dan dilempar pada bagasi mobil yang ditutup rapat.

Sempit, gelap, dan pengap.

Flash back off.



-


Dada Jimin semakin sesak, pusing dikepalanya kembali mendera. Semua otot dan sendi seakan kaku tidak bisa digerakkan. Keadaan mobil juga terguncang kesana kemari, membuat tubuh Jimin terbentur terombang-ambing.

Gomawo✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang