Bagian 16: Rasa Bersalah

16 0 0
                                    

Sinar matahari menyinari ruang kamar ku, cahayanya yang menembus mengusik mata ku yang sedang terpejam. Ku lihat Roan tertidur di sebelah ku, aku sangat bersyukur memilikinya.

Aku mendesis saat mencoba duduk , luka ku tertekan hingga aku harus memperlambat gerakan ku.

"kamu sudah bangun" Roan membuka matanya yang masih terasa berat.

" pendengaran mu peka sekali"

"mau minum ?" Roan mengarahkan botol mineral kepada ku.

Aku menganguk "em..Terimakasih untuk semalam"

Roan beranjak dari bangku "aku benci mendengarnya" tangannya meraih jaket lalu mengenakannya "aku akan beli roti, jangan banyak bergerak"

Roan pun pergi, sebenarnya dia sedang menghindari percakapan mengenai insiden semalam, kebanyakan orang memang tidak menyukai membahas masalah tertentu.

Tak lama Roan pergi, pintu kamar ku terbuka, ku lihat pemilik garis rahang sadis itu di depan pintu, dia langsung mengalihkan pandangannya saat mata kami bertatapan.
Dia tidak pernah sekaku itu.

Rusyah duduk di bangku samping bed ku, kepalanya tertunduk dan tangannya sibuk mencubit2 kukunya.

Dia sedang dalam fase Menjadi manusia.

Aku tidak berkata apa-apa , aku menunggunya berbicara duluan. Tapi aku semakin tidak sabar ketika tidak ada tanda-tanda dia akan berbicara

"kamu tidak mau mendekatkan bangku mu"

Rusyah tidak menjawab , hanya tubuhnya bergerak memindahkan posisi duduknya mendekat pada ku

"bagaimana Monic?"

Rusyah tidak menjawab

"kamu tidak tanya keadaan ku ?"

Rusyah juga tidak menjawab, posisi duduknya masih seperti semula dan sibuk dengan kukunya

"kamu tidak ingin mengatakan sesuatu pada ku"

Kulihat tangannya berhenti , kepalanya masih tertunduk "Maaf" ucapnya dengan suara serak , Dia menahan air matanya.

"apa kamu terluka melihat aku begini?"

Rusyah menganguk , air matanya menetes "aku takut kamu..." Rusyah tidak meneruskan kalimatnya

"mati?" sambung ku kemudian lalu di jawab dengan angukan olehnya

"aku tidak sengaja menusukkannya pada mu"

Aku tersenyum

"bukan kamu , tapi aku yang mengarahkan pisau itu ke diri ku"

"kenapa? Kamu tidak ingin bersama ku lagi?" Rusyah menatap ku , pandangannya seakan mengisyaratkan untuk memberinya rasa Iba

"saat kamu berfikir aku mati , sakit kan?"

"aku rasanya hapir gila, sakit...sakit sekali" Rusyah menepuk2 dadanya , air matanya kini sudah leluasa menetes deras.

" aku sedang mengajarinmu rasa sakit, aku sedang mengajari mu rasa bersalah"

"aku tidak mengerti"

"kamu akan tau rasa sakit jika kamu merasakannya, orang tua yang kamu lukai anaknya juga akan merasakan hal yang sama seperti yang kamu rasakan jika mereka kehilangan"

"tapi mereka melukai mu"

"mereka salah , Tentu ! Tapi untuk membalas kamu tidak perlu berubah menjadi binatang buas"

"kamu harus ingat bagaimana rasa sakit itu, kamu harus ingat bagaimana rasa bersalah itu, dengam begitu jiwa Psikopat mu akan memudar, kamu mau janjikan sama aku?"

Rusyah menganguk

"aku masih belum menyerah pada mu, tidak perlu segera, kita akan melakukannya secara perlahan-lahan"

Pintu kamar ku kembali terbuka, Kulihat Roan memasuki kamar, tangannya dengan sigap melemparkan bungkusan plastik ke kepala Rusyah yang sedang membelakanginya.
"KENAPA KAMU DI SINI?" teriaknya sangat kuat, hingga membuat Ruayah terkejut , padahal Rusyah masih penuh dengan air mata.

"APA MASALAH MU?!!!!!" Rusyah berdiri mengahadap Roan, mereka seperti petinju yang sudah siap bertarung

Aku beruntung karena aku berada di ruang VIP, tidak ada orang lain yang menyaksikan ini hingga aku tidak perlu menanggung malu.

"hey...hey..hentikan !!!jangan berteriak, orang yang sedang sakit tidak boleh di buat stress"

"DIA YANG MULAI"

"ehem...Rusyah ! Kamu beteriak"

Rusyah merapatkan bibirnya

"kamu gak pergi?" Balas Roan to the poin

"buaknya kamu yang harus pergi"

"tutup mulut mu"

"kamu yang diam"

"mari kita duduk dengan tenang , OK?"

Mereka berdua akhirnya duduk, terlihat akur dari fisik tapi auranya sedang berkelahi

"makan ini" Roan menyodorkan Roti coklat pada ku, tatapan Rusyah sinis seakan ingin membanting Roti itu
"aku hanya beli dua, kamu beli sendiri"

Rusyah mendecis

"anak kuliah sebaiknya pergi sana!!!! Ke kampus, belajar!!!" ucap Roan ketus

"ini hari libur Bodoh"

Roan menggigit bibirnya kesal.

Aku tersenyum tipis menikmati pertengkaran mereka, sesekali Rusyah harus mendapatlan pelajaran seperti ini juga agar dia bisa menetralisir emosinya.

"kalian serasi"

"omong kosong"

"siapa juga ingin serasi dengan mu, psikopat"

"dasar otak mesum"

Aku mengerutkan dahi ku "otak mesum apaan ?" ucap ku dalam hati, mata ku sibuk melirik mereka berdua, aku menikmati pertengkaran mereka, aku menikamati setiap ekspresi yang mereka keluarkan. Ini hiburan tersendiri untuk ku.

"mesum ?"

"kamu sedang menggangu istri orang"

Aku langsung keselek mendengar "istri orang" apa dia sedang menganggap Roan sebagai Pelakor

"aku tidak berselingkuh!!!" aku menatap tajam ke arah Rusyah
Dia kembali merapatkan bibirnya

"mampus lu"

***

Be Human , PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang