Bagian 2 : Jejak

34 3 0
                                    

Aku membuka pintu kamar, ku merebahkan tubuh ku di kasur, perjalanan hari ini cukup melelahkan. Ku pejam kan mata , samar-samar ku dengar langkah kaki mendekat lalu di susul suara ketukan pintu

"Wenndy...mau mandi ?"

"hemm ? Ia , sebentar lagi Tante"

Ketika umur 6 tahun aku tinggal dengan tante ku, saat itu ayah di mutasi kerja ke Kalimantan, membuka lahan baru. Karena jarak jauh dan sedikit berbahaya Ayah memutuskan untuk pindah sendiri ke sana.
Sedangkan aku dan ibu tinggal di rumah tante (kakak ibu) untuk berbagai alasan.

Aku kembali memejamkan mata , hemm tubuh ini terasa ridak berdaya

Sekarang aku berumur 22 tahun , aku seorang mahasiswa semester akhir yang sedang sibuk mengerjakan Skripsi , tapi mengapa aku di sini?

Jawabannya tak lain untuk menyelesaikan tugas akhir ku.
Yup ! Aku seorang mahasiswa jurusan Sastra , kami di tuntut untuk membuat satu buku sebagai syarat untuk lulus
Dan aku memutuskan kembali ke masa kanak-kanak ku dahulu

***
Malam harinya , udara cukup dingin , aku mengenakan jaket untuk sekedar berjalan-jalan menyelusuri pinggiran kota

( Perlu di ingat , karakter Wenndy adalah wanita yang tidak banyak bicara, pandai bela diri, Tenang, dan cuek)

Berjalan cukup lama, mata ku menemukan tempat untuk bersantai sejenak.
Aku memasuki Cafe tersebut, aroma kopi menyerebak di setiap penjuru ruangan

Aku berdiri di depan kasir, melihat daftar menu di Board Digital. Tangan ku masih stay di dalam kantong jaket, kadang aku memang terlihat cool...hehehe

"avocado coffee dan cake kejunya satu" ucap ku santai , pandangan ku masih tertuju pada menu di Board Digital

"ada lagi mbak?"

Aku mengangguk "air meneral" ucap ku sembari mengeluarkan uang cash

Aku memilih tempat duduk di sudut ruangan, pemandangannya indah dari situ karena langsung bertatapan dengan kaca yang menembus keluar

Ku pandangai jalan yang masih penuh sesak, sesekali suara klekson mobil tersengar tidak sabaran

Entah mengapa insting ku mengarahkan pandangan ku ke arah kasir , aku melihat seorang laki-laki yang sedang sibuk mempersiapkan coffee , ku tatap laki-laki itu dengan syahdu, sesekali aku menggerakan kepala ku mengikuti gerak geriknya yang sedang mondar mandir kerepotan.

Hingga ketika ia selesai, kulihat ia meletakkan tangannya di meja sembari tersenyum membalas ucapan terimakasih dari pembeli
Pandangannya mengarah pada ku
Bisa ku lihat ekspresinya biasa saja, hingga sedikit lama ekspresinya berubah tertegun Hening.

Aku membalas dengan senyuman kecil, aku masih duduk dengan santai sembari memperhatikkan nya mendekat ke arah ku

Dia berdiri tegak , wajahnya menunjukkan mimik tidak percaya "Wenndy?" ucapnya kemudian

Aku kembali tersenyum "sudah lama ya"

Aku meredupkan senyuman ku, sedikit bingung dengan sikapnya yang hanya berdiri mematung menatap ku, bahkan dia juga tidak tersenyum.

"tidak duduk, Rusyah?"

Ia tersentak lalu duduk kemudian , namun aku tidak melihat tanda-tanda senyum di wajahnya, padahal sebelumnya dia cukup ramah dengan pelanggan lain

Ia menundukkan pandangannya, wajahnya was was "apa anak ini tidak bahagia melihat ku"  gumam ku dalam hati

"kamu di sini?" kini dia mulai bicara walau pandangannya masih teralih kesana kemari

"aku di hadapan mu" aku tersenyum berharap dia juga membalas senyum ku "kamu banyak berubah ya, tinggi banget"

"benarkah?" ia tersenym terpaksa "kapan sampai?"

"tadi siang"

"oh" udah ! Dia hanya bicara sampai situ doang, hanya tangannya yang mengepal tidak karuan , ia melakukannya berulang kali

" Rusyah" panggil seseorang dari kasir, laki-laki itu mengisyaratkan untuk melayani pembeli

"aku kesana dulu" ia beranjak dari bangku , setelah dua langkah ia kemabali ke arah ku "nanti, biar aku antar pulang, tidak apa-apa kan menunggu?"

Aku mengangguk

Ternyata rasanya seperti ini bertemu dengan teman lama, sedikit kikuk dan tidak bisa di cairkan hanya sebatas kata "hai" "apa kabar" atau "sudah lama ya"

Aku memandangi lagi, rambutnya di sisir ke atas membuat keningnya sangat bebas untuk di pandang, sekarang kulitnya sudah terlihat putih, dan tubuhnya lebih berisi dan dadanya bidang"apa anak ini nge-gym?" fikir ku

Jam 23.00 ku lihat dia bergegas menghampiri ku "lama ya?"

"tidak masalah"

Kini kulihat dia tersenyum lepas, sangat manis.

"ayo biar aku antar"

Kami berjalan menyeluri trotar , jalanan sudah mulai cukup sepi, bahkan kendaraan juga tidak seruwet tadi

"aku tidak percaya kamu di sini, sudah sangat lama"

"sepertinya kamu gak senang melihat ku"

"aku hanya kaget"

Ku lihat wajahnya  berubah , kenapa dia terlihat kecewa "kamu kaget?" aku coba tertawa untuk mencairkan suasana

"aku kecewa kamu tidak pernah kembali" jawabannya membuat ku hening, wajahnya datar, bahkan tatapannya menajam ke arah ku

"sekarang aku disini" aku kembali tersenyum , ayolah sikap mu membuat ku kikuk

"itu sudah 15 tahun, itu sangat lama"

"tenang...aku disini cukup lama, serindu itu kah pada ku?" aku menyenggol bahunya, mencoba menggodanya

Tiba-tiba ia menghalau tangan ku, menarik ku ke dalam dekapannya
"iya...aku sangat rindu pada mu"

Aku terdiam , iya semakin mempererat pelukannya, ku dengar hela nafasnya yang berat , apa laki-laki ini menangis?

"kamu tidak tau perubahan apa yang telah terjadi pada ku setelah kamu pergi, aku mencari jejak mu dan menyimpannya di kepala ku, bekali-kali aku marah ketika wajah mu mulai pudar dalam ingatan ku, kehidupan ku terasa lebih sulit ketika kamu melambaikan tangan sebagai salam perpisahan pada ku"

"kamu kemabali, namun ternyata langkah ku sudah terlalu jauh, aku takut kamu tau, aku takut obsesi ku akan menyakiti mu"

***
Terimakasih sudah membaca

Tinggalkan komentar dan saran ya chingu

Besok Insyallah Up date Bagian 3.

Terimakasih atas dukunganya

Be Human , PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang