Aku membaca WA ku , aku tersenyum ketika mengetahui sebuah pesan dari Roan , teman kelas ku yang sama sedang berjuang mengerjakan tugas akhir
"kamu tidak makan?" suara Rusyah menyadarkan ku
"sebentar" aku membalas pesan Roan lalu melanjutkan sarapan ku dengan Rusyah
"dari siapa?"
"teman kampus"
Rusyah tidak berkata lagi
"Jadi apa yang kamu lakuakan ketika aku pergi?"
"tidak ada"
Aku mengerutkan kening ku "kok jadi dingin gini"
"kamu masuk kerja jam berapa?"
"jam 11" ucapnya acuh , tangannya masih sibuk mengaduk sarapannya
"emmm..."aku mulai kebingungan "oia aku akan kembali rabu depan"
Rusyah menghentikan tangannya , wajahnya datar lalu mengambil langkah berat "ku kira lebih lama"
" 1 minggu lagi kan masih lama" aku tersenyum , dari seingatan ku sepertinya aku banyak tersenyum di dekat Rusyah, bukan karena aku seorang yg ramah , tapi sikapnya yang kadang berubah dingin membuat ku memutar otak agar suasanya tidak menjadi kaku.
"oh..." ucapnya kemudian
Selesai sarapan aku berkeliling menyelusuri rumah Rusyah, tidak banyak barang di sana, warna cat nya juga sudah kusam, tidak ada Foto, tidak ad tv. Ruangan tengah lempang begitu saja.
"selesai ini kamu mau ngapain?" tanya Rusyah di selah kesibukannya yang sedang menyuci piring
"aku akan ikut kamu ke cafe"
Mendengar ucapan ku Rusyah tersenyum
"aku harus menjemput teman ku di halte"
Senyum Rusyah menghilang "laki-laki?"
"iya..teman kampus, kita sama2 lagi berjuang dengan tugas akhir"
Mata Rusyah berubah menjadi waspada
***
Hampir 1 jam aku menunggu di cafe, bahkan air mineral ku sudah ringgal 3 teguk lagi.Mata ku waspada ketika aku melihat seorang yang berjalan kebingungan , matanya sedang mencari sesuatu.
Dia Roan, aku segera menghampirinya.
Tanpa ku sadari Mata Rusyah dengan waspada memperhatikan gerak-gerik ku, tentu saja dengan ekspresinya yang datar.Aku berpamitan dengan Rusyah yang masih bekerja, dia tersenyum tipis ketika aku memperkenalkan Roan
***
Jam 20.00 Rusyah berganti Shift dengan temanny. Dia bergegas pulang. Aku mengikutinya dari belakang, karena aku tau jam pulang kerjanya, jadi aku membawakan makan malam untuknya.Saat berada di rumahnya , aku melihat banyak sekali bungkusan mie instan. Rusyah meng"ia" kan kalau itu adalah makan malamnya jika sudah pulang kerja, "lebih praktis" ucapnya
Di perjalanan aku tidak menyapanya, aku membiarkannya berjalan di depan , menikmati kelakuannya diam-diam.
Di tengah perjalanan langkahnya terhenti , ia menekuk kan kakinya lalu mengelus kucing yang menggesekkan tubuhnya di kaki Rusyah. Aku tertegun sejenak ketika Rusyah membawa kucing itu dalam dekapannya
"lelaki penyayang" gumam kuSesampainya di rumah Rusyah, aku menunggu beberapa saat setelah Rusyah masuk, maksud hati supaya dia tidak curiga bahwa aku mengikutinya
Aku mendengar suara gaduh, aku mencoba memperjelas pendengaran ku, beberapa kali aku mendengar suara kucing itu menggeluarkan suara yang kuat seakan kesakitan lalu menyusul beberapa suara pukulan.
Aku tersentak dari lamunan ku. Memberanikan diri mendekati rumah Rusyah. Aku mengintip dari celah dinding rumahnya, lalu mata ku terbelalak tak percaya.
Dia membanting , memukuli kucing itu berkali-kali, wajah Rusyah datar, hingga akhirnya senyum mengembang di bibirnya ketika percikan darah keluar dari leher kucing itu. Dia memenggalnya.
Aku terpatung, tidak percaya apa yang aku lihat. Bungkusan makanan yang kubawa terjatuh begitu saja , aku menguatkan diri lalu berlari pulang.
***
Paginya, seperti sebelumnya Rusyah datang menghampiri ku lagi. Dia tersenyum manis saat melihat ku keluar rumah."ayo sarapan di rumah ku" ucapnya kemudian, tangannya sudah menenteng beberapa belanjaan
Aku tidak langsung membalas ucapannya, fikiran ku masih terbelenggu karena kejadian kemarin "pagi sekali"
"benarkah?"
Otak ku berfikir untuk menolaknya, tapi aku tidak menemukan alasan yang tepat "aku akan ajak Roan" aku fikir itu alternatif yang harus ku lakuakan.
Rusyah menghempiskan senyumannya, sesaat dia diam lalu menarik nafasnya dalam "aku tidak terlalu suka jika kamu terlalu dekat dengannya" tatapan Rusyah menusuk di mata ku, mimik wajahnya jelas tidak senang
"tapi dia teman ku"
Rusayah tidak menjawab, mimik wajanga semakin membuat ku gugup, apalagi rahangnya yang tajam semakin memperjelas rasa tidak sukanya
"baiklah aku akan pamit dengan tante dulu"
***
Dirumahnya , Rusyah hanya diam, tangannya sibuk mempersiapkan sarapan, untungnya dia tidak membeli ikan seperti kemarin.
Aku hanya diperbolehkan duduk di meja makan tanpa melakukan apa pun.Aku melirik "ah..semalam dia membunuh kucing itu di sana"
"aku lupa membeli garam"
"biar aku aja" aku branjak dari bangku
"tetap disini, aku tidak akan lama" Rusyah branjak pergi.
Aku yang sedang bosan berjalan kecil meliahat sekeliling, pandangan ku terpojok dengan dengan ruangan yg terkunci rapat.
Aku yang penasaran mencoba mengintip dari lubang kunci "gelap".
"apa ini kuncinya?" tangan ku mencoba meraih kunci yang tergantung di atas pintu, sedikit melompat akhirnya aku mendapatkannya.
Kubuka perlahan, aku menekan sedikit karena sedikit sulit untuk membukanya...
Tiba-toba aku dikejutkan dengan suara
"Jangan dibuka" teriak Rusyah...Pandangan ku teralih padanya, wajahnya terlihat cemas
Pintu itu terbuka bersamaan dengan aku menoleh ke arah Rusyah."jangan berbalik" ucapnya kemudian. Memerintahkan ku agar tidak melihat isi ruangan tersebut.
Namun pintunya telah terbuka, aku yang reflek malah berbalik melihat isi ruangan itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Human , Psychopath
De TodoIni tentang dunia mu yang berbeda... ini tentang diri mu , tentu saja aku harus terlibat. karena aku teman mu. awan itu mendung. menyambut ku turun dari halte bus aku melihat sekeliling, sudah sangat berbeda setelah 15 Tahun lamanya. alasan ku kemb...