Bagian 15 : Aku ajarkan kamu Rasa Sakit

12 0 0
                                    

Aku memvideo call sejam sekali, "aku bosan ," ucap ku memberi alasan, padahal aku ingin tau keberadaannya.
Ini cara mengawasi yang efektif untuk saat ini.

Benar saja Rusyah sedang sedang berama Jonney , aku lega dia tidak berbohong, aku juga legah Jonney bersamanya.

"kita makam malam bareng ya?" ucap ku saat video call. Ku lihat Rusyah berada dalam mobil sedangkan Jonney sedang memasukkan biji Coffe.

Rusyah mengangguk ,"mau angkat barang dulunya, mau nyetir juga"

Aku mengangguk

"Love you" ucap rusyah kemudian. Aku tersenyum , jika di ingat baru kali ini dia mengucapkan cinta ke pada ku.

***
Tidak ada yang mencurigakan untuk saat ini, rusyah sampai Rumah jam 17.30, kami makan malam bersama dan berdiam diri di rumah sampai langit gelap.

Jam 22.00 Rusyah memberi ku air jahe ! Lagi ! "ini supaya tidur mu nyenyak, udah hangat" Rusyah mengarahkan ke dekat ku.

Aku ingat minuman ini berbahaya ! Minuman ini sudah di campur obat penenang seperti yang di berinya kemarin. Bagai mana meghindari minuman ini?

"nanti saja"aku meletakkan gelas yang di sodorkannya lalu meletakkannya di atas meja. Ku lihat sekilas Rusyah menaikkan alisnya "kamu tidak ingin memeluk ku" ucap ku kemudian, hal ini kulakukan agar topik minuman itu terlupakan.

"emmm baiklah" Rusyah duduk di tepi tempat tidur lalu menyenderkan dagunya di bahu ku "kamu merindukan ku?"

Aku menganguk , "sebenarnya aku lebih mengkwatirkan diri mu !"

"sudah isi batrainya?" Rusyah kembali tegak, meraih minuman jahe tadi "nah..sekarang waktunya minum" senyumnya mengembang, walau terlihat senyum yang ramah, tapi terdapat paksaan di dalamnya.

Aku menggigit bibir ku, mendekatkan gelas itu ke bibir ku.
Handphone Rusyah berbunyi , "Minumlah" dia bergegas menuju tolet tempat Handphonenya berada.

Kamu fikir dia lengah ? TIDAK ! Matanya mengawasi ku dari pantulan cermin. Aku bisa merasakan tatapannya yang waspada, AKU MENEGUK MINUMN ITU !. SELESAI ! Sesaat kemudian aku tertidur !

Blam...pintu tertutup , aku membuka mata , dan meraih handphone ku. Aku bisa melihat Rusyah berganti pakaian dari CCTV yang tersambung ke Handphone ku. Sesaat kemudian dia pergi. Saat itu juga aku segera bangkit ! Aku mengikutinya !

Matanya mengawasi ku dari pantulan cermin, aku meneguk minuman itu.menahannya di mulut ku, saat dia beralih pandangan , aku berbaring sembari menarik selimut menetupi separuh wajah ku ,  mengeluarkan air jahe itu ke botol yang sudah ku sediakan di dalam selimut. Lalu meletalkan di balik bantal ku. Tentu saja aku harus berkerja rapi.

Rusyah menaiki motornya , tak lama kemudian aku memasuki mobil. Roan sudah menunggu ku dari tadi.

Aku menceritakan kecurigaan ku padanya, awalnya Roan merespon acuh tak acuh, hingga dia luluh saat aku meminta dengan suara yang mulai terisak.

Kami mengikuti Rusyah, aku merasa aman karena sedang bersama Roan,  walau sepanjang perjalanan di tidak berbicara dan memasang muka datar.

Rusyah memarkirkan motornya di depan hotel , lalu menuju sebuah Bar.
Aku dan Roan mengikutinya dari kejahuan, aku mengenakan jaket yang memiliki penutup kepala, sedangkan Roan mengunakan Topi.

Rusyah berdiri memandangi satu persatu , matanya terkunci saat melihat keramaian di salah satu meja yang sedang merayakan Ulang Tahun.

Benar ! Hari ini adalah ulang tahun Monic  , gadis bersuara melengking itu. Banyak botol-botol alkohol di meja mereka, merasa sudah mendapat targetnya , Rusyah duduk di sudut ruangan sembari memperhatikan mangsanya.

Jam 01.00 pesta bubar , Monic berpisah dengan temannya di parkiran. Dia mengemudi dalam keadaan mabuk.

Rusyah mengikuti mobil Monic.
Roan dengan sigap mengikuti permainan, sengaja Roan mematikan lampu mobil agar Rusyah tidak sadar sedang di ikuti.

Di kawaaan tanpa CCTV, Rusyah menyelip mobil Monic hingga membuatnya reflek membanting setir hingga menghantam pembatas jalan,
Dirinya yang masih dalam keasaan mabuk langsung keluar dari dalam mobil sembari memaki.

Makian Monik terhenti saat jambakan   mendarat di rambutnya, lalu dia di seret ke dalam bangunan yang terbengkalai.

Aku panik langsung menepuk-nepuk tangan Roan, mengisyaratkan agar segera berhenti.

Monic menangis ketakutan,dia memohon ampun saat Rusyah mendorong tubuhnya dengan kasar hingga terbentur dinding, bahkan lipstik merahnya sudah bercampur darah dari bibirnga yang pecah.

"aku sudah memperingatkan mu untuk bersenang-senang malam ini, tapi sepertinya kamu cukup remeh dengan ku" Rusyah memberi tamparan berulang-ulang. Rintihan sakit dan permohonan Monic tidak di indahkan Rusyah.

"aku selalu ingin mencoba ini"

Mata Monic terbelalak saat melihat Rusyah mengeluarkan pisau dari saku jaketnya. "aku mohon jangan bunuh aku" ucap monic sambil menangis

Rusyah tersenyum di balik maskernya , mengangkat tangannya ke atas untuk menancapkan pisau itu ke perut Monic

"JANGAN !!!!!" aku berteriak sekuat tenaga, untungnya aku memiliki waktu untuk menghalau tangan Rusyah, matanya melotot saat melihat ku seakan tak percaya.

"AKU HARUS MEMBALASNYA !!!!" Rusyah mencoba menepikan tangan ku , entah kekuatan dari mana aku bisa menghalaunya , memutar tangan Rusyah dan

JELEP.... Pisau itu ku arahkan ke perut ku dan mendarat sempurna. Aku bisa mengingat dengan jelas saat Rusyah terperangah , Roan yang segera berlari menghapiri ku. Kejadiannya sungguh sangat cepat.

"agh.."aku masih menggenggam tangan Rusyah yang masih menggenggam pisau yang menancap di perut ku "anjir...ternyata sakit..." ingin ku berteriak seperti itu

Roan menolak Tubuh Rusyah, tangannya langsung meraih pundak ku, wajahnya sangat panik ! "bertahanlah" ucapnya lalu memopang ku ke dalam mobil.

Rusyah ? Aku melihatnya seperti lelaki pengecut yang tak bisa mempercayai yang sedang terjadi

Roan bergegas membawa ku ke Rumah sakit , tangannya sibuk memegang setir lalu tangan satunya menutup luka ku untuk menahan pendarahannya. ".JANGAN TERTIDUR !" Roan membentak ku hingga aku kembali membuka mata , wajah ku yang sudah pucat dan mata ku yang mulai terasa berat.

"jangan menekan terlalu kuat" aku merenggangkan tangan Roan yang menutup luka ku "sakit!!!" ucap ku setenagh merintih

"jangan banyak berbicara" Roan tetap berkonsentarsi pada mobilnya, tangannya tetap menahan luka ku

Jika terbakar oleh api
Lilin kecil luruh tanpa perlawanan
Perlahan-lahan tapi pasti
Mengapa lilin itu tidak menyesal ?
Karen dirinyalah yang memberi
Wadah untuk kehancurannya sendiri.

" apakah jalan yang ku pilih benar?"
haruskah aku seperti lilin yang memberi wadah atau membiarkan angin memadamkan api yang sedang berdansa di atas ku"

"BODOH" aku bisa mendengar suara Roan yang terisak,aku tersenyum tipis sebelum memejamkan mata

Aku sangat menyesal membuatnya kecewa terhadap ku , aku sangat menyesal membawanya dalam kesedihan seperti ini, Roan adalah lelaki tanpa celah, dia tulus dan baik, jika aku dapat membuka mata. Aku sungguh ingin berterimakasih padanya.

***

Be Human , PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang