3.3

8.4K 1.3K 132
                                    


Calista memerhatikan penampilannya di cermin. Dia memakai gaun terusan bewarna hitam sebatas lutut, rambutnya tergerai, namun poninya dia jepit ke samping hingga semakin membuatnya terlihat cantik. Calista bukan perempuan yang senang berdandan sebenarnya, tapi mengingat malam ini dia akan berkencan bersama Adit, Calista sengaja sedikit berdandan bahkan memakai make up yang jarang sekali dia pakai.

"Kelihatan menor nggak sih ini?" gumamnya sambil mengamati wajahnya di cermin.

Pintu kamarnya di ketuk, saat Calista membukanya, ada Bunda Ara di depan.

"Ada Adit di depan." Ujar Bunda Ara.

"Oh, dia udah sampai?"

"Iya. Kamu... pacaran sama Adit?"

Ditanya seperti itu membuat Calista tersenyum kaku. Pasalnya, dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia dan Adit tidak berpacaran tapi mereka jelas saling tertarik satu sama lain.

Diamnya Calista membuat Bunda Ara menghela napas panjang. "Anak-anak sama Revan?"

Calista mengangguk. "Dari sore tadi udah di bawa sama Revan, soalnya mau ke rumah Mama dulu katanya."

Biasanya Revan memang baru akan menjemput Dimas dan Azka sekitar pukul tujuh malam. Tapi karena hari ini Mamanya ingin bertemu dengan cucu-cucunya, jadi Revan menjemput mereka lebih cepat.

Hal itu membuat Calista sedikit bersyukur. Dia jadi memiliki waktu lebih banyak untuk bersiap-siap. Calista memang tidak pernah lagi mencemaskan anak-anaknya ketika mereka berada bersama Revan. Di awal-awal perjanjian itu di langsungkan, Calista memang kerap kali tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkan anak-anaknya.

Bagaimana kalau Azka mencarinya? Bagaimana kalau Revan tidak mengerti jadwal makan anak-anak. Calista bahkan membayangkan hal-hal mengerikan bisa saja terjadi di apartemen Revan mengingat Dimas dan Azka yang sangat aktif ketika sedang bermain dan Revan yang jarang sekali bisa tegas pada anak-anaknya.

Tapi semua itu hanya kecemasaan sesaat Calista saja. Karena sampai detik ini pun anak-anak mereka selalu aman saat berada di tangan Revan. Bahkan Azka yang paling di khawatirkan pun kalau sudah mendengar dirinya akan di bawa Revan ke apartemen sudah berlonjak-lonjak girang.

Untungnya sejak umur dua bulan Azka tidak lagi meminum ASI. Saat itu Calista sakit, tubuhnya panas sampai harus di bawa ke rumah sakit dan mengkonsumsi obat. Karena dia harus mengkonsumsi obat, Azka terpaksa harus minum susu formula selama satu minggu. Calista berpikir setelah dia sembuh Azka akan kembali meminum ASI, sayangnya Azka malah menolak setiap kali di beri ASI. Dia lebih memilih susu formula dari pada ASI.

Maka itu Revan jadi lebih leluasa jika membawanya menginap. Apa lagi Azka bukan tipe anak kecil yang cengeng. Dia akan menangis hanya jika ingin minum susu dan juga mengantuk. Membuat Revan tidak memiliki kendala yang besar untuk membawa anak-anaknya.

"Ya udah, Bun, Calista pamit, ya."

"Hm, jangan pulang kemalaman."

"Iya..."

Calista menyalami Bunda Ara, kemudian bergegas menemui Adit yang sudah berdiri di samping mobilnya. Adit tersenyum kecil saat melihat Calista keluar dari pintu. Begitu pun Calista.

"Hai, Dit." Sapa Calista.

Adit tidak langsung membalas sapaan Calista, yang dia lakukan hanyalah mengamati Calista dari ujung rambut hingga ujung kaki, lalu berlama-lama menatap wajah Calista hingga Calista merasa gugup.

CALISTA Book 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang