Karena terlalu betah berada di resort, mereka baru memutuskan pulang pukul tujuh malam. baru setengah jam perjalanan, Revan sudah tertawa geli melihat Calista yang tertidur pulas di sampingnya. Namun hal itu membuat Revan jadi bebas menatap wajahnya sesekali. Rasa-rasanya, sudah lama sekali Revan tidak menemukan pemandangan ini. Melihat Calista tertidur. Terakhir kali saat Azka ulang tahun. Tapi ketika itu perasaan Revan sedang tidak menentu akibat pembicaraan mereka sebelum tidur.
Dan kini, perasaan Revan terasa lebih lega.
Dia bersyukur sekali pada orang-orang yang selalu menasihatinya dan memberinya dukungan untuk kembali bersama Calista hingga saat ini dia mulai berani melakukannya.
Ya, Revan sudah bertekad untuk kembali memiliki Calista perlahan-lahan. Tidak dengan paksaan. Revan mau Calista sendiri yang menerimanya tanpa permintaan siapa pun. Kisah masa lalu mereka berakhir berantakan, salah satu faktornya adalah kesalahan mereka yang memutuskan menikah tanpa rasa cinta.
Belum lagi Revan menerima pernikahan itu ketika perasaannya sedang patah hati pada Renata. Membuatnya terus menerus melakukan kesalahan demi kesalahan hingga menyakiti Calista.
Revan sadar, apa pun keadaannya, apa pun alasannya, faktor utama perceraian mereka adalah dirinya sendiri. Dia yang tidak setia, dia yang tidak bisa menjaga kesucian rumah tangganya.
Namun sebenarnya, cepat atau lambat, pernikahan mereka memang akan tetap berakhir. Bagaimana mungkin mereka berdua bisa menjalani pernikahan tanpa cinta sampai di penghujung usia mereka?
Selama ini Revan telah banyak berfikir dan menyadari kesalahannya. Kini, dia bersyukur Tuhan memisahkan mereka, karena Revan mendapatkan banyak sekali pelajaran hidup. Revan yakin, Tuhan sedang mempersiapkan jalan lain untuk mereka. Revan memang belum tahu jalan seperti apa dan kemana arah tujuannya, maka itu dia akan mencobanya satu persatu.
Kali ini, Revan mencoba jalan yang dia mau.
Kembali memiliki Calista.
Ditengah-tengah semua pemikiran itu, Revan tersentak saat merasa AC mobilnya tidak terasa lagi, lalu suhu di dalam mobil terasa lebih panas. Revan memutuskan menepikan mobilnya dan membuka kap mesin untuk memeriksa. Dahinya mengernyit saat menemukan asap di sana.
Lalu dia teringat, satu hari sebelumnya mobilnya sempat di service. Sepertinya ada yang melakukan kesalahan saat itu.
Kini Revan berdecak, dia tidak mungkin mengendarai mobil itu sampai ke Jakarta. Dan karena mereka belum terlalu jauh dari Resort, maka Revan menelepon Pak Handoko dan memintanya untuk membawakannya mobil kantor. Revan akan menggunakan mobil kantor untuk pulang.
"Kenapa, Van?"
Selesai menelepon, Revan menemukan Calista yang sudah turun dari mobil lalu menatapnya bingung.
"Ada asap." Revan mengangguk ke arah kap mobil.
"Mogok?" tanya Calista.
"Nggak, tapi bahaya kalau kita pakai untuk pulang."
"Terus... jadinya gimana?"
"Aku udah minta Pak Handoko antar mobil kantor ke sini buat kita pulang."
Calista mendesah lega. Dia sempat panik karena tidak bisa pulang. Apa lagi saat ini mereka berada di jalan yang sepi dan tidak ada rumah penduduk, bahkan jarak antara lampu jalan pun lumayan jauh hingga penerangannya tidak terlalu bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALISTA Book 2
General FictionSebagian cerita sudah di hapus Mengarungi kehidupan rumah tangga yang berakhir menyedihkan membuatku hanya menginginkan satu hal jika pun aku akan menikah lagi nanti. Tolong, cintai aku. - Calista