5.1

9.1K 1.4K 294
                                    

Besok adalah pesta ulang tahun Azka. Hari ini semua orang tampak sibuk dengan semua pekerjaan mereka. Sebenarnya Kila sudah memakai EO untuk acara keponakannya itu, tapi entah kenapa semua orang seolah ingin memastikan tidak ada satu hal sekecil apa pun yang terlewatkan.

"Ta, cakenya beneran bisa, kan? Kamu udah pastiin tokonya beneran bisa buat semuanya?" tanya Kila pada Calista yang sibuk mengecek satu persatu pekerjaan agar tidak ada yang dia lupakan.

"Udah, mba. Mereka bilang oke kok. Besok jam sebelas di anter ke sini."

"Tapi beneran bisa kan? Banyak loh itu."

Calista tertawa pelan karena mengingat kehebohan kemarin. Awalnya Calista dan Revan sepakat hanya membuat satu kue ulang tahun bertema sepak bola mengingat Azka yang gemar sekali menendang bola dan berlarian mengejar-ngejar bola. Tapi tiba-tiba saja Akbar dan Bima berdebat mengenai klub sepak bola mana yang sebaiknya mereka pilih. Lalu entah mengapa tiba-tiba saja Papa Revan ikut bersuara dan masuk ke dalam perdebatan hingga akhirnya dia memutuskan untuk membuat cake sebanyak klub sepak bola liga Inggris. Bayangkan saja berapa puluh cake ulang tahun yang harus dibuat oleh toko kue tersebut dalam waktu dua hari.

"Mereka bilang sih bisa. Tapi bilangnya sambil meringis-ringis gitu, mbak."

"Ampun deh Papa ini, ada-ada aja permintaannya. Mana Bima sama Akbar ikut-ikutan lagi. Yang ulang tahun aja adem ayem, Ayahnya juga gitu, malah mereka bertiga yang ribet."

"Ribetan mana sama aku, mba? Ngurusin catering, milih-milihin dekorasi, tamu undangan. Mbak sih enak, ngurusin kostum tinggal perintah anak buah. Aku?"

"Resiko kamu lah, yang ulang tahun kan anak kamu."

"Makanya itu aku bilang nggak usah dibuatin pesta besar-besaran gini."

"Ngomong sama Oma, Opanya sana. Jangan sama mbak. Berani nggak kamu?"

Calista mencibir pelan, tentu saja dia tidak berani. Dipelototin oleh Mamanya Revan saja Calista sudah takut apa lagi membantah mereka.

"Cal,"

Kila dan Calista menoleh serentak pada Revan yang datang menghampiri mereka sambil menggendong Azka bersama Ethan, suami Kila.

"Kamu istirahat dulu ya, sayang, dari tadi aku lihat kamu jalan kesana kemari terus. Nanti bayinya kenapa-napa gimana?" tegur Ethan lembut pada Kila.

"Tapi sayang, aku harus periksa semuanya."

"Kan udah ada EO."

"Takut ada yang lupa."

"Sama aja sih ini berdua," rutuk Revan menatap malas pada Calista dan Kila. "kamu juga," tuduhnya pada Calista. "dari tadi sibuk terus nguruin semuanya tapi lupa sama anak. Azka ngantuk ini."

Calista melirik Azka yang mengusap-usap matanya. "Memangnya kamu nggak bisa tidurin Azka?"

"Udah, tapi nggak mau. Katanya mau sama Ibu."

"Ih tumben banget nyarinya Ibu," ledek Calista meraih Azka. "biasanya juga Ayah terus yang dicari." Calista menciumi pipi Azka.

"Azka kayanya nggak enak badan, Cal." ujar Revan dan membuat Calista terkejut lalu meraba dahi putranya.

"Eh, masa sih?" Kila ikut merasa panik dan menyentuh dahi Azka. "duh, Ta, gimana dong. Kalau Azka sakit terus besok gimana?"

Calista menggigiti bibirnya panik. "Azka jangan sakit, dong... kan besok mau ulang tahun." Rengeknya. Azka hanya diam dan merebahkan kepalanya ke atas bahu Calista.

CALISTA Book 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang