6.2

9.4K 1.6K 396
                                    

Sesuai seperti yang Revan katakan, setelah dia mandi di apartemen, dia kembali ke Panti untuk menjemput Calista dan anak-anak. Revan membawa mereka pergi ke Mal atas permintaan Dimas, putranya itu mengaku sudah lama sekali mereka tidak pergi ke sana bersama-sama. Maka Revan mengabulkannya meskipun dia tahu kalau sesungguhnya tujuan utama Dimas adalah membeli mainan.

Dan benar saja, sampai di sana Dimas langsung menggeret tangan Ayahnya memasuki sebuah toko mainan. Saat Revan melirik Calista, wanita itu menatapnya kesal namun pasrah membiarkan Dimas membeli beberapa mainan.

"Azka mau beli mainan apa?" tanya Revan pada Azka yang berada di atas stroller sambil memegang botol susunya. Azka menggelengkan kepalanya, dia sedang menikmati susunya.

"Dari pada nanyain Azka, mending kamu lihat anak kamu yang itu deh, Van." Calista mengangguk ke arah Dimas. Saat Revan menoleh ke arah Dimas, dia melihat Dimas sudah menentang lima mainan dan berjalan ke arah mereka.

"Ayah, boleh beli ini semua nggak?" Baru saja Revan ingin membuka mulutnya, Dimas kembali menyela. "boleh ya, Yah... kan kemarin beli mainannya cuma dua." Dimas tidak lupa memasang wajah penuh harapnya yang patut di kasihani.

Membuat Revan tersenyum geli dan mengangguk hingga Calista di sampingnya mendengus kuat dan beujar. "Dimas kalau beli itu semua, bulan ini nggak boleh beli mainan lagi."

"Oke!" pekik Dima senang lalu berlari menuju kasir seolah-olah dia bisa membayar seluruh mainan itu.

"Bilangnya oke sama aku, nanti kalau weekend pasti ngajakin kamu beli mainan lagi." Rutuk Calista. "kamu tuh selalu aja manjain Dimas."

Revan tersenyum tipis, kemudian mencubit pipi Calista pelan. "Nggak usah ngomel, abis ini kamu yang aku traktir belanja."

Calista mengernyit, kenapa Revan tiba-tiba mau meneraktirnya belanja? Ini benar-benar langka!

Tapi seperti wanita pada umumnya, Calista juga sulit sekali menolak traktiran. Jadi dia pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan langka ini.

Selesai Dimas membeli mainan, mereka pergi makan. Azka sudah tertidur di stroller, Dimas makan sambil menonton film kartun favoritnya melalui ponsel, Calista dan Revan makan sambil mengobrol. Lalu waktu bergulir begitu saja di antara mereka.

Revan menyukai ini. Melewati detik demi detik bersama anak-anak dan Ibu mereka. Membuatnya memiliki banyak cara untuk mencurahkan seluruh perhatiannya pada mereka, terutama Calista.

Revan bukan orang yang romantis. Sejak dulu dia tidak terlalu ambil pusing mengenai cara memanjakan pasangan. Dulu, bersama Renata dia cenderung cuek, hingga Renata yang sering kali mengambil inisiatif jika sedang ingin meminta perhatiannya. Namun meski cuek, ketika Revan menyadari pasangannya menginginkan perhatiannya maka Revan akan memberikan apa yang dia mau.

Sejak dulu Revan memang terlalu malas menebak-nebak isi hati apa lagi kemauan orang lain. Dia merasa jika pasangannya ingin sesuatu maka sebaiknya katakan saja dan dia akan mengabulkannya, dari pada harus menunggunya menyadari keinginan tersebut dengan sendirinya yang Revan katakan itu mungkin akan sulit terjadi.

Revan dengan segala ketidak pekaannya.

Namun saat ini Revan ingin merubah sedikit kebiasannya itu. Dia sudah banyak berpikir dan belajar dari hal-hal di masa lalu. Calista bukanlah Renata yang jika menginginkan sesuatu darinya maka akan langsung meminta. Sejak dulu Calista jarang meminta, dia selalu memahami dan menahan diri. Jadi, seperti menunggu kepekaan Revan yang tidak pernah terjadi, maka seperti itu juga jika Revan menunggu Calista meminta sesuatu padanya.

CALISTA Book 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang