Calista tersenyum manis pada Adit ketika lelaki itu terlihat membukakan pintu mobil untuk putrinya. Mereka saling melepas senyuman satu sama lain ketika Adit dan putrinya, Amanda, berdiri di hadapan Calista. Padahal tadi malam mereka sudah makan malam bersama, tapi memang setiap weekend Amanda selalu ingin bermain bersama Dimas atau pun Azka hingga Adit sering meminta maaf pada Calista karena mereka jadi sering mendatangi panti.
Manda menyalami Calista. "Dimas mana, tante?" tanya Manda.
"Dimas lagi di rumah Ayahnya. Katanya nanti malam baru pulang." Jawab Calista.
"Yah..." keluh Manda kecewa. "padahal Manda mau main sama Dimas."
Calista tersenyum lalu mengacak rambut Manda. "Kan ada Azka."
"Oh iya! Azka di mana, tante?"
"Ada tuh di dalam, lagi mewarnai sama yang lain."
"Manda ke dalam dulu ya tante, mau main sama Azka."
Manda segera berlari memasuki panti.
"Manda, jangan lari-lari nanti jatuh!" teriak Adit yang di jawab Manda dengan teriakan juga. "anak itu..."
"Anak-anak memang harus seaktif itu, Dit." Kekeh Calista yang di balas Adit dengan senyuman kecil. "yuk, masuk."
Mereka masuk ke dalam panti, memilih duduk berdampingan di sebuah bangku yang terbuat dari rotan sambil memerhatikan seluruh anak-anak yang sedang mewarnai sebuah gambar. Azka juga ada di sana, duduk di barisan paling belakang dengan sebuah krayon dan kertas putih yang sedang dia coret-coret. Di sampingnya ada Amanda yang tampak serius mewarnai.
"Aku senang nggak salah memilih tempat tinggal." Gumam Adit pelan hingga Calista menoleh padanya. "karena sejak pindah ke Jakarta, aku bisa melihat Manda tersenyum lagi."
Calista tersenyum sendu menatap Adit. Dia kembali teringat awal pertemuan mereka.
Saat itu Calista sedikit terlambat menjemput Dimas karena Revan tidak bisa menjemput Dimas dan baru mengabarinya lima menit sebelum jam pulang Dimas.
Untungnya sekolah Dimas salah satu sekolah terbaik dengan tingkat keamanan yang tidak perlu di cemaskan. Pihak sekolah sudah menelepon Calista saat tahu Dimas belum di jemput dan Calista meminta wali kelas Dimas menjaganya sebentar selama Calista di perjalanan.
Saat masuk ke dalam kelas Dimas, di sana ada Dimas, wali kelasnya dan juga seorang murid perempuan. Wali kelas Dimas ingin ke toilet hingga meminta bantuan Calista menunggu di kelas sebentar untuk menemani teman sekelas Dimas yang juga belum di jemput oleh orangtuanya.
Calista duduk di samping Dimas yang memberenggut dan menanyakan Ayahnya.
"Kok Ibu yang jemput? Ayah mana?"
"Ayah sibuk, kerjaannya nggak bisa di tinggal."
"Oh... pantesan aja telat. Yang jemput Ibu. Kalau Ayah yang jemput Dimas, nggak pernah telat."
Calista mencebik pelan. Revan dan segala kehebatannya di mata Dimas. Lalu Calista melirik pada anak perempuan yang duduk di samping Dimas dengan kepala tertunduk. "Hai..." sapa Calista pelan.
Anak perempuan itu melirik Calista sebentar, tersenyum canggung lalu kembali menunduk. Melihat itu Calista sedikit mengernyit. Lalu dia merasa Dimas menarik-narik lengannya pelan kemudian berbisik di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALISTA Book 2
General FictionSebagian cerita sudah di hapus Mengarungi kehidupan rumah tangga yang berakhir menyedihkan membuatku hanya menginginkan satu hal jika pun aku akan menikah lagi nanti. Tolong, cintai aku. - Calista