5.4

9K 1.5K 148
                                    


"Tumben banget weekend ke rumah gue sama anak-anak."

Calista tersenyum mendengar sindiran halus Resya. Hari ini dia memang memutuskan mendatangi rumah Resya setelah cukup lama tidak pernah mau datang ke sana karena dia pasti harus melewati rumah yang dulu pernah mereka tempati. Bahkan tadi, ketika mereka melewati rumah itu, Dimas bercerita penuh semangat pada Azka mengenai rumah mereka dan mengatakan kalau Ayah mereka sudah tidak sibuk bekerja, mereka akan kembali ke sana.

Lalu apa yang Calista rasakan saat mendengarnya?

Hampa.

Calista bahkan tidak mau menoleh ke rumah itu. Rumah yang memiliki banyak sekali kenangan, baik kenangan manis mau pun kenangan terburuk yang pernah ada dalam hidup Calista.

Tidak lagi, Calista tidak mau lagi mengingat semua itu.

"Aku kangen, Sya, dengar gosip terbaru dari kamu."

"Ya kali, lo pikir gue tukang gosip!"

Calista tertawa geli melihat Resya mengomel.

Anak-anak mereka sedang bermain di kamar Dafa, melakukan apa pun yang mereka mau sesuai perintah Resya karena sekarang Resya sedang ingin mengobrol lama dengan Calista. Dia juga merindukan Calista dan kebersamaan mereka.

"Kok anak-anak nggak sama Ayahnya, Ta?"

"Revan lagi ada urusan, jadi pagi-pagi mereka udah di anterin balik ke aku. Karena tahu mereka bakalan bosen dan uring-uringan nggak bisa bareng Revan, ya udah aku ajakin ke rumah kamu. Tahu gimana Dimas, kan? Kalau maunya nggak kesampaian, ngambeknya bisa sampai besok."

"Anak Revan banget ya, Ta?"

"Hm?"

"Suka ngambek."

"Kok kamu tahu Revan suka ngambek?"

Resya mencibir pelan. "Lo lupa, ya Ta, kalau dulu gue itu tong sampahnya lo? Jadi gue lumayan hapal lah gimana kelakuan lo sama Revan. Dulu kan lo cerita, Revan itu kalau ada sesuatu yang dia mau dan lo nggak peka, pasti bakal ngambek, marah-marah nggak ada sebab. Ya, kan?"

Calista mengerjap lalu tertawa geli sambil mengagguk. "Sampai sekarang loh dia begitu terus. Aku suka mikir, Revan ini nggak sadar umur atau gimana sih."

Resya mengulum senyum jahil. "Beneran masih begitu juga?"

"Iya."

"Ke elo?"

"Ke aku, ke keluarganya, ya begitu. Pokoknya kalau misal dia tiba-tiba berubah pendiam terus ketus, suka marah-marah nggak jelas, aku tuh harus mikir pernah salah apa. Harus pintar-pintar nyari sela buat baik-baikin dia supaya ngambeknya hilang."

"Biasanya lo ngelakuin apa?"

"Aku bawa aja anak-anak deket-deketin dia. Kan kalau ada anak-anak dia nggak bisa macem-macem. Nanti aku ajak becanda, ya udah, ngambeknya selesai." Resya tertawa terbahak-bahak hingga Calista menatapnya bingung. "memangnya lucu banget ya, Sya?"

Resya mengangguk kuat. "Iya, Ta. Lo lucu banget!"

"Kok aku?"

"Iya lah! Revan itu siapa lo memangnya, sampai lo segitu takutnya kalau dia lagi ngambek. Pacar bukan, suami juga bukan. Kalau dia ngambek ya harusnya lo biarin aja, bukan kewajiban lo ngebujuk dia."

CALISTA Book 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang