Calista menghela napas lelahnya saat Azka berlari ke sudut tempat tidur hanya dengan memakai diapers, padahal Calista harus memakaikannya baju, namun putranya itu sengaja berlari menjauh darinya. Calista mencebik kesal dan menyipitkan kedua matanya menatap Azka, namun saat melihat Azka tertawa geli menatapnya, tawa yang sama menular di bibir Calista.
"Azka... ayo dong, pakai bajunya dulu, abis itu main lagi sama Ibu." Rengek Calista putus asa. Bagaimana tidak, sejak tadi ada saja yang tingkah Azka yang harus membuat Calista mengejar-ngejarnya. Dari mulai merayu Azka agar mau mandi, lalu Azka yang menyiprat-nyipratkan air ke wajah Calista, sampai tadi setelah Calista memakaikannya diapers, Azka malah buang air besar dan membuat Calista terpaksa membawanya lagi ke kamar mandi.
"Nti... nti mainnya mana?" tanya Azka.
"Di luar, dekat ayunan, yang ada banyak rumputnya itu. Azka suka kan main di sana?" Lagi, Calista mengulurkan kedua tangannya agar Azka mau mendekat, tapi Azka masih diam, kali ini dengan wajah berpikir serius.
Putranya yang bernama Azka Anggara ini memang sangat pintar dan cerdik. Dia senang sekali bernegosiasi dengan Ibunya. Umurnya hampir dua tahun, tapi dia sudah pintar bernegosiasi mengenai keinginannya.
Dari sudut tempat tidur, Azka segera berlari dan berhambur ke pelukan Ibunya sambil terkekeh geli. Membuat Calista merasa gemas lalu menciumi pipi gembil yang putih milik putranya itu.
"Abang ana?" tanya Azka selagi Calista memakaikan pakaiannya.
"Sekolah." Jawab Calista.
"Ayah?"
"Kerja."
Dan bersamaan dengan itu, pintu kamar Calista di ketuk dari luar. Calista hanya menoleh sebentar ke sana. "Siapa?!" teriaknya.
"Aku."
Calista mengernyit karena merasa sangat mengenali suara itu. Karena Azka sudah selesai berpakaian, Calista menggendongnya lalu membuka pintu kamar.
"AYAH!" teriak Azka girang.
Revan tersenyum kecil lalu mengambil Azka dari dalam gendongan Calista. Hatinya menghangat ketika Azka memeluk lehernya dan mencium pipinya. "Baru mandi?" tanya Revan.
"Heum. Tadi mandi cama Ibu. Aka cilam-cilam Ibu telus Ibu ngomel." Celoteh Azka yang membuat Revan tertawa.
Berbeda dengan Revan, Calista masih tampak mengernyit menatap Revan seksama. "Bukannya kamu di Malang?" tanya Calista.
Revan melirik Calista sebentar. "Udah pulang."
"Kapan?"
"Barusan."
"Jadi... dari Bandara kamu langsung ke sini?"
"Hm."
Calista menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak bisa pulang dulu memangnya?"
"Kangen sama anak-anak," gumam Revan dan membuat Calista tersenyum kecil. "Dimas sekolah?"
Calista mengangguk.
"Azka udah makan?"
"Udah."
"Kamu?"
"Belum. Baru selesai beresin Azka solanya."
Revan menatap Calista lekat. "Aku main sama Azka di luar, kamu makan." Calista mengangguk pelan. "abis itu keluarin oleh-leh sama mainan anak-anak dari bangku belakang mobil aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
CALISTA Book 2
General FictionSebagian cerita sudah di hapus Mengarungi kehidupan rumah tangga yang berakhir menyedihkan membuatku hanya menginginkan satu hal jika pun aku akan menikah lagi nanti. Tolong, cintai aku. - Calista