2.2

9.5K 1.5K 216
                                    


Revan melangkah malas dengan wajah datar sambil menempelkan ponsel ke telinganya. Dia sedang berada di sebuah Mal menuju sebuah toko jam tangan. "Iya, Ma... ini Revan udah mau sampai ke tokonya. Iya, nggak akan salah pilih, kan bonnya juga ada sama Revan. Hm, iya, oke."

Memutuskan panggilan, Revan menghembuskan napas panjang. Mamanya ini cerewet sekali, pikirnya. Sakin terlalu banyak yang ingin dia beli di Mal ini, dia sampai melupakan tujuan awalnya ke sana untuk mengambil pesanan jam tangan yang akan dia berikan pada suaminya.

Dan akhirnya menyuruh Revan yang datang ke sana untuk mengambil jam tangan itu. Tadinya Revan meminta Bima yang melakukannya, tapi Bima beralasan sibuk hingga akhirnya Revan juga lah yang harus pergi kesana. Padahal Revan termasuk orang yang malas berada di pusat perbelanjaan. Belum lagi sekarang malam minggu, tentu saja tempat itu ramai oleh pengunjung.

Selesai mengambil jam tangan dari toko, Revan bergegas meninggalkan tempat itu. Namun entah bagaimana bisa ekor matanya menemukan sosok perempuan yang sudah lama sekali tidak bertatap muka dengannya. Perempuan itu berjalan santai sambil mendorong sebuah stoler berwarna hitam.

Langkah Revan terhenti seketika. Lama di pandanginya perempuan itu sebelum akhirnya dia memutuskan menyusulnya.

"Renata."

Langkah santai perempuan itu terhenti. Kepalanya memutar lambat kebelakang, lalu kedua matanya tampak sedikit terbelalak saat menemukan Revan yang sedang menatapnya. Napasnya tercekat mana kala Revan semakin mendekat.

Revan menatap Renata lekat, namun ketika kakinya berhenti melangkah, dia menunduk dan menemukan sosok balita yang usianya tidak jauh beda dari Azka putranya. "Anak kamu?" tanya Revan, suaranya terdengar teramat tenang. Renata mengangguk lambat. "siapa namanya?"

"Ghea. Gheana..." jawab Renata lirih. Dia tidak mampu menatap Revan lebih lama hingga akhirnya memalingkan muka.

Revan masih menatap Ghea yang tampak tenang di atas stolernya. "Mungkin sudah terlambat, tapi selamat atas kelahiran anak kamu." Ujar Revan tersenyum kecil.

"Hm, terima kasih, Van." cicit Renata pelan.

Revan mengulum bibirnya ragu. Dia tahu ini bukan urusannya, tapi Revan sangat penasaran soal ini. "Aku dengar kamu akan segera menikah."

Renata mengangguk kecil.

"Dengan Papanya Ghea?"

"Iya."

Revan menemukan keresahan di wajah Renata. Dia sangat mengenali Renata dan seluruh gelagatnya. Dan Revan tahu, sesuatu telah terjadi dalam hidup Renata. "Ada apa, Renata?"

Tersentak, Renata menatap Revan gugup. "Ma-maksud kamu?"

"Pernikahan kamu. Ada sesuatu yang sedang kamu tutupi, kan?"

Renata mengeratkan pegangannya pada stoler dan tiba-tiba saja tangisan Ghea terdengar hingga Renata cepat-cepat menggendong putrinya. "Sayang Mama kenapa?" tanya Renata dengan suaranya yang lembut penuh keibuan sambil berusaha menenangkan Ghea.

Melihat pemandangan itu membuat Revan merasa senang sekaligus iba. Ada kebahagiaan yang dia temukan di wajah Renata saat menatap Ghea, namun keresahan yang sejak tadi dia temukan di wajah Renata masih terus membayanginya.

"Nata."

Sebuah suara membuat tubuh Renata sedikit menegang mendengarnya. Kepalanya menoleh cepat ke asal suara lalu tubuhnya bergerak cepat menjauhi Revan.

CALISTA Book 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang