Revan meneguk minumannya sambil mengamati ke satu arah dengan wajah datar, Panji dan kekasihnya yang tampak berbicara dengan penuh kemesraan dan seolah tidak menganggap Revan ada di sana. Muak melihat kemesraan sepasang kekasih itu, Revan mengalihkan perhatiannya ke arah lain, namun kini dia mengernyit ketika melihat Adrian melambai padanya. Sebenarnya bukan Adrian yang membuat Revan mengernyit, tapi seorang wanita yang berjalan di samping Adrian.
"Sori ya, gue telat." Ucap Adrian saat menghampiri mereka.
Panji melirik wanita di samping Adrian, kemudian dia dan Revan saling bertukar pandang penuh arti.
Adrian merangkul pinggang wanita di sampingnya, wanita dengan paras cantik dan juga tajam. Tidak seperti wanita kebanyakan yang dibawa Adrian saat mereka hangout, seksi-genit-dan terkesan murahan, kali ini wanita yang Adrian bawa sangat berbeda. Wanita itu tidak menunjukkan keramahan yang berlebihan, hanya sebuah senyuman sekilas di bibirnya saat menganggup sopan pada mereka semua.
"Cewek lo?" tanya Panji.
Adrian tersenyum miring, lalu melirik wanita di sampingnya. "Kamu pacar aku bukan?"
Wanita di sampingnya mendengus lalu memperkenalkan dirinya. "Nama gue Mala."
"Pacarnya Adrian?" tanya Revan.
"Iya lah, pacar gue." Sahut Adrian cepat, kali ini dengan tawa penuh kepuasa. Dia tidak memedulikan tatapan terkejut Panji dan juga Revan, dan kini menarik kursi untuk Mala duduk di sampingnya. "Tumben Nindi ikut?" tanya Adrian lagi.
"Kata Panji hari ini semuanya bawa pasangan, makanya gue dibolehin ikut." Jawab Nindi.
Panji menyahut. "Kan lo yang bilang, bego, kalau malam ini mau senang-senang sama cewek. Ya gue bawa Nindi lah. Gue kan bukan lo, yang doyan gonta-ganti pacar."
Dari bawah meja, Adrian menendang kaki Panji dan memelototinya. Apa Panji tidak tahu mendapatkan Mala itu sangat sulit? Dan lagi pula mereka baru saja kembali bertemu setelah beberapa bulan Adrian harus pergi kebelahan dunia lainnya untuk bekerja.
"Nggak usah sok polos, semua orang juga tahu kamu itu playboy." Gumam Mala di samping Adrian yang tersenyum canggung.
Adrian meraih jemari Mala dan mengecupnya mesra. "Tapi kan aku udah janji, nggak bakalan begitu lagi kalau kamu tetap sama aku terus."
Mala tersenyum geli dan memalingkan wajah. Adrian dan tingkah konyolnya yang selalu membuatnya terhibur.
Panji dan Revan mengernyit jijik menatap Adrian.
"Jadi ini cewek yang lo ceritain itu? Yang buat titit lo berasa impoten walaupun di sodorin toket segeda bola basket?" cibir Panji.
Revan terkekeh geli. "Playboy kena batunya, huh?"
Senyuman manis Adrian yang sejak tadi menghiasi bibirnya karena dia terus menerus menatap Mala seketika sirna. Dia menatap kesal pada dua sahabatnya. "Ngomong gue impoten sekali lagi, gue hamilin nih cewek gue! AW!" Adrian meringis dan mengusap kepalanya yang baru saja dipukul oleh Mala.
"Aku belum pernah bilang ya, Adrian?"
"Apa?"
"Aku nggak pernah tertarik dengan barang bekas." Mala tidak lupa melirik kebawah dengan tatapan penuh hina.
Nindi tertawa kuat. "Mampus lo, Ian. Si Luna, teman gue yang pernah lo pacarin seminggu pasti senang banget kalau tahu ada cewek yang bisa nistain lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
CALISTA Book 2
General FictionSebagian cerita sudah di hapus Mengarungi kehidupan rumah tangga yang berakhir menyedihkan membuatku hanya menginginkan satu hal jika pun aku akan menikah lagi nanti. Tolong, cintai aku. - Calista