114. Hangat nya

167 13 17
                                    

Setelah makan mereka melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Andre hanya diam sepanjang perjalanan nya, dia melihat jalan lumayan sepi itu.

'Kenapa hati gw tetap ragu, meski gw mencoba yakin mempercayai mereka. Kaya ada yang mengganjal. Apa keputusan gw ini udah bener?' Andre melamun

"Sayang, kalo ngantuk mah tidur di pangkuan Mamah ajh. Gak papa kok!" Jesika menarik tangan Andre. Andre menarik tangan nya dan tak merespon Jesika.

"Ndre?! Kamu kenapa?" Rio melihat Andre dari kaca spion belakang.

'Semua nya tampak mencurigakan. Gw kan anak haram, otomatis Rio gak akan mudah menerima gw ajh. Tapi, ini dengan mudah nya menerima kehadiran gw. Apa karna mereka gak punya anak?! Gak, gak! Bukan! Ini seperti nya ada yang mereka sembunyikan. Gw harus cari tau!' Batin Andre.

"Sayang! Andre! Kamu kenapa sih? Kok ngelamun terus?" Jesika khawatir

"Gak papa" Andre dingin

Mereka berhenti di lampu merah. Jalanan itu tampak ramai meski sudah malam.

Pandangan Andre terpaku pada anak lelaki yang mengamen sambil membawa adik perempuan nya yang menangis.

Lalu mereka ngamen di dekat mobil yang Andre tumpangi. Andre membuka kaca mobil itu.

"Dek! Kok jam segini masih ngamen ajh sih? Blom pulang?" Andre terlihat kasihan.

"Kata Mamah uang nya masih belum banyak, kak! Kami juga belum makan! Adek juga terus nangis karna laper!" Anak lelaki itu melihat adik nya.

"Bentar ya dek!" Andre mencari makanan di tas nya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.

"Ini! Kalian cepat pulang ya. Mau ujan loh, jangan sampe sakit ya!" Andre mengelus kepala anak lelaki itu.

"Makasih kak! Makasih!" Anak lelaki itu senang

"Sama-sama" Andre tersenyum dan menutup jendela mobil nya. Mereka lanjut jalan karna lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

"Andre! Kok kasih uang ke mereka? Emang kamu gak nyesel?" Jesika menyentuh tangan Andre.

"Kenapa harus nyesel?! Mereka kan kasihan. Gw pernah kok ngerasin rasa nya lapar gak punya uang juga" Andre tersenyum.

"Tapi kan! Itu jajanan kamu loh" Jesika mengelus rambut Andre.

"Gak papa kok! Gw masih bisa beli, belum tentu mereka bisa beli jajanan ciki gitu" Andre tersenyum

"Tapi kan Ndre! Kalo mereka liat kamu, pasti mereka bakalan minta uang lagi loh" Rio khawatir

"Gak masalah" Andre santai

*

Jam 12 malam mereka sampai di rumah Jesika dan Rio. Andre sudah tertidur lelap di pangkuan Jesika tanpa sadar.

Rio mengangkat tubuh kecil Andre dengan perlahan.

"Berat gak mas?" Jesika tersenyum

"Nggak kok, kaya bawa anak perawan yang langsing!" Rio tertawa

"Kamu ini mas!" Jesika memukul pelan tangan Rio. Mereka tertawa pelan.

"Selamat malam tuan nyonya!" Para bodyguard membuka kan pintu dan menunduk

"Malam semua nya" Rio tersenyum

Setelah mereka masuk rumah, para bodyguard menutup pintu rumah kembali.

"Nah! Tidur disini ya, Ndre" Rio membaringkan Andre perlahan.

Jesika membuka sepatu dan kaos kaki Andre.

brandalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang