happy reading.
⑉⑉⑉
Seperti yang dikatakan dosen Teungku minggu lalu, minggu ini memang banyak tugas. Bahkan untuk pergi ke kantin bersama sahabat-sahabatnya Amel tidak bisa, karena harus mengerjakan tugas.
"Mel, ngantin kuy!" Ajak Embun.
"Enggak bisa, Mbun. Gue mau kerja tugas sama Agam." Tolak Amel.
Embun berdecak. "Elah, bisa ntar malam kerja tugasnya atau ntar sore."
"Tau tuh Agam."
⑉⑉⑉
Sekarang Amel dan Agam berada di gazebo sedang mengerjakan tugas, sebenarnya tugas ini bisa dikerjakan nanti saja, tapi kata Agam mending segerah dikerjakan karena kalau ditunda akan menumpuk tugasnya.
Jujur saja sekarang Amel sangat lapar. "Gam, gak bisa ntar pulang aja ngerjainnya?" Tanya Amel.
Agam menoleh menatap Amel sebentar, kemudian kembali fokus ke macbooknya. "Enggak bisa, gue ada rapat sampe malam. Lo mau nunggu?"
Amel membuang nafas, "Gue laper banget sumpah, Gam."
Agam menoleh, "Oh, lo laper? Kenapa gak ngomong?"
Amel berdecak, "Ini gue udah ngomong."
Agam terkekeh, kemudian membuka tasnya dan mengambil kotak makannya. "Nih, makan ini aja."
"Lo bawa bekal?" Tanya Amel, karena baru kali ini melihat cowok bawa bekal.
"Iya, soalnya gue sampe malam rapatnya, takutnya gak ada waktu buat makan." Jawab Agam sambil menggaruk tengkuknya.
"Eh, terus lo?" Tanya Amel.
"Makan aja, gue udah kenyang kok." Jawab Agam, berbohong. Agam juga belum makan dan sekarang sangat lapar, tapi membiarkan perempuan kelaparan bukan gaya Agam.
Agam itu sangat melindungi perempuan, dia akan membantu dan melindungi perempuan dengan semampu dia. Karena, perempuan adalah calon ibu dan definisi ibu bagi Agam adalah malaikat tak bersayap yang diciptakan oleh tuhan.
Amel mengambil kotak makanan yang Agam berikan tadi kemudian membukanya dan tanpa malu-malu langsung memakannya. Amel sangat lapar sekarang.
"Gwam, lwo ywakwin uwdwah kwenwanywang?" Tanya Amel yang mulutnya penuh dengan makanan.
Agam terkekeh, kalau dilihat-lihat Amel ini lucu juga. "Telen dulu makanannya baru ngomong, Mel."
Amel menelan makanannya. "Lo yakin lo udah kenyang?" Tanya Amel.
Agam mengangguk. "Iya, udah."
"Mending lo makan lah dikit, kan ini bekal lo." Tawar Amel.
"Enggak, lo makan aja. Habisin." Tolak Agam, padahal dia juga sangat lapar.
"Sesendok aja, Gam." Paksa Amel.
Dan akhirnya Agam memakan makanannya, bukan cuman satu ndok tapi enam sendok, kan Agam juga lapar.
"Katanya udah kenyang, tapi makannya bukan cuman sesendok." Sindir Amel.
Agam menyengir, "Hehe, gimana masakan gue enak banget. Jadi keterusan guenya."
"Lo yang masak?" Tanya Amel yang terkejut, tidak percaya kalau Agam yang membuat bekal ini. Soalnya rasanya sangat enak.
"Iya lah gue, emang siapa lagi? Gue kan tinggal sendirian." Jawab Agam.
Amel mengangguk. Sama dong. Batin Amel.
"Malah bengong. Udah cepet makan, habisin!" Seru Agam.
Amel kembali menyantap bekal Agam dan Agam kembali meraih macbook dan mengerjakan tugas. Sekali-kali Amel mengomentari apa yang Agam ketik.
"Enggak, gak nyambung sama topiknya, Gam. Mending ini dihilangin deh." Kata Amel mengoreksi.
"Masih ada hubungannya, Mel. Coba lo baca paragraf awal." Sanggah Agam.
Amel membaca paragraf satu kemudian mengangguk. "Iya sih, tapi hilangin yang ini deh, gak sreg gitu."
"Astaga, ini udah bagus, Mel."
"Bagus gimana? Gak sreg gitu, njir!"
"Kok lo ngegas?"
"Nggak mau tau, pokoknya hilangin. Kalo enggak, lo aja yang presentasi minggu depan."
"Yaudah, jangan salahin gue kalo lo gak dapet nilai."
"AGAM, HILANGIN!"
"Jangan teriak-teriak, Mel. Iya deh, gue hapus bagian ini."
⑉⑉⑉ ᴛᴏ ʙᴇ ᴄᴏɴᴛɪɴᴜᴇᴅ ⑉⑉⑉
agam selalu mengalah wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] ANNOYING PAIR, bluebunn ✓
Fiksi PenggemarAt first it seems annoying, but after a while you start to like it. __________________________ ©𝟸020, tataroom