sorry for typo(s),
happy reading-!____________________
Shintya yang kasihan melihat Delisa terus memohon kepadanya, akhirnya memutuskan untuk membawa Delisa bertemu dengan Embun dan Amel.
Delisa sangat tidak enak dengan keadaan saat ini, jadi dia memutuskan untuk meluruskan semuanya kemudian mencari tempat tinggal untuk sementara di kota ini.
Delisa pun menjelaskan semunya. Dia menjelaskan bahwa ia tidak punya tempat tinggal, dulu dia punya rumah di kota ini namun dia dan keluarganya pindah. Jadi, dia harus mengurus surat-surat pindah dari kampus secepatnya. Itulah mengapa dia memutuskan untuk tinggal sementara di rumah Agam.
"Maafin gue, gue bakalan pindah kok, secepatnya," ujar Delisa.
Embun dan Amel merasabersalah karena sudah berpikir yang macam-macam kepada Delisa.
"Gimana kalo lo tinggal di sini aja, Del?" Saran Amel.
Delisa mengangguk, "Ide bagusㅡenggg, tapi gue ga ngerepotin kan?"
"Enggak kok," Jawab Amel, Embun dan Shintya bersama. Mereka saling menatap kemudian tertawa, karena jawaban mereka yang kompak.
Mereka pun berempat tidur seranjang di atas ranjang big size milik Amel di kamar Amel.
"Btw, lo enggak usah pindah deh, Del! Tinggal sama gue aja," ujar Amel sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Enggak, gue udah check in di hotel, jadi 3 atau 2 hari lagi gue harus pindah." Tolak Delisa.
"Emang ada yang buka hotelnya, kak?" Tanya Shintya.
"Enggak ada sih, tapi hotel ini milik temen kakek gue. jadi, gue diijinin buat check in." Jawab Delisa.
"Yah, padahal seruh tidur rame-rame kaya gini," ujar Embun.
__________________
Ketika Delisa berencana pindah dan keadaan membaik, Embun dan Abian sudah baikan, begitupun Amel dan Agam. Shintya juga sudah memaafkan Delisa, karena Delisa sudah meminta maaf.
Mereka semua sudah menjadi teman.
Mereka menjadi cepat akrab, karena memiliki banyak kesamaan, mulai dari selerah musik, fashion sampai pemikiran. Itulah perempuan; jika selerah dan pemikiran mereka sama, maka mereka akan menjadi teman, bahkan sahabat.Hari ini merekaㅡAmel, Embun, Shintya, Abian dan Agamㅡmengantar Delisa sampai di basement apartmen.
"Ntar kalo bosen main ke sini aja," ujar Amel.
"Kalo ada apa-apa, jangan sungkan buat mintol ke kita," sambung Embun.
"Kak, kalo mau mukbang hubungi gue," sahut Shintya.
Delisa tertawa, "iya-iya, gue pamit ya, see you!"
Delisa berpelukan dengan Amel, Embun dan Shintya, setelah itu ia pun masuk ke dalam mobilnya.
Di dalam mobil Delisa selalu tersenyum, dia sangat senang karena telah menemukan teman baru. Meski cinta lamanya harus dia relakan begitu saja.
____________________
Adzan berkumandang, Amel, Embun, Shintya, Agam dan Abian serentak meneguk jus jeruk, kemudian berwuduh. Mereka sholat magrib berjemaah yang di imami oleh Agam, setelah itu mereka menyantap menu berbuka puasa beserta takjil yang mereka buat tadi.
"Es kopyornya, endol surendol takendol kendol ngeunah...." kata Shintya kemudian kembali menyantap Es kopyor.
"Gue lebih suka es pisang ijo," sahut Embun.
"Lebih enakan liat muka kamu, yang," celetuk Abian dan Embun tersipu malu.
Agam, Amel dan Shintya pura-pura muntah melihat adegan yang baru saja terjadi.
Amel menyendok puding ke dalam mulutnya, "Aduh, pudingnya enak banget," kata Amel sambil mengunyah puding dan menggerak-gerakkan kedua tangannya; seperti anak kecil.
Agam yang melihat Amel bertingkah seperti itu terkekeh kemudian reflek menyubit pipi Amel, Amel mematung dan semua mata tertujuh kepada mereka berdua.
Shintya tersenyum jahil, "Cie cie cie...."
Pipi Amel memerah, ia langsung meraih gelas yang berisi air putih dan langsung meneguknya. Sedangkan Agam hanya masem-masem.
"Dih, bisa salting juga lo berdua?!" Celetuk Abian.
____________________
2 chapter lagi tamat ya sahabad ( ' 3')
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] ANNOYING PAIR, bluebunn ✓
Fiksi PenggemarAt first it seems annoying, but after a while you start to like it. __________________________ ©𝟸020, tataroom