Sejak tadi Arum mengikuti kemanapun aku pergi ke toilet,ke ruang guru. Dan sekarang dia duduk disampingku sambil terus merapalkan kata maaf.Aku masih kesal dengan dia.
"Ya tuhan Kis udah ngapa marahnya. Akukan cuma iseng ngasih kamu lingere itu".
"Tapi itu kelewatan".
Benar benar kelewatan gara gara lingere yang kamu berikan itu aku jadi menikmati permainan Mas Eza dan aku dibelikan lebih banyak kain sialan itu.
"Kiss plis maafin. Gw janji ga bakal gitu lagi. Lo bisa buang aja atau balikan kegw lagi deh".
Enak saja dipulangkan. Lingere udah tak berbentuk dirobek oleh Mas Eza malam itu.
"Berapa harganya? Aku ganti uang aja".
"Ga usah Kis. Kalo lo mau ambil aja gw ga butuh".
Aku diam memperhatikannya Arum paham apa maksudku.
"Tujuh ratus ribu itu harganya".
Aku melongo. Serius tujuh ratus ribu dan dirobek Mas Eza dalam waktu beberapa detik. Ya tuhan mana uang jajanku tinggal setengah karena kubelikan novel.
"Awal bulan nanti aku ganti Rum".
"Kis plis deh".
Aku memandangnya sinis.
"Okee oke kamu boleh balikin uangnya tapi gw udah dimaafinkan?".
Aku mengangguk lalu Arum memelukku.
"Gw tau lo ga bakal bisa tahan marahan sama gw Kis".
Ya memang benar bahkan dengan Mas Eza yang kelakuannya sudah sebelas duabelas menyamai binatang itu saja dilubuk hatiku yang paling dalam aku sudah memaafkannya.
-----
Sekarang aku tengah menyalin catatan diperpustakaan. Sendirian. Ya jangan tanya dimana si Arum, setelah mendapatkan maaf dariku dia langsung pergi kekantin menemui Abi, pacarnya.
"Dorr".
Seseorang menepuk pundakku mengagetkanku. Aku langsung menoleh kebelakang.
"Gilang apa apa sih kalo aku jantungan gimana?".
Aku cemberut. Gilang lalu duduk disampingku.
"Ya mati terus dikubur". Katanya sambil mencubit pipinya mengembung karena cemberut.
"Aww sakittt lepasin ih".
Gilang tertawa. Jujur aku sangat menyukai tawanya yang lepas mengingatkanku pada seseorang.
"Ngerjain apa sih keknya serius amat gw liatin?".
Aku menggeser buku tulisku kehadapannya. Gilang membaca sebentar dan melihat tulisanku yang belum mendapatkan ujungnya. Ya alasanku belajar di perpustakaan sekarang karena aku belum paham materi yang dijelaskan oleh guruku.
"Aelah ini mah gampang sini gw ajarin Kis".
Siang itu aku diajari oleh Gilang. Aku lebih banyak menatapnya diam diam daripada mendengar penjelasannya. Rasanya dadaku hangat setiap melihatnya terasa begitu nyaman untukku rasa ini berbeda saat bersama Mas Eza. Saat bersama Mas Eza perut terasa melilit dan menegangkan tapi aku suka reaksi itu dan dadaku berdebar begitu keras sampai aku rasa jantungku mengeluarkan tenaga ekstranya. Aku tak tahu apa yang telah terjadi dengan diriku sendiri.
----
Aku memasukan peralatan tulisku kedalam tas dan bersiap pulang.Aku membuka HP miliku dan ada pesan dari Mas eza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poignantly
RomanceAku lari dengan sekuat tenagaku mencapai gerbang depan sekolahk. Terlihat mobil BMW warna hitam terpakir disebrang jalan, dengan buru buru aku menyebrang jalan dan masuk ke mobil. "Kamu telat 2 menit sayang" Aku memandangnya dengan pandangan memelas...