16.

8.3K 294 47
                                    

Hari ini mereka berempat sedang menunggu dibandara. Hari ini adalah hari kepulangan liburan mereka. Minggu depan mereka akan kembali ke sekolah. Dalam waktu 1 minggu banyak yang perlu disiapkan. Apalagi untuk seorang Arum. Tuntutan dari keluarganya harus ia jalani.

Kiska duduk sendirian dibangku. Arum dan Azhar sedang membeli makan sedangkan Gilang sedang ke kamar mandi.

Kiska sedang membuka instagram melihat postingnnya yang dia unggah beberapa hari yang lalu. Dia yakin akan merindukan tempat ini dan kenangannya dengan Mas Eza. Oh jangan lupa kejadian itu.

Demi tuhan sampai sekarang Kiska belum berbicara kepada Azhar karena ada Arum. Tapi sejauh ini Azhar tidak melakukan hal yang mencurigakan dimata Kiska. Semoga saja.

Handphonenya berdering pertanda sebuah panggilan video masuk.

Kiska buru-buru mengangkat panggilan video itu.

"Halo Mas".

"Hay sayang, pesawatnya sudah lading?".

Kiska menghembuskan nafasnya kesel.

"Belum Mas, ada keterlambatan katanya. Jadi Kiska nunggu disini".

"Sebentar lagi juga datang. Jangan cemberut doang nanti aku kangen sama kamu. Kamu taukan aku masih akan pulang lusa."

"Memang separah itu ya Mas?"

Kiska melihat Mas Eza meraup wajahnya kasar, gurat lelah terpampang diwajahnya.

"Ya begitulah. Mana Arum?".

"Arum lagi makan siang sama pacarnya Mas".

"Terus kamu sendirian disitu?".

"mphh engg... ".

"Kiska kamu videocallan sama siapa".

Tiba-tiba Gilang duduk disampingnya. Buru-buru Kiska menelungkupkan handphonenya dan mengecilkan suaranya.

"iituuu.... Iniii Mbakku".

"Oalah, kamu ga mau nyari makan juga Kis. Tadikan kamu belum sarapan. Mau aku belikan roti?".

Mendengar itu Kiska mengangguk dan Gilang berjalan meninggalkannya. Kiska melihat handphonenya untuk panggilannya sudah mati tapi Kiska tadi belum sempat mematikannya mungkin Mas Eza yang mematikannya karena ada hal penting.

Namun dilain tempat Eza mengepalkan tangannya mendengar percakapan laki-laki itu dengan Kiska. Sialan hatinya begitu panas rasanya.

Dia menggebrak meja begitu kuat sampai tangannya memerah tapi tetap tidak meredakan amarahnya. Mungkin yang perlu dia lakukan sekarang adalah bekerja secepat mungkin agar bisa cepat kembali lalu memberi pelajaran pada laki-laki sialan itu. Dan sedikit memberi hukuman kepada Kiskanya karena tidak menuruti kata-katanya.

Senyum senang menghampiri wajah Eza mengingat ia akan sedikit bermain dengan Kiska. Kiskanya hanya Kiskanya.

--------

Akhirnya mereka semua sampai kerumah masing-masing setelah mengalami waktu penerbangan yang panjang.

Kiska membuka pintu rumahnya dan ada ayahnya diruang keluarga sedang duduk menonton tv.

"Ayah Kiska pulang."

Ayahnya yang mendengar suara Kiska  mengulas sebuah senyuman. Senyuman yang Kiska rindukan.

Kiska berlari meninggalkan kopernya dan menghamburkan diri kepelukan ayahnya. Ayahnya mengelus rambut Kiska dan menciumnya.

"Cepek gak?".

Kiska mendongakkan kepala.

"Capek sih yah. Tadi juga ada penundaan pas mau pulang. Tapi itu semua ga ada apa-apanya. Disana bener-bener indah banget yah. Apalagi pantainya bener-bener kek belum tersentuh manusia, masih asri. Aku juga bawain ayah oleh-oleh. Ada juga buat mbak wulan nanti kita kirim kesana ya yah."

PoignantlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang