Setelah kejadian di rumah makan itu dengan Gilang hubungan kami menjadi semakin dekat tapi aku belum berani menceritakan apa yang sudah Mas Eza lakukan padaku aku hanya mengatakan aku dan Mas Eza pernah menjalin kasih namun sampai sekarang Mas Eza tidak mau mengakhirinya. Dan kurasa Gilang cukup percaya walau kuliaht jelas keraguan dimatanya.
Sedangkan hubunganku dan Mas Eza masih seperti sebelumnya, tuan dan pelacurnya. Miris sekali, aku tidak bisa apa apa selain patuh kepadanya.
Aku perlu mendingkan isi kepalaku yang kacau ini. Dan berlibur bersama Arum, Gilang, dan Azhar adalah pilihan yang tepat setelah suntuk menghadapi Ujian Kenaikan Kelas.
Dan disinilah kami berempat. Disebuah Villa milik keluarga Arum tentunya, yang terletak di dekat pantai yang sangat indah.
"Gw rasa kita mending kamarnya sendiri-sendiri deh soalnya kan biar lebih nyaman. Ga ada yang rusuh gitu".
Kami duduk diruang tamu villa ini sambil menentukan kamar yang akan kami huni. Sepertinya ide Arum bukan hal yang buruk. Aku bisa benar benar bersantai dalam keindahan dan ketenangan tempat ini.
"Oke gw pilih yang dideket tangga".
Ujar Azhar."Gw yang deket dapur itu deh Rum, gw suka laper kalo malem".
Arum mengangguk mengiyakan."Lo pilih yang mana Kis?". Aku berfikir "Mhhhh kalo yang diatas ujung sendiri itu boleh ga Rum?".
"Pilihan yang bagus Kis, gw jamin lo bakal terpukau sama pemandangan dari atas sana". Aku terseyum senang.
"Oke guys jadi silahkan masuk kekamar kalian masing masing dan terus kita ketemu lagi disini nanti jam 4. Kita bakal ke pantai buat ngeliat sunset yang ga boleh dilewati pas kita disini, okey?".
Kami serempak mengangguk dan menggeret koper kami ke kamar masing masing.
Aku membuka pintu kamar milikku. Ranjang dengan ukuran menghadap ke balkon samping yang dipasang kaca transparan membuat pemandangan gunung disana terlihat. Aku berjalan kebalkon depan dan membuka pintu kacanya.
Pemandangan laut yang begitu biru menenangkan mataku. Seulas senyumku muncul. Mari lupakan masalah yang ada Kis, kamu butuh ketenangan disini. Aku segera membereskan baju-bajuku dan membersihkan tubuhku.
Aku rasa diriku perlu istirahat sebentar karena perjalanan kemari bisa dikatakan tidaklah mudah.
----------
Kami berempat menyeusuri jalan setapak yang sudah disiapkan di resort ini untuk menuju kepantai dan aku melihat beberapa villa yang tidak jauh dari villa milik keluarga Arum.
Didepanku Arum dan Azhar sedang bersenda gurau sedangkan aku dan Gilang lebih banyak menikmati pemandangan.
"Btw Rum yang punya Resort ini orang berada banget ya? Gila gw kagum banget sama desain Villanya".
Aku menoleh kearah Gilang. Ya memang benar ucapannya, siapapun yang masuk kewasasan Resort ini pasti mengakuinya bisa dibilang Resort ini adalah duplikat hawai.
"Yoik banget Lang. Bisnisnya dimana mana kata bokap gw. Kalo bukan karena bokap gw temenan sama yang punya resort ini ga bakal keluarga gw punya Villa disini harganya jetset sumpah untung dikasih potongan".
Arum tertawa cekikikan. Seberapa kaya ya kira-kira kataku dalam hati. Keluarga Arum saja bisa terbilang salah satu rich-nya kotaku lalu apa kabar dengan pemilik resort ini.
"Hey Kis ngelamun mulu udah sampai nih". Gilang menepuk pundakku menyadarkanku dari khayalan.
Kulihat Arum dan Azhar sudah lebih dulu berlari lari saling mengkap. Ya mereka adalah pasangan yang manis andai aku dan Mas Eza bisa seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poignantly
RomanceAku lari dengan sekuat tenagaku mencapai gerbang depan sekolahk. Terlihat mobil BMW warna hitam terpakir disebrang jalan, dengan buru buru aku menyebrang jalan dan masuk ke mobil. "Kamu telat 2 menit sayang" Aku memandangnya dengan pandangan memelas...