Hari ini adalah hari ke-lima kami liburan. Kemarin kami berempat memutuskan untuk beristirahat pada hari ke-empat. Dan aku sedang bersantai di balkon kamarku sambil mengecek hpku.
Dari kemarin Mas Eza tidak menghubungiku. Atau Mas Eza sudah pulang ke kota? Atau Mas Eza pingsan di Villa dna tidak ada yang tahu. Enyahkan hayalanmu Kiska.
Aku berdiri dan mondar-mandir gelisah. Berulang kali aku mengecek. Bodoh. Kan aku bisa menelfonnya.
Aku mencari kontak Mas Eza dihpku lalu menghubunginya. Terhubung namun tidak diangkat.
Siapa yang tidak khawatir jika begini. Cara satu-satunya aku harus pergi ke Villa Mas Eza. Aku harus mengecek keadaannya. Walaupun Mas Eza jahat padaku tapi yang kulakukan sekarang demi kemanusian. Benarkah?
Aku menuruni tangga. Dia ruang santai ada Azhar dan Arum yang sedang bersantai.
"Mau kemana Kis?".
"Anuuuu mau keluar sebentar ya. Ga usah ditungguin".
"Sendirian?".
Aku mengangguk cepat.
"Udah ya aku buru-buru".
Aku berjalan meningglakan mereka berdua.Akhirnya aku sampai didepan Villa Mas Eza. Aku memencet bel. Nihil. Tidak da sautan dari dalam. Jantungku semakin berdegub kencang.
Aku kembali memencet bel. Aku tidak bisa tenang sekarang. Aku mencoba membuka handle pintu. Tidak terkunci.
Aku masuk dan melihat sekitar. Kamar Mas Eza. Aku masuk ke dalam kamar Mas Eza tapi tidak ada keberadaanya. Aku membuka pintu kamar mandi. Disana juga tidak ada.
Aku berjalan turun ke dapur. Tidak ada juga. Air mataku turun. Ya tuhan dimana Mas Eza sebenarnya. Kopernya masih ada dikamar tadi. Aku benar-benar khawatir.
Aku terduduk dilantai sembari menggengam kuat ponselku.
"Kiska?".
Aku mendongakkan kepalaku. Mas Eza berdiri didepanku. Aku bangkit lalu memeluknya dengan erat.
"Hey kenapa?".
Aku menggeleng dipelukannya. Mas Eza menggendong tubuhku seperti koala membuatku memekik. Lalu dia duduk di kursi yang ada didapur dengan aku yang duduk dipangkuannya.
Aku mencoba untuk turun dari pangkuannya namun ditahan oleh tangannya dan kembali memelukku. Aku menegang dipelukannya. Namun dada Mas Eza adalah tempat ternyaman untukku bersandar. Mendengar degub jantung Mas Eza yang berdetak cepat membuatku semakin memelusupkan kepalaku didadanya.
"Mas tanya kamu kenapa Kis. Tiba-tiba nangis terus meluk Mas gitu".
"Kenapa Mas ga hubungin Kiska terus ga angkat telfon Kiska juga. Kiska takut Mas pingsan disini terus ga ada yang nemuin".
Mendengar celotehanku Mas Eza tertawa senang. Tawa yang sudah lama tak kulihat. Tawa yang menenangkan hatiku.
"Kamu khawatir sama Mas?".
Aku mengangguk ragu. Mas Eza membingkai wajahku dengan tangannya. Lalu mencium keningku, mataku, hidungku, pipiku dan mengecup singkat bibirku.
"Makasih sayang".
Mas Eza memelukku erat. Aku membalas pelukannya sama eratnya. Rasa lega melihatnya baik-baik saja membutakan mataku.
"Jadi Mas Eza kemana aja?".
"Mas diminta sama Ayah Mas buat pantau perkembangan disini sayang".
"Semua okekan Mas? Mas Eza kelihatannya banyak pikiran".
KAMU SEDANG MEMBACA
Poignantly
RomanceAku lari dengan sekuat tenagaku mencapai gerbang depan sekolahk. Terlihat mobil BMW warna hitam terpakir disebrang jalan, dengan buru buru aku menyebrang jalan dan masuk ke mobil. "Kamu telat 2 menit sayang" Aku memandangnya dengan pandangan memelas...