12

13.2K 310 8
                                    

Aku kembali pulang ke Villa siang hari. Setelah Mas Eza tertidur aku kembali ke Villa Arum. Aku masuk ke dalam Villa dan ternyata mereka belum pulang. Lega rasanya aku tidak perlu menyiapkan alasan kepergianku.

Aku ke dapur mengambil air minum. Arum,  Azhar dan Gilang telah kembali. Mereka membawa sekantung kresek belanjaan.

"Apa itu Rum". Tanyaku menunjuk kresek besar itu.

"Ini daging sama sosis Kis. Ntr malem kita pesta barbeque ya. Sebenarnya ini usul si Gilang soalnya biar lo ga capek kemana-mana dan bisa istirahat di Villa".

Aku tersenyum berterimakasih pada Gilang.

"Yang istirahat digazebo belakang yuk".
Ajak Arum pada Azhar. Mereka berdua pergi meninggalkan aku dan Gilang di dapur.

"Lo udah oke Kis".

Aku mengangguk. Sekelebet ingatan tentang ancaman Mas Eza memenuhi otakku. Maafkan aku Lang.

"Mau ke gazebo ga gangguin mereka pacaran?".

Aku menggeleng. Sebisa mungkin aku harus membatasi kedekatanku dengan Gilang.

"Aku mau ke kamar aja Lang, badanku masih ga enak rasanya".

Aku berjalan meninggalkan Gilang di dapur. Maaf Lang maaf, hanya ini yang bisa aku lakulan untukmu.

Aku memasuki kamarku dan duduk dibalkon. Pikiranku menerawang. Apakah aku selamanya akan menjadi budak sex Mas Eza? Apa tidak ada cara agar aku terbebas darinya.

Aku tersentak mengingat sesuatu. Pil KB. Aku bergegas mengambil pil itu didalam tas selempangku. Semoga saja masih ada disana.

Aku bersyukur masih ada 1 bungkus pil KB disana. Aku dengan segera meminumnya, aku tidak mau membuat keadaan yang buruk ini menjadi semakin buruk.

Aku merebahkan diriku diatas ranjang. Memikirkan masa depanku yang entah akan seperti apa. Tanpa aku sadari kantuk menjemputku menenggelamkanku dalam mimpi.

---------

Aku bangun saat hari sudah menjadi petang. Berapa lama aku tidur tadi ya. Aku segera membersihkan diri dan turun kebawah. Aku berjalan ke belakang disana. Arum dan yang lainya berkumpul menyiapkan acara malam kami.

"Maaf ya aku ketiduran".

"Gapapa kali Kis. Lo pasti bener bener capek".

Aku mengangguk membantu menyiapkan alat makan bersama orang yang berusah aku hindari. Aku menjaga jarak padanya.

"Kamu ga lagi ngehindarin akukan Kis".

Aku mendongak menghentikan kegiatanku mengelap sendok. Memang sebegitu kelihatannyakah aku mencoba menghindari Gilang.

"Aku ada salah apa sama kamu?".

Aku menggeleng.

"Aku ga ngehindarin kamu Lang, aku cumaa.....capek aja...iya aku cuma capek kok".

"Kamu yakin Kis".

Aku mengangguk mantap.  Rupanya Gilang adalah laki-laki yang peka. Arum datang membawa daging dan sosis yang sudah matang lalu kami bersiap memakannya. Kecanggungan yang tadi melikupiku dan Gilang sirna karena adanya Arum dan Azhar.

Kami kembali ke kamar masing-masing pukul 11 malam. Aku masuk ke kamarku dan membuka HPku.

17 panggilan tak terjawab dari Mas Eza.

Degg....

Kenapa Mas Eza menelfonku sebanyak ini. Lalu aku membuka pesan.

Mas Eza
Aku tunggu kamu dipantai. Kalo kamu ga dateng aku ga akan balik ke Villa.

PoignantlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang