Wrong Guess ?

392 53 45
                                    


.........taehyung??

Mobil bmw jimin pun melaju mengitari bundaran kota seoul..
tak lupa jimin menyalakan penghangat di dalam mobilnya agar gadis kesayangannya ini tidak kedinginan.
Hati jimin sedikit tak tenang melihat jungkook dan taehyung, jimin bisa menilai dari sorot mata keduanya kalau mereka memang ada rasa terhadap kekasihnya.

"sayang? kamu mau makan dimana?"
sambil melihat kekasihnya sekilas

"terserah oppa saja, aku mau dimana saja
Jawab Ran dengan senyuman manisnya.

Jimin pun meraih tangan kanan Ran, dan mencium punggung tangan kekasihnya dengan lembut.
"baiklah kita ke resto china langganan gimana?"

Ran tersipu saat mendapatkan perlakuan manis dari Jimin, wajahnya sudah memerah dengan sempurna.
"ok oppa"

Jimin pun terkekeh melihat Ran yang salah tingkah.
Ia pun kembali memfokuskan diri untuk menyetir.

.

.
Xionci Restaurant

Kini mereka sedang menikmati hidangan yang sudah di sajikan, sesekali mereka tertawa, saling menukar cerita, bahkan ngeluarkan lelucon, dan yg pasti ada jimin tak pernah mengalihkan pandangan dari kekasihnya itu, setiap inci dari wajah ran tak luput tadi pandangannya.

Sepertinya kencan pertama mereka ini berjalan mulus.
Jimin merasa bahagia kala menatap Ran yang tengah tersenyum, ia merasa Ran sangat tulus padanya. Entah mengapa walaupun hubungan mereka terbilang baru tapi Jimin merasa sangat nyaman jika Ran ada didekatnya.
Ia merasa sudah lama mengenal Ran.
Jimin berharap ini akan berjalan lama bahkan ia berdoa semoga selamanya ia bisa bersama Ran.



                  ====== =======

Ran Apartment

00.00

Ran sudah sampai di apartemennya. sebelumnya ia sudah membersihkan diri. Ran pun mengecek ponsel yg sedari tadi tidak ia sentuh sama sekali karena sibuk dengan jimin, entah kenapa ia ingin sekali mengecek ponselnya.
Baginya bersama Jimin tak membutuhkan apa apa lagi.

Dan ternyata benar saja, ada 2 pesan yg dikirimkan arin kepadanya.
Dan dengan bersemangat segera membuka pesan itu.

"hi ran, maaf aku tidak mengabariku kalau aku pergi ke ilsan mendadak, lusa kemarin paman dan bibiku menjemputku untuk segera ke ilsan, ada keperluaan keluarga yg tidak bisa ku ceritakan sekarang, tapi sepulang aku dari sini aku akan mengabarimu, maafkan aku ya ran"

Ran mengerutkan dahinya, sejak kapan arin akur dengan  bibi dan pamannya, bukankah mereka selama ini tak pernah bertegur sapa gara gara sengketa warisan keluarga arin yg tak kunjung selesai. Ini terasa aneh,
Tapi ran tidak menghiraukannya, yg ada dibenaknya sekarang hanya merasa lega dan bersyukur mengetahui bahwa sahabatnya itu baik baik saja.

Ran pun segera membalas pesan Arin, namun Arin belum membacanya.
Ran pun merebahkan tubuhnya, sembari menyelimuti tubuh mungilnya.
Ran kembali menatap layar ponselnya, masih belum ada balasan dari Arin.
Mungkin Arin sudah tidur pikirnya, dan besok pagi Arin akan membalasnya.
Ran pun meletakan ponselnya keatas nakas yang ada disamping kanan ranjangnya, ia mengubah posisi tidurnya menyamping menatap kaca jendela kamarnya.

02.00

Srek..

Srek

Srek

Terdengar suara bergesekan dilantai kayu kamar Ran, tak lama terlihat pergerakan dari kolong tempat tidur ran, terlihat ada tangan yg merayap keluar dari dalam sana, dengan agak bersusah payah dia berhasil keluar.
Kini seorang pria berdiri sempurna disamping kiri tempat tidur Ran.
Keringat keluar dari tubuh pria itu yg sedari tadi berada di dalam kolong ranjang milik si cantik ini, kaos v nya basah dengan keringat
nafasnya sesaknya mulai dia atur, mungkin karena terlalu lama di dalam sana.

02.00 : 𝐂𝐨𝐮𝐧𝐭𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐋𝐨𝐯𝐞 ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang