Related ll

268 31 39
                                    

.

.

.

Busan 27 Juli 2002

Panti Asuhan St.Monica Dongkyu
 
Waktu menunjukan pukul 5 sore,  langit orange dikota Busan terlihat indah ditambah dengan semilir angin yang menyapu jalan menambah kesan kedamaian saat sore itu.
Namun tidak dengan wanita yang ada disana, ia
sedang menatap sebuah bangunan besar dengan beberapa anak anak kecil yang sedang bermain dan berlarian.
Hatinya terasa teriris kala melihat seorang anak laki laki yang sedang bermain dengan riang, memorinya berputar bayi yang 5 tahun lalu telah ia tinggalkan didepan gerbang Panti asuhan tersebut, kini telah tumbuh menjadi anak laki laki yang sangat lucu dan menggemaskan.
Lihatlah dengan setelan kodok berwarna putih dan topi berwarna kuning yang ia pakai begitu terlihat menggemaskannya bocah itu.

Hatinya hancur. Perasaan bersalah sedang bergelut dalam benaknya.
Namun pandangannya beralih pada seorang pria dengan tuxedo berwarna abu abu yang sedang berjongkok sambil bermain mobil mobil dengan bocah itu, matanya menelisik apakah ia tidak salah lihat?
Wanita itu hanyut dalam pandangannya tanpa sadar pria itu telah keluar dari gerbang itu yang kini sedang berjalan mendekatinya.

"Seulgi?"

"E-eh?"
Wanita bernama Seulgi itu sedikit tersentak saat mendengar namanya dipanggil, panggilan itu membuyarkan lamunannya.

Pria itu tersenyum dengan canggung, tak menyangka bisa bertemu dengannya disini. Namun jauh didalam hatinya ia merasa senang melihat gadis yang dulu sempat menjadi kekasihnya sekitar 6 tahun yang lalu kini ada dihadapannya.
"Apa kabar Seulgi ya?"

Seulgi mencoba tersenyum dan bersikap biasa walau sesungguhnya didalam hatinya sedang berkecamuk entah ingatan 5 tahun yang lalu seakan merusak semua ingatannya.
"Baik, bagaimana denganmu?"

Pria itu mengulas senyumnya.
"Seperti yang kau lihat aku baik saja, dan aku menepati janji kita dulu kalau aku akan tetap bertanggung jawab dengan anak kita"

Seulgi menaikan satu alisnya saat mendengar jawaban pria yang ada didepannya.
Anak kita?
Hati Seulgi terasa dicambuk dengan keras, bagaimana bisa ia mengatakan itu anak kita.
Apakah ia lupa kalau dulu keduanya membuang bayi suci itu didekat tempat sampah?
Apakah ia tak merasa bersalah?
Bahkan ia bisa tersenyum.

"Ah benarkah?"

Lagi, pria itu menunjukan senyuman hangatnya.
"Tentu, setiap sebulan sekali aku akan datang dan bermain dengannya. Aku juga menanggung semua kebutuhannya, lihatlah betapa mengemaskannya dia, dia juga terlihat mirip denganmu"
Seraya tanganya menujuk bocah lelaki yang sedang bermain jungkat jungkit bersama temannya.
 
Seulgi pun menatap bocah lelaki itu dan tersenyum, sungguh ia sangat ingin memeluknya saat ini.
Bagaimana pun ia tetap ibu kandungnya.
"Iya dia mirip denganku"
Kedua matanya memerah, sungguh ia sangat terluka saat melihat bocah itu tertawa dengan riang.
Ia merasa menjadi ibu yang paling kejam didunia, bagaimana bisa ia tega meninggalkan bayi mungil itu dulu?

Pria yang menyadari perubahan wajah Seulgi pun segera memegang bahu Seulgi agar menghadapnya.
Dengan cepat pria itu memeluk tubuh Seulgi yang terasa bergetar.
"Aku tau kita salah, aku tau kita orang tua yang kejam, tapi semua telah terjadi Seulgi ah, kita tidak akan bisa mengulangnya kembali.
Hanya ini yang bisa aku lakukan sekarang,  Walau yang dia tau aku hanyalah seorang Paman donatur ditempat ini, Tapi aku berusaha memberikan sosok ayah untuknya. Percayalah aku juga terluka kala melihatnya tersenyum, saat dia tertidur ia begitu mirip denganmu"
Sang pria pun tak kuasa menahan air matanya.
Hingga keduanya pun saling memeluk, kedua nalarnya seakan berputar dengan perasaan yang bercampur menjadi satu.
.

02.00 : 𝐂𝐨𝐮𝐧𝐭𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐋𝐨𝐯𝐞 ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang