Ran, mungkin kata maaf tak akan pernah cukup untuk aku yang sudah pergi begitu saja. Aku mungkin aku hanya seorang pengecut, tapi Aku hanya mencari cara untuk memberitahumu bagaimana perasaanku. Aku berharap bisa memelukmu disisiku, Aku tak ingin mengubah satu hal pun karena akhirnya itu nyata. Aku menemukan keajaiban didalam warnamu, Dirimu bagai sinar matahari menjaga jantungku tetap berdetak. Semua yang ada padamu adalah semua yang aku impikan. Dan bila aku bisa menukarkan semua, cukup untuk meminta bahwa aku butuh kita. Aku serahkan semua yang ku miliki hanya untukmu, Aku mencoba bertahan Kau harus tau bahwa kaulah yang ada dalam pikiranku, yang ku butuhkan untuk bertahan adalah dirimu Ran. Setiap malam ditempat tidurku aku berharap agar bunga malamku adalah dirimu, yang aku inginkan hanya dirimu. Awalnya aku membenci takdir bahwa kita tak bisa bersama sebagai sepasang kekasih, Aku sempat membenci situasi itu, Namun perlahan aku sadar semuanya tak mungkin bisa terulang, pertemuan kita mungkin sebagian dari takdir Tuhan, Kau percaya tak ada yang benar benar kebetulan didunia ini kan? Ran percayalah bahwa dirimu akan selalu ada didalam doaku, Aku tau saat aku bersamamu aku tak bisa menahan diriku untuk tak terjatuh padamu, Jika aku bisa memohon, Nanti dikehidupan selanjutnya kita dipertemukan dalam keadaan lain, Dimana kita bisa bersatu , Aku bisa menjadikanmu kekasih di sepanjang hidupku. Dikehidupan sekarang berjanjilah dengan atau tanpaku dirimu harus bahagia.
Ran-ah saranghae.
*
Ran menempelkan surat itu didadanya, gejolak 8 tahun yang lalu seolah menyeruak dalam dadanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Columbarium, 107 Seoul
Disinilah Ran berada, tepat didepan foto Jimin yang terlihat tampan dengan balutan kemeja yang dikenakanya. Awalnya Ran ragu tapi setelah melihat anggukan kepala dari Pria yang ada disampingnya, akhirnya jemari mungilnya menyentuh foto itu walaupun terhalangi kotak kaca.
"Oppa aku datang--" kembali Pria itu membawa Ran dalam genggamannya.
"Ini sudah lama sejak terakhir kita bertemu, Aku tak menyangka jika itu terakhir kalinya Aku melihatmu" Pria itu kembali menundukkan kepalanya, entah apa yang dirasakannya saat ini. Apa dia merasa bersalah? atau apakah dia berpikir lagi bahwa Jimin bisa memberikan apa yang tidak bisa diberikannya?
Pria itu pun kembali mengangkat kepalanya kembali tegak melihat tepat pada foto Jimin disana, kini tangannya semakin mengenggam tangan Ran.
"Ran memang sangat baik dan bisa membuat siapa saja jatuh cinta padanya" Pria itu menghela nafas dan mengambil jeda sebelum melanjutkan ucapannya. "Tapi maaf dikehidupan ini akulah satu satunya yang dicintainya begitu juga Aku yang sangat mencintai Ranku ini" katanya sambil melirik Ran.