Rose

349 42 24
                                    


Suasana malam itu terasa dingin, bukan karena dinginnya malam dikota itu, namun dinginnya suasana hati seseorang yg kini tengah membisukan diri dengan titik fokusnya yg hanya tertuju ke depan.

Mata sipit itu tak lagi terasa teduh seperti biasanya, sorot mata itu berubah seperti menahan sesuatu, dan aura hangat hangat yg biasa terpancar berubah membeku, entah apa yg ada dibenaknya kini.

Disisi lain ada seseorang gadis dengan seribu pertanyaan,
"apa yg harus aku lakukan?"
"aku harus bagaimana?"
"aku harus mengatakan apa? bahkan memandangnya saja aku tak berani?"
"aku.. akuu.. akuu.. aku.. aku.......??"

Namun..
gadis itu pun memutusnya untuk tetap diam, bukan karena ia tak peduli, tapi...
sungguh, aura sang dominan membuatnya tak bisa berkutik.
Sungguh gadis itu pun sudah menegang dengan erat ia meremas ujung bajunya sendiri.

ketika sampai semua akan baik baik saja ran tenanglah tenanglah..

                           ===========

Sepasang kekasih itu kini sedang duduk menonton acara televisi, tanpa ada percakapan sedikit pun, semua terasa canggung.
Ran sudah tidak tahan didiamkan oleh jimin sedari tadi, ketika masuk, sehabis mandi, sampai saat ran memberikan baju gantinya pun jimin hanya diam dan mengambilnya tanpa melihat wajah gadisnya itu.

"oppa.."

.....

"oppa..??"

.....

"oppa kenapa mendiamkan ku terus?

.....

"oppa maaf"

.....
"oppa ku mohoon"

.....

"maaf oppa, ran tadi sudah mengetik pesan untuk oppa kalau ran mau keluar, tapi belum ke send, maaf,.."

.....

"oppa??"

....

Entah sudah berapa kali ran memanggilnya, namun
tidak ada tanggapan dari jimin, dia hanya fokus menonton. Tanpa mempedulikan gadis yg kini sedang menahan buliran bening dimatanya.

Ran sudah putus asa, entah harus bagaimana lagi membujuk jimin, mungkin jimin sedang tidak ingin bicara dan suasana hatinya belum tenang, mungkin nanti ran akan mencoba berbicara lagi.
Yang diacuhkan pun segera beranjak untuk pergi, sebelum pergelangan tangannya ditarik oleh jimin hingga terduduk dipangkuan jimin,

"apa begitu cara minta maaf? hm?"

Ran hanya menunduk, merasa bersalah

"maaf oppa"

"hmm boleh oppa tanya sesuatu?"

"heem?"
dengan mengangguk cepat,

"misalkan ran sedang sekolah, dan oppa pergi ke suatu tempat bersama sahabat wanita oppa dan disitu jg ada seorang wanita jg teman oppa yg ran belum kenal, oppa jg tak sempat melihat hp untuk mengabari ran, atau mengecek ulang pesan yg oppa kirim untuk ran lalu menghiraukan semua panggilan dari ran, dan disana oppa sangat senang bisa bercanda dan ngobrol byk hal, sampai  saat ran pulang sekolah ran tak sengaja melihat oppa, perasaan ran bagaimana??"

Alih menjawab pertanyaan jimin, ran malah memeluk erat tubuh jimin, merasa bersalah, dan menyesal, tentu saja ran tidak ingin jiminnya seperti itu.

"hmm oppa percaya sama ran, percaya ran hanya sayang oppa, begitu juga oppa, tapi ran harus ingat komunikasi itu sangat penting, sekecil apapun itu harus dibicarakan, oppa tak akan melarang ran untuk keluar, tapi semua itu harus dibicarakan agar tidak ada salah paham, apa ran mau suatu saat oppa salah paham terhadapmu?"

02.00 : 𝐂𝐨𝐮𝐧𝐭𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐋𝐨𝐯𝐞 ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang