[COMPLETED]
Hyunjin Ganteng : sabi lah itu siapa cha? kenalin bisa kali
Changbean : sabi lah drpd lo ngejomblo mulu
Chaewon : temen kelasnya yeji tuh
Yeji Cantik : gue bagi kontak, tp beliin gue kinder joy sepack!
- A b s u r d c h a t -
✓ Update ra...
Sebelum baca, pencet vote dulu yuk biar nanti gak lupa🌜 itung-itung bantu buat author seneng hehehe🥰
— A b s u r d c h a t —
Hyunjin merutuki dirinya sendiri yang menangis hanya karena melihat pacarnya bermesraan dengan orang lain. Ia terus-menerus mengelap air matanya yang mau keluar, yang bahkan belum sempat jatuh ke pipinya.
"Bangsat nih air mata kenapa sih," umpatnya.
"Lagi sekali ngeluarin air mata, gue donorin lo," ucapnya sambil sedikit memukul matanya.
Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Untungnya di belakang rumah sakit ini, lebih tepatnya di belakang kantin rumah sakit sepi. Setidaknya Hyunjin bisa menenangkan hatinya yang terus berkedut (r:sakit;()
"HAH?!" teriak seseorang yang muncul dari balik pohon besar di dekat pagar rumah sakit. Hyunjin sontak berdiri dengan mengepalkan tangannya.
"Siapa lo? Hantu ya?" tanyanya sambil mengarahkan tinjunya ke udara.
Orang itu hanya terdiam sambil memegang pohon tempat ia muncul tadi.
"Lo yang nangis tadi?" tanyanya. Hyunjin melongo, emang suara tangisannya terdengar sampe sejauh itu?
"Lo bilang mau donorin mata lo kalo nangis lagi," lanjutnya. Hyunjin mulai menurunkan kepalan tangannya.
"Nangis aja lagi,"
"Hah?" Hyunjin melongo.
"Ya lo nangis lagi, habis itu lo donorin mata lo buat gue," jawabnya yang berhasil membuat hati Hyunjin semakin berkedut.
Orang tadi mendekat ke arah Hyunjin dengan kedua tangan meraba-raba benda yang ada di sekitanya.
"Lo...? Tunawisma?" tanya Hyunjin sedikit tak enak.
Orang di depannya hanya mendengus kesal.
"Gue buta, bukan ga punya rumah, tolol," ucapnya sakartis. Hyunjin langsung menutup mulutnya, shock.
"Eh iya tunawisma kan ga punya rumah,"
"Maksud gue tunarungu," lanjut Hyunjin.
Sontak orang di depannya itu tertawa puas.
Deg Deg Deg Deg
Itu suara jantung Hyunjin ngelihat orang di depannya tertawa puas dengan manis. Angin yang menerbangkan rambutnya membuat ia tampak begitu manis dibalik mata sendunya yang ternyata sangat gelap. Hati Hyunjin terhenyuk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tunanetra yang bener," ucapnya setelah ia berhenti tertawa.
"Lo lumayan receh juga," lanjutnya. Kemudian ia segera mengulurkan tangannya ke arah Hyunjin.
"Gue Yiren,"
Hyunjin segera membalas uluran tangan itu, kemudian mengayunkannya naik turun, layaknya orang berjabat tangan, "Gue Hyunjin,"
"Nama lengkap lo siapa?" tanyanya dengan tangan yang masih berpautan dengan tangan Hyunjin.
"Alex Hyunjin Hwang, kenapa?"
"Oke gue panggil Al aja, karena gue juga ngasi nama gue yang gak biasa orang panggil," jelasnya. Hyunjin berpikir sebentar. Ini maksudnya apaaa woi?
"Itu artinya gue nganggep lo istimewa, Al," lanjutnya.
Pipi Hyunjin memanas, kenapa? Kenapa ia malu? Kenapa ia senang?
Gak, gak boleh, ia masih punya Ryujin. Tapi apa Ryujin bener-bener gak ngekhianatin dia sesuai kata Naura waktu di perpus itu?
Setelah melihat kejadian tadi, Hyunjin membenarkan perkataan Naura waktu itu.
— A b s u r d c h a t —
"Gue bisa sendiri kok," ucap Yiren yang sekarang tangannya sedang dipegang Hyunjin menuju kamarnya.
"Lo sakit apa? Kok di rumah sakit?" tanya Hyunjin tak menghiraukan ucapan Yiren.
"Gak sakit," jawabnya singkat.
"Terus ngapain disini? Lo kabur dari rumah dengan cara menyewa kamar rumah sakit? Kenapa gak nyewa hotel aja?"
Yiren lagi-lagi tertawa, orang yang baru saja ia kenal tampaknya sangat mudah bergaul, ia merasa bersyukur sudah bertemu Hyunjin.
"Lo sendiri? Ngapain kesini?" tanyanya balik. Hyunjin langsung terdiam, mengingat betapa dia antusias sekali sebelum sampai sini, lalu setelah sampai ini ia malah sakit hati.
"Al? Lo okay?"
Hyunjin tersadar dari lamunanya, "Okay kok, kamar lo dimana?"
"Lantai dua, V16," jawabnya.
"Lah?"
"Kenapa Al?"
V16? Itu kan ruangan depan kamar Ryujin, anjir gimana dong?
"Kak Hyunjin?" suara familiar terdengar dari belakang tubuh Hyunjin, sontak ia langsung berbalik.
Ryujin, iya Ryujin yang memanggilnya di atas kursi roda dengan cowo tadi yang mendorong kursi roda itu.
"Dia siapa?" tanya Ryujin, matanya tak lepas dari tangan Hyunjin dan Yiren yang saling berpautan.
Hyunjin langsung melepas tangan Yiren, kemudian membuang muka, tak mau melihat Ryujin.
"Temen gue, dia tunanetra, gue bantu dia balik ke kamarnya," jujur Hyunjin. Tapi Ryujin tak percaya, ia malah ingin menangis.
"Aku lagi sakit, tapi kakak malah tolong cewe lain," fix Ryujin nangis. Jaemin yang tepat ada di belakang Ryujin sontak mengelus kepala Ryujin, bermaksud menenangkan.
Melihat itu, Hyunjin juga ingin nangis. Dia tuh jauh-jauh dari Jogja ke Bandung buat ketemu Ryujin, tapi Ryujin malah peluk-pelukan sama cowo lain, sebenernya lebih parah Ryujin kan?
"Kenapa nangis?" tanya Hyunjin dengan tatapan kosong. Ryujin tak menjawab, hanya menatap dalam mata Hyunjin.
"Kan ada dia," lanjut Hyunjin dengan senyum sendunya. Kemudian kembali menuntun Yiren menuju kamarnya.
"Jangan nangis," ucap Jaemin menenangkan.
"Dia cuma cemburu, kasi dia waktu," lanjutnya.
"Cemburu gimana? Itu namanya dia ngajakin perang,"
"Ah tau ah, gue kesel sama kak Hyunjin, titik!"
— A b s u r d c h a t —
hi guise, terimakasi yang tetep vote dan comment cerita absurd ini :'
Aku seneng aja ada yang comment antusias, aku bahkan sampe hafal siapa yang nge-vote dan sering comment wkwkwk😭
Sabar yaa kalian yang bosen baca ini, sebentar lagi mo tamat kok🥺😭