"Sya, gue dijodohin ama orang tua gue. Gimana dong?" Tanya Dila ketika Aisya sudah menyelesaikan tugasnya dan memasukkan laptop ke dalam tasnya kembali.
"Aku sih gak bisa ngasih jawaban terima enggak nya sih, kan kamu yang dijodohin."
"Ih kamu mah, aku bilang ke kamu karena mau nyari solusi."
"Dengerin aku ngomong dulu. Gini ya, orang tua pasti menginginkan yang terbaik buat anaknya, enggak ada orang tua yang pengen ngeliat anaknya susah. Untuk pertama-tama sih kamu tanya dulu alasan orang tua kamu jodohin kamu."
"Udah, jawabannya pengen aku berubah lebih baik dan gak kayak cowok gitu."
"Nah itu tau, terus yang kedua, calon kamu itu gimana orangnya?"
"Emmm gak tau, setau gue dia anak pimpinan pondok pesantren Al-Hidayah. Dia juga abis pulang dari Kairo."
"Sekarang kamu udah sedikit tau tentang dia nih, kan biasanya orang menilai seseorang dari keluarganya juga, jadi kalau keluarganya baik Insyallah anak-anaknya juga baik. Menurut aku sih dia termasuk orang-orang dari keluarga yang baik, bahkan keluarganya pun orang yang dihormati kan?"
"Iya, tapi gue takut. Kayaknya dia terlalu sempurna buat gue. Mana mau dia sama gue."
"Jodoh gak kemana Dil, semua manusia itu sama gak ada yang sempurna. Gini aja ini saranku yang terakhir, kamu salat istikharah, kamu minta petunjuk sama Allah benarkah ini yang terbaik buat kamu atau tidak. Insyaallah kamu akan mendapat jawabannya setelah itu."
"Iya deh, nanti gue coba. Tapi gue gak suka sama dia, ya memang belum pernah ketemu sih, tapi kan gue belum kenal sama dia."
"Pernah dengar kata-kata 'cinta datang karena terbiasa' kan? Nah itu maksudnya, kalau kamu udah terbiasa sama dia begitupun sebaliknya, pasti kalian tanpa terasa mulai saling mencintai."
"Aduh iya deh, gue ke toilet dulu ya sya. Udah kebelet dari tadi nih."
"Wkwk ya udah sana!"
Aisya sedang memainkan handphone-nya, ia merasa kehausan dan ternyata minumnya sudah habis, maka ia berinisiatif untuk mengambil air putih yang memang sudah disediakan di sana.
Pandangannya tetap tidak lepas dari handphone yang ada di genggamannya, mungkin terlalu asik sehingga membuat ia tidak tahu bahwa ada seseorang yang sedang berjalan di belakangnya. Ia menabrak orang tersebut, hampir saja Aisya terjatuh jika lelaki itu tidak memegang lengannya. Sadar bahwa lelaki itu memegang lengannya, Aisya membulatkan mata dan memaksa melepaskan tangannya.
"Mas jangan pegang-pegang dong, gak sopan! Bukan mahram tau!" Kata Aisya kesal karena seenak jidatnya lelaki itu memegang lengannya.
"Eh Lo seharusnya berterimakasih bukannya malah nyalahin! Kalau gue gak pegang tangan Lo, Lo bakalan jatuh dan malu." Ujar lelaki itu datar.
Iya juga ya? Eh tapi kan
"Tapi masnya tetep gak sopan!"
"Terserah Lo mau ngomong apa, gue gak peduli." Kata lelaki tersebut meninggalkan Aisya yang masih kesal dengan tingkahnya.
Dasar mas-mas nyebelin, gak tau apa kalau gak boleh seorang pria memegang wanita yang belum halal baginya?
"Sya udah kan? Yuk pulang, capek nih."
"Eh iya."
~~~~~
Keheningan malam membuat hati menjadi tenang, angin malam yang berhembus sangat menyejukkan tanpa membuat orang kedinginan. Nyanyian jangkrik menjadi lagu malam yang indah. Suara kendaraan yang berlalu-lalang menjadi pelengkap kebisingan malam. Bintang-bintang dan bulan menghiasi langit malam, seperti berebut tempat untuk memberi ketenangan pada manusia yang menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer Is My Husband?✅
RomanceSUDAH TERBIT!😍 Part untuk season satu masih lengkap ya🤗 ~ ~ "Loh Bapak ngapain di sini?" "Mau jemput istri saya." "Lah istri Bapak siapa? Dimana?" "Kamu." ~ ~ Aisya Humaira Sanjaya yang biasa dipanggil Aisya, seorang mahasiswi berparas cantik nan...