Pernikahan Dila

63.7K 5K 168
                                    

Happy reading~~

Hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Kedua keluarga mempelai sangat menanti hari kebahagiaan kedua anaknya. Meskipun tidak terlalu mewah, karena Dila dan Fakhri tidak menyukai sesuatu yang berlebihan. Yah hari ini adalah pernikahan sahabat Aisya. Tentu saja sekarang Aisya berada di sana, ia terpaksa memakai gamis berbahan brokat. Meskipun lebar, Aisya tetap tidak menyukai gamis tersebut, karena terlihat mewah. Aisya lebih menyukai kesederhanaan, namun apa boleh buat, sahabatnya itu sudah membelikan ia gamis tersebut. Tidak mungkin ditolak bukan?

Pengantin pria sudah berada di ruang tamu, tempat diadakannya ijab qobul. Sedangkan pengantin wanita berada di kamar, menunggu sang pria mengucap janji suci.

Aisya berada di samping Dila yang tengah gemetar, ia sangat gugup.

"Sya, aku mau jujur sama kamu." Kata Dila, membuat Aisya membenarkan posisi duduknya menghadap Dila. Sekarang Dila sudah membiasakan diri untuk mengatakan aku-kamu.

"Mau jujur apa?"

"Aku udah mau nikah..."

Aku takut, karena mas Fakhri tidak mencintaiku. Ia akan menceraikanku setelah kami menikah setahun. Apa yang harus aku lakukan? Batinnya menangis.

"Iya, aku tahu kok. Semoga kamu bahagia ya?"

"Iya Sya."

Semoga aku bisa membuat mas Fakhri mencintaiku, waktuku hanya satu tahun. Batinnya lagi. Kali ini Dila tidak bisa menyembunyikan wajah sedihnya di mata sahabatnya itu. Aisya yang melihat itu sedikit bingung, karena air mata itu sepertinya bukan air mata bahagia namun air mata kesedihan.

"Dila, kamu gak papa?"

"Enggak kok Sya, aku cuma seneng aja bisa menikah dengan mas Fakhri, dia baik banget."

"Dila, maaf kalau mencampuri urusan rumah tangga kamu. Tapi bisakah kamu meminta bantuanku ketika kamu sangat membutuhkan seseorang yang bisa menenangkan dirimu?"

"Kamu ngomong apa sih Sya, aku baik-baik aja kok."

"Kamu gak bisa bohong Almaira Nurfadilah. Aku gak minta kamu buat nyeritain rumah tangga kamu, karena tugas kamu menutupi segala kekurangan dalam rumah tangga. Namun, kalau kamu butuh tempat menangis, ada Allah yang bisa menenangkan hati kamu. Dan kamu juga bisa menemuiku kalau kamu mau."

"Aisya, makasih ya, kamu udah mau jadi sahabat aku selama ini."

"Justru aku yang seharusnya berterimakasih, karena kamu mau menerima aku apa adanya."

"Enggak Sya, aku yang berterimakasih, kamu udah ngerubah aku menjadi lebih baik. Kamu selalu menasihatiku ketika aku salah." Tangis Dila pecah, perasaannya campur aduk antara senang dan sedih. Ia menangis di pelukan Aisya.

"Udah, pengantin baru jangan nangis gitu. Nanti cantiknya hilang loh." Kata Aisya sambil mengelus punggung Dila, ia menahan air matanya agar tidak jatuh. Karena kalau dia menangis maka sahabatnya itu tidak akan berhenti menangis.

Suara orang-orang terdengar. Sepertinya acara ijab qobul telah selesai. Karena sibuk menangis sampai membuat mereka tidak tersadar. Aisya membantu Dila merapikan penampilannya, ia akan menemani Dila turun ke bawah menemui tamu undangan.

"Dila, ucap bismillah dulu. Kamu keliatan gugup gitu, gak papa, ada aku kok yang selalu siap menjagamu." Kata Aisya terkekeh dengan kata-katanya barusan.

"Iya Sya, bismillahirrahmanirrahim. Ayo turun!"

Dila menuruni anak tangga dengan ditemani mama dan Aisya. Tamu undangan lumayan banyak, dan itu membuat Dila menjadi gugup. Dila dipersilakan duduk di samping Fakhri. Aisya duduk di samping mama Dila, mereka memang sangat akrab karena Aisya bersahabat dengan Dila.

My Lecturer Is My Husband?✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang