Lamaran

77.9K 6.1K 384
                                    

Happy reading~~

"Emm.. gak tau deh pak. Pak please jangan ngurangin nilai saya ya pak? Saya siap deh dapet hukuman dari Bapak, asalkan nilai saya gak Bapak kurangi."

~

Alvian tersenyum menang, kira-kira dia mau apain Aisya ya? Sebenernya ia masih kesal dengan sikap ketusnya Aisya waktu di cafe, dan sekarang ia akan membuat Aisya kewalahan karena mau mendapat hukuman darinya. Ia sebenarnya tidak mempedulikan kejujuran Aisya mengenai sikapnya, karena adiknya sudah duluan mendeskripsikan dirinya secara langsung dan blak-blakan. Namun ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengetahui lebih dalam siapa itu Aisya.

"Kamu beneran mau dapet hukuman dari saya? Kenapa gak milih saya ngurangin nilai kamu aja?"

"Aduh jangan dong pak, kalo boleh milih saya gak minta dua-duanya."

"Ya udah besok setelah kelas selesai ke ruangan saya!" Kata Alvian lalu berbalik arah untuk menuju ke tempatnya bekerja.

Aisya yang masih kesal dengan tingkah Alvian mengambil batu kecil yang berada di dekat taman. Ia mengancang-ancang untuk melempar batu tersebut ke arah Alvian. Dan... yak tepat sasaran mengenai kepala Alvian.

Alvian yang merasa kepalanya dilempar sesuatu pun menoleh ke belakang dan mendapati Aisya yang sedang berlari menuju gedung fakultasnya. Ia melihat ke bawah dan terdapat batu kecil yang ia tau itu adalah batu yang digunakan Aisya untuk melempar dirinya.

Dan anehnya lagi dia bukannya marah tetapi malah tersenyum, ia juga merasa bahwa dirinya terlihat seperti bukan dirinya saja. Alvian yang terkenal kaku dan dingin sekarang menjadi Alvian yang lembut, bahkan ia tidak marah pada Aisya karena telah melempar batu kepadanya. Biasanya ia akan marah, tetapi sekarang ia malah tersenyum.

Alvian mengambil batu tadi dan ia melihat ke arah Aisya yang sudah mulai menghilang. Ia tersenyum lalu memasukkan batu tersebut ke kantong celananya.

~~~~~

Malam yang ditunggu-tunggu pun datang. Seorang wanita memakai gamis polos dengan setengahnya berbahan brokat terlihat sangat cantik. Ia tidak memakai make up yang berlebihan, cukup bedak dan lipstik sudah menambah kesan natural pada wajah cantiknya.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia membuka pintu tersebut dan betapa senangnya yang datang adalah sahabatnya.

"MasyaAllah, kamu cantik banget." Puji sahabatnya itu.

"Biasa aja kali."

"Ih beneran deh Dil, kamu biasanya terlihat tomboy sekarang jadi anggun gini. Seharusnya dari dulu pakaian kamu kayak gini aja, cantik dan terlihat anggun."

"Kan yang penting gue udah pakek kerudung yang menutupi dada sama pakek kaos kaki kan? Kalau mau pakek jeans gue juga paduin sama baju panjang selutut kok."

"Iya deh iya, biar nanti suami kamu aja yang ngomongin kamu."

"Ih dilamar aja belum masa udah jadi suami aja."

Suara mesin mobil yang dimatikan membuat keduanya diam. Terlihat raut wajah gugup saat terdengar suara ribut dari arah ruang tamu. Aisya yang melihat itu langsung menggenggam tangan Dila, berusaha untuk menghilangkan kegugupan yang dirasakan sahabatnya itu.

"Udah dateng tuh, jangan gugup santai aja. Belum nikah juga." Kata Aisya menggoda Dila.

"Aduh Sya, bukan waktunya Lo ngegoda gue. Ini gue lagi gugup jangan ditambah-tambahin lagi dong." Dila benar-benar gugup, ia meremas tangan Aisya. Aisya menenangkan Dila dengan memberikannya segelas air yang langsung disambar oleh Dila.

"Doa dulu Dil sebelum minum, pelan-pelan aja." Nasihat Aisya karena Dila meminum air itu dengan cepat.

"Aduh kok gue gugup banget ya Sya? Kan belum nikah? Gimana nanti kalo beneran gue nikah sama dia?"

Tok Tok Tok

Masuklah seorang wanita paruh baya yang merupakan mama dari Dila.

"Dila ayo keluar, udah dateng tuh. Aisya ayo temenin Dila kesana!" Ajak mama Dila.

"Iya tan, ayo Dil!"

Mereka keluar dari kamar dan berjalan ke arah ruang tamu untuk menemui tamu istimewanya itu. Yah Dila akan melangsungkan lamarannya pada malam hari ini, tadi sebelum Aisya datang ia sangat gugup sekali. Dan sekarang sahabatnya itu sedang memberi ketenangan pada dirinya dan duduk di sampingnya.

"Waah cantiknya, ini yang namanya Dila?" Tanya seorang perempuan yang merupakan Tante dari pihak lelaki kepada Aisya.

"Bu-bukan Tante, saya Aisya temannya Dila." Jawab Aisya sambil menundukkan kepala.

"Oohh, tante tadi bingung soalnya dua-duanya sama-sama cantik." Tante tersenyum ke arah Dila dan Aisya.

"Ya udah ayok Dil duduk." Aisya tersenyum ke arah Dila yang sedang gugup.

"Ekhem.. kedatangan kami ke sini, kami ingin mempersunting anak bapak yaitu Almaira Nurfadilah untuk anak saya yang bernama Fakhrizal Khunaifi." Ucap seorang lelaki paruh baya yang merupakan ayah dari Fakhri.

"Baiklah, kami menerima niat baik anak bapak untuk mempersunting putri kami. Tapi saya sebagai ayah tidak bisa memutuskan jawaban menurut pendapat saya. Jadi saya serahkan jawaban sepenuhnya kepada putri saya."

Semua menatap ke arah Dila. Aisya memberi ketenangan kepada Dila dengan menggenggam tangannya. Dila melihat ke arah Aisya dan dijawab senyuman lalu anggukan oleh Aisya.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya terima." Kata Dila dan membuat semua keluarga tersenyum bahagia.

"Alhamdulillah, kalau begitu kapan kita akan melangsungkan pernikahan ini?" Tanya ayah Dila.

"Bagaimana jika seminggu lagi? Tenang saja, sudah kami siapkan semua keperluan yang mungkin akan digunakan." Jawab ibunda Fakhri.

"Bagaimana nak Fakhri dan Dila? Apakah setuju?"

"Saya ikut saja apa kata tetua." Kata Fakhri sambil tersenyum. Dila hanya mengangguk pertanda ia setuju dengan keputusan mereka.

Setelah berbincang-bincang tentang acara pernikahan mereka dan ngobrol-ngobrol santai, mereka melangsungkan makan malam dan sebelumnya salat isya berjamaah di rumah keluarga Dila.

~~~~~

"Aisya." Panggil mama Dila setelah semua keluarga pihak lelaki pulang.

"Iya Tante?"

"Terimakasih ya mau menemani Dila. Kemarin dia bilang gak mau melangsungkan lamaran kalau kamu gak datang."

"Heheh iya Tante, sama-sama."

"Kamu kapan nyusul?"

"Insyaallah kalau sudah dateng jodohnya. Ya udah Tante, om, Aisya pamit dulu udah malem, besok harus kuliah." Pamit Aisya menyalami mama Dila dan menangkupkan kedua tanganya di depan dada ke papa Dila.

"Iya, hati-hati di jalan. Kenapa gak nginep aja?"

"Gak usah Tante, nanti malah ngerepotin. Aisya pulang dulu, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh."

Jangan heran kenapa Dila gak ada, sekarang ia sudah berada di dalam kamarnya dan mengganti pakaiannya dengan yang nyaman untuk dipakai tidur. Ia sudah menahan dari tadi bagaimana ketidak-nyamanannya terhadap baju yang ia kenakan. Sebelum keluar kamar Dila, Aisya sudah pamit terlebih dahulu kepada Dila. Lalu ia turun ke bawah untuk berpamitan ke kedua orang tua Dila.

🌷
🌷

Alhamdulillah update lagi

Jangan lupa vote dan comen dukungan anda sangat kami butuhkan:'v

Next part

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama
💕💕

My Lecturer Is My Husband?✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang