Seperti yang sudah dijanjikan, mereka akan menonton bioskop bersama. Ketika masuk ke lobi bioskop, Juna dapat melihat Elysh yang tengah berdiri menunggunya sembari menggenggam segelas vanilla latte dan popcorn rasa karamel ditangannya.
Menghampirinya, Juna sedikit bingung saat mendapati Elysh justru hanya sendirian di sana.
“El.”
Gadis itu menoleh dan tersenyum, “Eh, Juna!”
“Lo di sini udah lama?”
“Nggak juga.”
“Sendirian aja?”
“Nggak, kok. Gue sama—“
Alkana tiba-tiba muncul di tengah keduanya usai dari toilet cowok. Juna cukup tersentak saat tahu bahwa ternyata teman Elysh yang dimaksud oleh Clara rupanya adalah Alkana. Bagaimana bisa dia yang menemani Elysh ke sini?
“Loh, kok, bisa ada Alkana juga? Bukannya yang bakal nonton Cuma kita berdua, ya?” tanya Juna akhirnya.
Elysh memiringkan kepalanya, “Oh ya? Emangnya kamu ada bilang gak boleh bawa teman?”
Juna menggeleng, “Nggak, sih.”
Alkana sendiri menatap Juna dengan tatapan datar, tak terbaca, apalagi untuk dapat diartikan. Menghiraukannya, Juna mengajak Elysh untuk masuk ke dalam ruang bioskop. Dan untuk Alkana, ia membeli sendiri tiket menontonnya. Sebenarnya Juna sempat ingin menanggung biaya tiketnya, tapi Alkana menolak.
Ruangan perlahan gelap ketika film mulai diputar. Elysh duduk di antara Alkana dan Juna sembari terus memakan popcorn miliknya. Sedangkan Juna terus menggerutu dalam hati, merasa tidak nyaman karena ada Alkana di antara mereka. Padahal, ia berharap bisa menikmati kesempatan ini untuk berduaan dengan Elysh saja.
Memasuki masa-masa tegang dari film, tangan Elysh mulai bergetar kala film horor yang disaksikannya mulai memunculkan suara-suara aneh dan beberapa sosok yang mengejutkan dengan wajah menyeramkan. Beberapa kali ia menjerit, hingga tanpa sadar melempar popcornnya dan menyembunyikan wajah di balik lengan Alkana.
“Ih, seram!”
Alkana melirik gadis itu sembari mencoba melepas genggamannya yang kuat dari jaketnya. “Apaan, sih? Lepas, gak?."
"Kan takut.""Tuh hantu mana ada seram-seramnya coba? Lagian, kalau udah tau takut ngapain coba masih mau ikut nonton yang kayak beginian?"
"Namanya juga diajak." Balasnya sembari mengerucutkan bibir sebal. Kembali ke posisi duduknya, Elysh memilih untuk memainkan ponselnya saja dari pada melanjutkan tontonannya.
Alkana menghela napas melihat apa yang gadis itu lakukan. Tanpa permisi ia meraih ponsel Elysh. “Gak baik main hp dalam jarak yang dekat dan di keadaan yang gelap. Itu bisa bikin mata lo cepat rusak,” katanya yang kemudian mengembalikan ponsel milik Elysh.
Tanpa membantah, Elysh langsung menyimpan ponselnya ke saku hoodie.
Sedangkan sejak tadi Juna merasakan kejenuhan yang luar biasa. Di saat seharusnya Elysh menggenggam tangannya ketika ia ketakutan, Alkana justru menjadi pilihannya untuk bersembunyi dan menutup wajah. Tidak dapat dibohongi bahwa kali ini ia cemburu. Entah apa yang sedang direncanakan Alkana, tapi Juna merasa tersaingi olehnya.
Hingga tanpa terasa film pun berakhir. Waktunya bagi mereka untuk kembali ke rumah masing-masing mengingat malam semakin larut.Elysh berjalan bersama Alkana dan Juna dengan sempoyongan. Sejak tidak lagi menaruh fokusnya pada film, Elysh merasakan kantuk.
“El, Gue anterin lo pulang, ya?” tawar Juna yang berharap akan diterima oleh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkana
Teen FictionAlkana membenci segala sesuatu yang bersangkutan dengan musik. Termasuk Elysh, si cewek aneh nan menyebalkan yang selalu bernyanyi dengan suara buruknya, serta memainkan alat musik dengan sangat sumbang, dan sialnya satu sekolah dengannya. Demi apa...