18 || DISELIMUTI KETEGANGAN

27 6 6
                                    

Tanpa bisa menghindar, Alkana yang saat itu hendak membelu sesuatu di kantin tiba-tiba mendapat serangan ganas dari seseorang. Bahunya ditarik secara paksa, kemudian pipinya langsung ditonjok hingga ia terjungkal ke bawah.

Belum selesai, kerah seragamnya ditarik sehingga ia ikut terangkat ke atas. Kali ini perutnya yang menjadi sasaran orang tersebut. Dengan sekali pukul dari kepalan tangan orang tersebut, Alkana berhasil dibuat lemas dan mengerang kesakitan.

Tak sanggup melihat Alkana yang malah menjadi tontonan banyak orang, Elysh langsung masuk ke area perkelahian dua cowok itu, lantas berusaha menengahi.

Mata Juna terbelalak tak percaya. Ia ingin membawa pergi Elysh dari sana, namun Rendy menahan.

“Kalau lo nekat ke sana, lo bakal jadi sasarannya juga, Jun!” kata Rendy memperingati. Juna bingung harus berbuat apa.

Elysh yang tiba-tiba masuk ke lingkaran perkelahian itu langsung mendapat hantaman keras dari kepalan tangan Damian di wajahnya. Padahal pukulan tersebut hendak ditujukan pada Alkana, tetapi malah meleset dan salah sasaran. Alhasil, Elysh kontan tersungkur dan jatuh pingsan di samping Alkana.

Kerumunan mendadak bubar ketika seorang guru datang dengan wajah galaknya. Damian yang hendak kabur berhasil ditahan oleh Pak Setyo, guru BK mereka.

Sedangkan Alkana tampak gelisah sembari terus mencoba untuk menyadarkan Elysh yang tak sadarkan diri. “El, bangun, El!”

Mendadak perasaan bersalah hinggap di dalam diri Alkana. Cowok itu takut jika sesuatu terjadi pada Elysh. Tanpa membuang waktu, Alkana langsung mengangkat tubuh gadis itu dan segera membawanya ke UKS. Namun, sebelum itu ia sempat melirik tajam Damian. Seolah perang belum selesai.

Tiba di UKS, Alkana meletakkan tubuh Elysh dengan perlahan ke atas ranjang.

“El,” panggilnya dengan suara lirih.

Bu Cika yang bertugas di ruang UKS langsung memberikan pertolongan pertama pada Elysh. Ia membersihkan luka yang ada di sudut bibir gadis itu, kemudian memberi aroma minyak angin di depan hidungnya agar cepat siuman.

Di saat itu pula, Pak Setyo langsung memanggilnya. “Alkana, ke ruangan saya sekarang!”

Tak dapat membantah, Alkana dengan terpaksa meninggalkan ruang UKS. Ia menyerahkan Elysh pada Bu Cika.

•••

“Maksud kalian bertengkar di kantin apa-apaan?!” tanya Pak Setyo dengan nada membentak.

Mata garangnya menatap Alkana dan Damian secara bergantian. Ia tak habis pikir, mengapa ada dua muridnya yang berani bertindak seperti itu. Untungnya tadi ada salah seorang siswa yang melaporkan kejadian tersebut, sehingga ia dapat cepat bertindak.

Rahang Alkana mengeras, tangannya ikut mengepal. Ia menoleh ke arah Damian dengan tatapan dingin nan tajam.

“Brengsek lo!”

Pak Setyo terkejut bukan main. Alkana yang terdiam sejak tadi langsung saja melayangkan pukul ke wajah Damian yang kemudian terjatuh ke bawah.

“Maksud lo apa nyerang gue tiba-tiba, ha?!” tanya Alkana yang langsung di tahan oleh Pak Setyo sebelum kembali mencelakai Damian.

Damian malah tersenyum sinis, lantas terkekeh memandang cowok itu. “Lo bilang gue brengsek? Justru lo yang brengsek!” tukasnya kasar.

Damian bangkit dan merapikan seragamnya. “Ngapain lo deketin Mutia, huh?! Lo mau nikung ceritanya? Atau emang gak ada cewek yang mau sama lo, makanya lo rebut milik orang lain?”

Tuduhan demi tuduhan yang dilayangkan oleh Damian semakin membakar api kemarahan Alkana. Pak Setyo saja sampai terlonjak ke belakang karena tenaga Alkana yang kuat untuk melepas genggamannya.

Alkana langsung beranjak maju dan meraih kerah seragam Damian. Ia menatap tajam manik mata Damian yang juga diselimuti emosi dan amarah.

“Justru karena lo gak becus jadi pacarnya, makanya Mutia deketin gue,” ucap Alkana dingin, namun menusuk sekali bagi Damian. Alkana mendorong bahu cowok itu dengan kasar. “Ambil tuh cewek lo, gue gak butuh.”

Pak Setyo hanya memaku di tempat sembari mencerna setiap kata dari dua siswanya. Ia sampai ternganga menyaksikan kejadian di tempatnya. Bahkan ia tak bisa berkutik saat Alkana keluar dari ruangan tanpa pamit. Sedangkan Damian hanya bisa mengumpat dalam hati, tak bisa melawan. Sepertinya ia harus bertemu Mutia setelah ini.

•••

Juna tampak buru-buru menuju ruang UKS. Ia khawatir dengan keadaan Elysh yang sempat terluka di depan matanya sendiri. Ia berpapasan dengan Bu Cika yang baru saja keluar dari kamar yang ditempati oleh Elysh.

“Kamu mau ngapain?” tanya Bu Cika.

“Saya mau lihat keadaannya Elysh, Bu,” jelas Juna.

“Maaf, ya. Elysh harus istirahat dulu,” kata Bu Cika memberi pengertian.

“Plis, Bu. Sebentar aja. Setelah ini saya janji saya bakal balik ke kelas kok, Bu. Saya gak tenang kalau belum tau bagaimana keadaannya si Elysh.” Juna mencoba berkompromi dengan petugas UKS itu.

Akhirnya, Bu Cika memberikan izin padanya. “Ya udah, kalau gitu kamu boleh temui dia. Tapi jangan lama-lama, ya.”

Setelah mendapatkan izin, Juna langsung melesat ke dalam kamar Elysh. Ia menghampirinya, lantas berdiri di samping gadis itu.

“El, lo gak papa, ‘kan?” tanyanya pada Elysh yang sudah sadarkan diri.

Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk. Walau agak kesulitan, Juna yang peka segera membantunya.

“Bentar deh, El.” Juna baru menyadari bahwa terdapat luka di sudut bibir Elysh. Ia menebak kalau ini akibat dari pukulan yang gadis itu dapatkan tadi dari Damian.

Elysh meringis ketika Juna memeluk pipinya dengan tangannya. “Sori, El. Sakit, ya?”

Elysh mengangguk. “Tapi udah lebih mendingan, kok, setelah Bu Cika obatin,” jelas Elysh agar Juna tidak mencemaskannya lagi.

“Masa, sih? Coba gue lihat?” kata Juna yang kemudian menyentuh kembali pipi Elysh.

Alhasil, wajah mereka kini berada dalam jarak yang cukup dekat. Juna yang terbawa perasaan mendada mati kutu saat matanya bertemu dengan mata Elysh. Keduanya saling membatu sebelum suara pintu terbuka memecah ketegangan di antara mereka.

Perasaan aneh tiba-tiba menjalar di dada Alkana. Entah mengapa ia kesal begitu melihat Elysh dan Juna berada dalam jarak yang sangat dekat seperti itu.

Ia meremas kuat botol air mineral dalam genggamannya yag rencananya ingin ia berikan pada Elysh. Perlahan kakinya beranjak mundur dari sana, lantas pergi tanpa berkata apa pun.

“Al.” Merasa terjadi kesalahpahaman, Elysh hendak mengejarnya. Namun, dengan cepat Juna menahan lengannya.

“Lo gak usah kejar dia. Gue yang bakal jelasin semuanya. Lo istirahat aja di sini,” kata Juna.

Tak menaruh rasa curiga sedikit pun, Elysh menuruti semua perintah cowok itu dan kembali berbaring di atas ranjang.

Diam-diam, Juna sudah siap membuat hubungan Elysh dan Alkana semakin merenggang, bahkan hingga tak lagi ada jarak untuk mereka satu sama lain.

•••

AlkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang