11 || TIKET KONSER

74 42 5
                                    

Setelah sarapan, Elysh segera keluar rumah untuk mengambil motornya yang tersimpan di garasi samping rumah. Di depan rumah, Clara dan beberapa ibu rumah di kompleks tersebut sedang sibuk berbelanja sayur-sayuran pada gerobak jualan yang biasanya memang pagi-pagi seperti berkeliling kompleks. Tentu saja ada hal yang mereka gosipkan.

“Saya juga baru tahu,” kata seorang wanita berambut pendek.

“Saya juga, Oma. Tapi ngomong-ngomong, cucunya kok belum keluar juga?”

Sosok yang dibicarakan itu muncul bersama motornya. Wajahnya yang terekspos sebelum memakai helm seketika menjadi pembicaraan ibu-ibu itu.

“Ternyata ganteng, ya,” kata salah seorang ibu-ibu lainnya.

Oma Leni hanya tersenyum mendengar pujian dari ibu-ibu itu.

“Iya, anak saya aja sampai jatuh cinta sama cucunya Oma Leni,” sahut Clara.

Elysh mendorong motornya keluar pagar rumah dan menyalami tangan sang ibunda. “Ma, aku pergi dulu, ya.”

“Iya, hati-hati di jalan, ya. Jangan ngebut,” pesan Clara.

“Siap!” balasnya. “Saya duluan ya, ibu-ibu, Oma.”

“Kayaknya anak kamu cocok tuh sama cucunya Oma Leni. Sama-sama cantik dan ganteng,” ucap ibu berambut pendek tadi.

“Kita mah nungguin hasil aja. Iya gak, Oma?” tanya Clara pada Oma. Oma hanya tertawa mendengarnya.

ʕ•ε•ʔ

Seperti biasanya, Alkana selalu datang lebih dulu darinya. Bahkan sejak ia menjadi siswa baru di sekolah ini. Mengingat hal itu, Elysh jadi malu atas insiden waktu itu. Tangannya bergerak menggantungkan tas di kepala kursi, tapi dengan mata yang memerhatikan terus Alkana yang sedang fokus membaca novelnya yang cukup terlihat kotor.

Baru hendak menanyakan hal itu ke pada Alkana, tiba-tiba tangan seseorang menutup matanya dan membawanya ke sudut lain. Hingga matanya dibuka, Elysh mendapat kejutan dari mereka yang sedang berhadapan dengannya.

“Taraaa!!!” Rendy menunjukkan lima buah tiket konser di depan wajah Elysh.

Gadis itu mendadak tak bisa berkata-kata. Tiket itu yang membungkamnya.

“Ini hadiah buat lo!”

“Ya ampun! Ini beneran?” tanya Elysh masih tak percaya. Tidak mungkin tanpa alasan Rendy memberikannya tiket konser band favoritnya secara cuma-cuma seperti ini.

“Yoi, dong!”

Elysh tak bisa menahan senyumnya. “Makasih ya, Ren!”

“Eits, makasihnya jangan sama gue. Tapi nih,” Rendy menepuk pundak Juna. “sama Bos gue!” Juna tersenyum dengan wajah manisnya.

“Tapi, kok, kalian kasih kejutannya tiba-tiba kayak gini? Ulang tahun gue masih lama, loh,” ucap Elysh penasaran.

Della berdecak, “Lo gimana, sih? Masa nggak peka?”

“Peka?” heran Elysh.

“Gue, Juna, sama Rendy itu tau kalau lo kemarin sedih gara-gara lo dibatalin jadi perwakilan sekolah buat audisi nyanyi. Kita tau banget kalau lo berusaha banget buat busa ikutan audisi itu. Tapi sayangnya itu bukan kesempatan lo,” jelas Della.

“Nah, karena kita bertiga enggak mau larut dalam kesedihan terlalu lama, makanya kita bikin kejutan buat lo,” lanjut Rendy. “Nih, bos gue yang punya nih ide!”

Juna yang dirangkul erat oleh Rendy hanya mengulum senyum ketika Elysh menatapnya dengan sorot mata sangat berterima kasih.

“Makasih ya, Jun. Lo emang jago banget bikin orang happy lagi!” kata Elysh meninju pelan lengannya. Semakin memanaslah wajah Juna karenanya.

AlkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang