"Uh! Gue kesal banget tau gak?! Masa tadi gue dicuekkin gitu aja sama si Alkana? Malah tangan gue dianggurin lagi pas mau kenalan sama dia. Bikin bete aja!" katanya yang tiba-tiba datang ke ruang OSIS dengan wajah ditekuk.
Caca yang kebetulan hanya seorang diri di sana dan sedang menyortir beberapa dokumen di hadapannya seketika menoleh. "Oh, jadi gara-gara itu lo tadi kabur dari tugas lo demi bisa deketin tuh cowok?"
"Nih ya, gue kasih tau sama lo. Lo gak usah deh cari masalah sama cowok lo. Lo kan masih pacaran sama Damian. Masa iya, lo mau selingkuhin dia? Gak kasihan apa lo sama dia?" lanjutnya.
"Rencananya sih gue pengin mutusin dia,” kata Mutia dengan santai.
Caca kaget bukan main. “Gila lo! Emangnya dia salah apa sampai-sampai lo tega mau putusin dia? Eh, Mut. Dari puluhan cowok yang pernah pacaran sama lo, cuma Damian yang paling baik dan paling setia sama lo, tau gak? Apapun yang lo minta selalu dikasih sama dia. Kok bisa sih lo kepikiran buat mutusin cowok kayak Damian? Gak habis pikir gue."
"Ya, dia emang selalu bisa penuhin semua keinginan gue. Tapi sayangnya, dia itu terlalu ngebosanin."
"Mut, yang namanya bosan dalam hubungan itu wajar. Tapi bukan berarti lo bisa seenaknya ninggalin dia."
"Eh, lo tuh gak tau apa-apa. Jadi, gak usah sok ceramahin gue, deh."
Caca menggelengkan kepalanya. "Dikasih tau malah ngeyel." Lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
ʕ•ε•ʔ
Bel pulang telah berbunyi. Ketika mendengarnya, seisi kelas langsung membubarkan diri begitu pelajaran berakhir. Sebelum Elysh berhasil menyimpan segala buku-buku dan perlatan tulisnya ke dalam tas, Alkana sudah lebih dulu selesai. Cowok itu pun keluar kelas lebih cepat dari pada dirinya.
Padahal, Elysh berharap bisa keluar berbarengan dengannya. Tanpa ia sadari, Juna muncul di sebelahnya dengan senyum yang ramah.
"Aku bantu, ya," katanya yang tanpa menunggu jawaban langsung membantu Elysh merapikan barang-barang di atas mejanya.
"Makasih," ucap Elysh. Juna memang selalu baik ke padanya.
"Oh ya, El. Nanti malam, lo sibuk gak?" tanyanya yang saat ini tengah berjalan bersama Elysh di koridor.
"Nggak, sih. Emang kenapa?"
"Um, gue mau ngajak lo nonton bareng. Lo mau gak? Gue yang traktir, deh."
Mata Elysh berbinar ketika mendengar tawaran gratis. Ia pun mengangguk cepat sebelum Juna berubah pikiran. "Gue mau."
Dalam hati, Juna senang bukan main. Akhirnya ia bisa nonton bareng dengan gadis itu. Ia berharap kesempatan tersebut bisa ia gunakan untuk lebih dekat dengan Elysh.
ʕ•ε•ʔ
Selesai mandi, Elysh buru-buru memilih pakaian yang ada di lemarinya. Beberapa kali ia sempat mengganti dengan pakaian lain, hingga pilihannya untuk menonton malam ini adalah hoodie maroon dan celana jogger hitam. Terlihat simpel sebab Elysh bukan tipe cewek yang senang memakai rok atau gaun.
Mengambil tas mininya, ia keluar kamar dengan tergesa-gesa sembari terus memantau waktu yang terus berjalan.
“Ma, Elysh pergi dulu ya?” katanya meminta izin pada Clara yang pada saat itu tengah membaca majalah di ruang tengah.
“Ke mana? Perginya sama siapa?”
“Mau ke bioskop sama teman."
Megan yang baru muncul dari dapur tiba-tiba menyeletuk. "Teman, doang? Masa, sih?"
Elysh mencebik sebal dan menatapnya garang. Megan sendiri hanya terkekeh geli melihat ekspresinya.
"Kalau gitu, Elysh pergi dulu ya, Ma. Udah telat nih soalnya.”
“Tapi—“
Tiba-tiba bunyi bel dari depan rumah mengalihkan perhatian ketiga orang itu. Mereka bersama-sama menuju pintu utama. Begitu membuka pintu, mereka dihadapkan dengan Alkana yang memberi senyum ramah.
“Malam, Tante,” sapanya sopan.
Lagi-lagi Alkana membuatnya terpana. Malam ini cowok itu terlihat tampan sekali, sampai-sampai Elysh tidak berkedip menatapnya. Megan memandang sepupunya itu. Sepertinya memang benar jika gadis itu menyukai Alkana. Dari caranya menatap Alkana saja sudah terbaca sekali.
“Ini ada kue bikinan Oma saya.”
“Ya ampun... Terima kasih, ya,” kata Clara sembari menerimanya.
“Oma juga titip salam dan terima kasih buat masakan Tante yang kemarin,” ucap Alkana.
“Sama-sama. Jangan lupa juga ya, sampaikan terima kasih Tante buat Oma kamu,” kata Clara. Tiba-tiba, ia teringat pada putrinya yang hendak pergi ke bioskop.
“Oh iya, kamu cucunya Oma Leni yang baru pindah beberapa hari yang lalu itu, ya?”
Alkana mengangguk. “Iya, Tan.”
“Kamu satu sekolah sama Elysh?”
Elysh menatap Clara dengan heran. Sedangkan Alkana menatap Elysh yang kini menatapnya juga.
“Iya, Tan,” jawab Alkana sejujurnya.
Mengembangkan senyumannya, Clara berkata, “Kalau gitu, boleh gak kalau Tante minta kamu temenin Elysh pergi ke bioskop. Tante khawatir kalau dia pergi sendirian ke sana malam-malam gini. Kamu mau, ya?”
Niatnya hanya mengantar makanan pada Clara, namun nyatanya ia juga harus menemani gadis menyebalkan itu pergi ke bioskop. Tak tega jika harus menolak, Alkana mengangguk sebagai jawaban sembari tersenyum tipis.
Mata Elysh membulat bukan main. Ingin rasanya ia memeluk sang mama dan berterima kasih atas segala kesempatan yang telah diberikannya. Malam ini pasti akan menyenangkan! Batinnya.
Mengambil motornya, Elysh tampak kesusahan saat hendak menyalakan mesinnya. Alkana yang menunggu tampak lelah sendiri melihat usaha cewek itu yang tak bekerja sama sekali. Bahkan sampai balasan pesan Oma Leni untuk mengizinkan Alkana pergi menemani gadis itu masuk.
Memutar bola matanya, Alkana menghampiri Elysh dan turun tangan sendiri untuk membantunya. Tanpa harus mengulang dua kali Alkana sudah berhasil menyalakan mesin motor milik Elysh. Elysh pun dibuat menganga melihatnya, kemudian menyengir kuda karena malu.
Ketika mereka berangkat, Juna justru datang dengan mobil mewahnya. Cowok itu keluar dari mobil dan membunyikan bel. Tak lama, tuan rumah muncul dan menyambutnya dengan ramah.“Saya mau cari Elysh. Elysh nya ada?”
“Loh, Elysh baru aja pergi sama temannya.”
“Teman?” Termenung sejenak, Juna menerka-nerka. Kira-kira, siapa yang sedang bersama Elysh sekarang?
ʕ•ε•ʔ
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkana
Novela JuvenilAlkana membenci segala sesuatu yang bersangkutan dengan musik. Termasuk Elysh, si cewek aneh nan menyebalkan yang selalu bernyanyi dengan suara buruknya, serta memainkan alat musik dengan sangat sumbang, dan sialnya satu sekolah dengannya. Demi apa...