Hai, apa kabar? Maaf kalau cerita ini aku tinggalin selama beberapa bulan. Tapi kalian masih ingat aku, 'kan? Hehe, jangan dilupain, dong.
Memang terlambat, tapi setidaknya aku ingin mengucapkan kepada kalian selamat natal dan tahun baru! Semoga di tahun yang baru ini kalian mencapai apa yang kalian inginkan dan jangan lupa untuk selalu bersyukur!
P.s. Hayo, angkat tangan! Siapa yang udah mulai masuk sekolah?
ʕ•ε•ʔ
Usai memarkirkan motornya, Alkana beranjak menuju kelas. Di ujung koridor ia tak sengaja bertemu dengan Mutia. Matanya hanya menatapnya sekilas, sejak dulu ia tidak berminat mengenal gadis itu.
"Al."
Seharusnya Alkana sudah tahu bahwa gadis itu tidak menyerah untuk mendekatinya. Alkana cukup peka untuk tahu soal perasaan orang lain, walau ia terlihat dingin dimata orang-orang.
Langkahnya dicegat oleh Mutia, gadis itu berdiri di hadapannya. "Al, gue minta maaf soal-"
"Jauhin gue," kata Alkana dingin.
Mutia tersentak mendengarnya. Alkana memintanya untuk menjauh, padahal ia menginginkan cowok itu.
"Kenapa? Karena gue masih pacaran sama Damian? Gue bakal putusin dia kalau lo mau." Mutia secara terang-terangan mengatakannya.
Alkana hanya menatapnya dengan datar. Ia tidak mengerti jalan pikiran cewek di hadapannya ini. Semudah itu mengatakan putus, lalu mencari santapan berikutnya. Menjijikkan.
"Al, gue suka sama lo."
Deg!
Bukan, bukan Alkana yang terkejut, tetapi Elysh yang kebetulan melintas di koridor yang sama. Ia berada tak jauh dari keduanya.
"Tapi gue nggak," ucap Alkana, lantas berlalu meninggalkan Mutia yang mematung di tempat dengan malu tak tertahankan usai ditolak mentah-mentah. Kesal, gadis itu pun segera pergi.
Pipi Elysh menggembung, tampak ia menahan tawanya. Sudah ia duga, Mutia pasti akan mendapatkan penolakan dari pria dingin itu.
ʕ•ε•ʔ
Elysh meletakkan tasnya dan duduk di sebelah Alkana sembari tersenyum. Gadis itu masih terngiang soal penolakan Alkana pada Mutia tadi. Bukankah itu hal yang baik? Saingannya tentu akan berkurang.
"Ekhem," deham Elysh. "Habis ditembak sama cewek, ya?"
Alkana yang tengah fokus membaca kini mendongak dan menatap Elysh dengan wajah datarnya. Omong-omong, ekspresinya selalu begitu-begitu saja. Membuat orang lain tak dapat membaca apa yang sedang dirasakannya lewat mimik wajah.
Namun Elysh percaya bahwa Alkana terkejut mendengarnya. "Gue gak sengaja lihat tadi," katanya seraya terkekeh kecil. "Untung lo tolak."
Alkana menaikkan alisnya, seolah bertanya "Emang kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkana
JugendliteraturAlkana membenci segala sesuatu yang bersangkutan dengan musik. Termasuk Elysh, si cewek aneh nan menyebalkan yang selalu bernyanyi dengan suara buruknya, serta memainkan alat musik dengan sangat sumbang, dan sialnya satu sekolah dengannya. Demi apa...