Menghela napasnya, perasaan kecewa itu muncul lagi. Di depan keyboard yang mengisi ruang kamarnya, Elysh mengingat kembali ucapan Pak Gum yang menyesakkan hati itu.
Keputusan memang tidak bisa diganggu gugat lagi. Elysh harus bisa menerima bahwa Dinda lah yang akan menjadi perwakilan sekolah, bukan dirinya. Elysh sendiri mengakui bahwa gadis itu memang memiliki suara emas, indah dan memukau setiap pendengarnya.
Meletakkan jari-jarinya di atas tuts-tuts keyboard, Elysh rasa, mungkin ia perlu menenangkan sejenak pikirannya saat ini dengan alunan musik.
Nada-nada yang dihasilkan lumayan lancar dan bahkan Elysh bisa sesekali menutup matanya tanpa perlu memerhatikan beberapa tuts yang harus ditekan. Ketika ia meresapi setiap alunan musik yang terbentuk, di seberang sana Alkana justru terganggu saat sedang sibuk membaca novel bergenre fantasi kesukaannya.
Gadis itu berulah lagi. Sejak awal gadis itu selalu bernyanyi dan memainkan alat musik. Padahal, Alkana berharap ketika ia pindah ke kota yang baru dan tinggal bersama sang Oma hidupnya akan jauh dari segala hal yang ingin ia lupakan. Nyatanya, Elysh malah menghadirkan semua itu lagi.
Tubuhnya bergerak cepat menuju jendela kamar. Alkana rupanya telah membuka jendela kamarnya, tentu membuat alunan musik dari kamar Elysh terdengar jelas hingga menerobos ke telinganya.
Ketika hendak mengomel, seseorang justru masuk, membuat cowok itu memalingkan perhatiannya.
"Oma?"
"Itu pasti Elysh," kata wanita tua itu sembari tersenyum.
Dari jendela kamar Elysh yang tembus pandang tanpa tirai yang menghalang, Oma Leni dapat memastikan bahwa memang Elysh yang membawakan musik indah itu. Senyumnya pun semakin mengembang.
Sedangkan Alkana tak habis pikir. Mengapa Omanya begitu bahagia mendengar alunan musik yang dirasanya masih belum andal itu?
"Anak itu memang berbakat," ucap Oma, lalu menatap wajah sang cucu. "Sebelum kamu pindah ke sini, Oma selalu senang kalau mendengar dia bernyanyi dan memainkan alat musiknya."
Alkana melengos, "Suara jelek kayak gitu dikagumi? Bahkan kemampuan bermain keyboardnya masih kalah sama Alkana," sindirnya.
"Tapi setidaknya dia tidak membenci musik," jawab Oma Leni yang langsung membekukan Alkana. Apa Oma sedang menyerangnya balik dengan sebuah sindiran?
"Alkana, Oma bisa merasakan apa yang kamu rasakan setelah kejadian itu terjadi. Tapi apa kamu harus membenci Papamu untuk rasa kehilangan yang kamu rasakan?"
Pertanyaan Oma Leni membungkam seorang Alkana. Gemuruh di dadanya kembali muncul. Peristiwa itu jelas tak akan ia lupakan.
"Maaf, Oma. Tapi Alkana masih belum bisa terima sama apa yang udah dia lakuin ke Mama." Setelahnya, Alkana memilih menghilang dari pandangan Oma Leni.
ʕ•ε•ʔ
Dari kejauhan Elysh sudah bisa menduga bahwa musik merdu dari ruang musik di sana pasti berasal dari piano yang dimainkan oleh Dinda.
Mengintipnya secara diam-diam dari celah pintu, Elysh ikut terhanyut dalam alunan musiknya. Dinda memang gadis yang berbakat. Selain suaranya merdu, ia juga jago bermain piano. Yang Elysh dengar, Dinda itu pernah meraih peringkat kedua pada sebuah kompetisi bermain piano tingkat nasional yang diikutinya. Wajar jika permainan piano Dinda lebih baik dibandingkan Elysh yang masih dalam proses belajar.
Tak hanya berbakat di bidang musik, Dinda juga pintar dan memiliki paras yang cantik. Walau tidak sekelas, tapi Elysh cukup tahu tentangnya dari beberapa orang yang sering memujinya.
Lihat, Elysh jelas sangat berbeda jauh dengan Dinda. Ia bahkan tidak ada apa-apanya. Sibuk menikmati alunan musiknya, tiba-tiba saja Alkana datang, lalu menyeretnya pergi dari ruang musik.
"Ish, gue 'kan masih mau lihat permainannya si Dinda," protes Elysh sebal usai berhasil melepas genggaman cowok itu.
"Yang ada lo makin tambah kecewa sama diri lo sendiri. Lo tau kalau lo gak lebih jago dari dia, tapi masih aja mau ngelihat saingan sendiri."
"Eh, siapa bilang Dinda itu saingan gue? Dinda itu panutan gue, tau," kata Elysh memperbaiki perkataan Alkana. "Tunggu, tunggu. Sejak kapan lo jadi perhatian kayak gini sama gue?"
"Gue cuma kasihan aja sama lo," kata Alkana tanpa ekspresi.
"Kasihan? Kemarin aja lo ngejelek-jelekin gue."
"Sori kalau gue udah kelewatan kemarin," kata Alkana, lalu berbalik dan pergi tanpa mengatakan apa pun lagi.
Memandang punggungnya yang sudah menjauh, Elysh mengerutkan dahi, heran dengan sikap Alkana hari ini.
ʕ•ε•ʔ
Menyuruh Pak Jali untuk kembali ke rumah tanpa dirinya, Alkana memilih untuk menenangkan diri di tepi danau yang sepi. Hamparan rerumputan kini menjadi tempatnya untuk merenung akan perasaannya.
Saat usianya masih kanak-kanak, Alkana tidak begitu diperhatikan oleh sang ibu. Ibunya itu selalu sibuk dengan pekerjaannya. Bukan hanya Alkana yang merasa kehilangan momen untuk bersama dengan wanita itu, tetapi juga sang ayah. Bahkan itu sudah terjadi sebelum Papa Alkana dipecat dari pekerjaannya dan memutuskan untuk merintis karier di dunia musik.
Walau begitu, Alkana tetap tumbuh menjadi anak yang periang. Bersama sang Papa, Alkana mulai mengagumi hal-hal yang berkaitan dengan musik.
Berada di dapur rekaman Papanya setiap hari menjadi rutinitas Alkana. Tidak hanya itu, Alkana juga sering memerhatikan Papanya saat bernyanyi sambil memainkan piano dikala bosan dengan mainannya. Alkana pun akhirnya menyukai kegiatan tersebut. Semenjak itu, musik menjadi favorit keduanya.
"Hebat kamu, Al. Walaupun kamu masih muda, tapi kemampuan kamu memainkan piano ini cukup terbilang luar biasa. Papa bangga sama kamu!" kata pria itu usai Alkana menyelesaikan permainan pianonya.
Alkana tersenyum, "Ini semua 'kan berkat Papa. Alkana jadi kepengen deh buat studio musik bareng Papa."
Pria itu tertawa mendengarnya, lalu mengacak rambut anaknya. "Kita akan mewujudkan impian itu bersama-sama."
Mengenang segalanya bersama sang Papa hanya akan membuat luka lama terusik kembali. Jika saja peristiwa di tahun lalu tidak pernah terjadi, mungkin Alkana tidak akan sekecewa ini.
"Arggghhh!!!" Alkana mengacak rambutnya frustrasi.
ʕ•ε•ʔ
Guys, jadwal aku up this story setiap Senin dan Rabu. Tapi, karena aku kebelet pengen up gak papa, 'kan? Wkwk
Stay tune terus ya sampai cerita ini tamat! 👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkana
Teen FictionAlkana membenci segala sesuatu yang bersangkutan dengan musik. Termasuk Elysh, si cewek aneh nan menyebalkan yang selalu bernyanyi dengan suara buruknya, serta memainkan alat musik dengan sangat sumbang, dan sialnya satu sekolah dengannya. Demi apa...