Cinta.
Satu kata yang terumbar dengan bebas dari tiap mulut manusia yang katanya penyayang.
Cinta.
Sebuah ungkapan dari mulut yang maknanya sangat luas.
Pengungkapnya bisa tulus, bisa saja hanya sekedar kata.
Cinta.
Satu rasa yang sampai saat ini menjadi pertanyaan besar dalam diri Pelita.
Kalau dalam film, orang yang saling mencintai akan bersikap manis dan romantis satu sama lain. Tapi di kehidupan nyata berdasar pengalaman sebagai saksi hidup kehidupan asmara kedua orang tuanya, mencintai tidak seperti itu.
"Makanya, aku bilang apa? Naik mobil aja. Malah bandel bawa motor. Bengkak kan jadinya?" Dumalan ibu menggema ke seantero rumah. Ya, mengomeli bapak yang baru jatuh dari motor. "Untung dilihat Banyu kan? Coba enggak, pasti bohong bilangnya kepeleset." Sambung ibu.
Well, ini adalah bentuk cinta dari ibu pada bapak. Hal ini yang selama dua puluh dua tahun terakhir ia saksikan.
"Ya maaf. Mana tau kalau udah nggak luwes lagi pakai motor." Tanggap bapak, membela diri.
"Makanya sadar umur dong. Lagaknya selalu sok masih muda."
"Maaf."
Sementara orang tua mendumal, anak-anak sibuk. Kejora memijit tangan bapak, padahal yang sakit kakinya. Bintang mengipasi bapak, padahal kipas angin menyala kencang. Lalu ada Banyu yang sedang mengompres kaki bapak yang memebengkak karena terkilir.
Pelita sendiri hanya menjadi penonton sambil memegangi air hangat untuk di minum oleh bapak tersayangnya.
Hari minggu ini memang tidak ada ketenangan. Selalu seperti itu. Ada saja peristiwa yang bisa dijadikan cerita. Keluarga yang benar-benar sangat dinamis.
Bagi Pelita, ini adalah cinta yang sebenarnya. Meluangkan waktu bersama, dan berkumpul bicara dengan satu sama lain. Sederhana namun sangat bermakna. Walaupun omelan dari mulut ibu terus meluncur dengan lancar.
Hanya saja, cinta seperti ini termasuk dalam kategori cinta di keluarga.
Bagaimana dengan cinta terhadap lawan jenis?
.
.
."I have no experience yet." Ucap Malik saat pertanyaan tentang cinta terlontar dari mulut Pelita.
Di minggu siang ini, trio maung berkumpul di rumah Malik. Kebetulan orang tuanya sedang pergi liburan ke luar negeri. Hanya ada dirinya dan dua saudara lain di rumah.
"Kalo tanya gue, jawabannya juga sama kayak si bule." Sambung Syabil.
Memang mereka semua tidak pernah merasakan cinta pada lawan jenis. Rasa-rasa tertarik mungkin saja. Tapi...
"Lo tanya-tanya gini karena apa sih? Si Dani bilang cinta ke lo?" Tanya Malik dengan mata memicing curiga.
"Hah? Mana ada?" Pelita menggeleng kuat. Lagipula ia dan Dani hanyalah teman. Tidak lebih akrab dari pertemanannya dengan Malik dan Syabil.
"Gue suka bingung. Lo tuh sering banget kepikiran hal-hal absurd gini. Kapan hari tanya-tanya tentang definisi cantik. Sekarang definisi cinta. Habis baca apaan sih?" Syabil heran. Tingkat ke-kepo-an sang sahabat kadang ditempatkan pada hal aneh. Seperti sekarang.
"Gue tuh habis nonton film romantis gitu. Like every skinship karakternya lakuin pasti atas nama cinta. Apa cinta harus diungkap lewat cara begitu? You know, hal semacam gitu tuh kadang bisa menyesatkan anak-anak muda macem kita." Pelita dan pemikiran kritisnya.
"Film romantis apaan? Skinship gimana? Kiss or more?" Tanya Malik.
Satu bantal sofa mendarat mulus di wajah tampan pemuda itu.
"Jangan aneh-aneh mikirnya." Gadis itu memperingatkan.
Walau sudah akrab dan keluarga masing-masing saling mengenal sangat baik. Pelita selalu diajarkan untuk berhati-hati. Bagaimanapun Malik dan Syabil tetaplan lelaki yang punya hormon meletup-letup.
"Kalo kata ayah, cinta kayak gitu jatuhnya cuma nafsu aja." Syabil berada dalam mode serius. "Tapi tumbenan banget lo nonton film romantis? Bukannya lo suka yang horor sama thriller?"
"Kalo bukan karena untuk nambah wawasan di dunia perfilman sih gue ogah nontonnya." Ucap Pelita.
Ya kan memang aneh gadis itu. Film kesukaannya sepanjang masa sampai saat ini adalah Final Destination dari film pertama sampai terakhir. Khatam. Paling ringan ya drama, tapi dengan genre slice of life.
"Cinta... kayaknya diucap itu terkesan cheap. Tapi memang lebih bermakna lewat aksi. Kayak papi ke mami yang selalu perhatian dan nyisihin waktu untuk pergi liburan bareng." Malik juga mulai serius. "Atau kayak Bang Fikri merhatiin Kak Elle. No word just action."
"Ya kayak begitu juga menurut gue." Syabil setuju.
"Cinta." Gumam Pelita. "Kalian sendiri cinta nggak sama gue?" Tembak gadis itu tiba-tiba.
"Hah?" Ucap Syabil dan Malik bersamaan.
.
.
.Menurut kalian, seperti apa sih cinta itu?
Apa Syabil dan Malik cinta sama Pelita?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelita (Complete)
RomanceTentang Pelita dan kisah persahabatannya yang membuat hatinya rumit.