"Sini!" Panggil Syabil yang sejak tadi sudah keluar dari hall tempat acara wisuda di gelar. Ia dengan semangat melambaikan tangan pada Pelita. Sambil menunjuk-nunjuk arah taman kampus.
Melewati lautan wisudawan-wisudawati beserta keluarganya, Pelita akhirnya bisa mendekat. Tangan gadis itu langsung di tarik oleh Syabil. Mereka berjalan cepat ke sudut taman yang lebih sepi. Di sana sudah ada Malik berdiri menunggu. Tidak sendirian, juga bersama Bara -adik Pelita.
"Ngapain nih?" Tanya gadis itu.
Bara yang satu-satunya tanpa toga mengangkat kamera dslr. "Foto dong."
"Iya, mumpung ada Bara. Mendingan dia aja yang jadi tukang foto..."
"Fotografer." Sela pemuda dua puluh tahun berwajah mirip Pelita itu.
"Sama aja artinya." Sergah Syabil. "Kita foto bertigalah."
Di saat Syabil terus bicara, Malik hanya mengangguk-ngangguk setuju.
Walau sebenarnya Pelita tidak terlalu bersemangat untuk berfoto karena riasannya sudah pudar dan berkeringat, gadis itu tetap mendekat. Berdiri di tengah-tengah antara Syabil dan Malik.
Satu jepretan.
Syabil berpindah tempat. Ia kini berdiri di sebelah Malik. Menjadi pemuda berwajah kebulean itu di posisi tengah.
"Rangkulan dong!" Seru Syabil dengan seru.
Malik akhirnya merangkul pundak Pelita, sementara Syabil merangkul pundak Malik.
"Jangan lupa di potosop, terus cetak." Perintah Syabil.
Bara menatap sahabat kakaknya itu dengan tangan menengadah, "wani piro?"
"Eh buset!"
Tawa Bara menggelegar, "canda, Bang."
Dan acara kelulusan itu berlanjut di rumah Malik yang super megah. Mami Dira menyiapkan berbagai hidangan untuk merayakan keberhasilan para muda-mudi yang lulus dengan IPK sangat memuaskan. Perayaan ini juga menjadi ajang para ayah-ibu untuk berkumpul. Komplit dengan anak-anak mereka yang lain juga.
"Habis ini mau gimana kalian? Wisuda tuh bukan akhir dari segalanya loh." Ucap Syafa. Ia yang tertua di antara kumpulan anak-anak muda.
"Betul." Timpal Syandana.
Jadi, saat ini para muda-mudi dan orang tua berada di tempat terpisah. Para ayah-ibu berkumpul di ruang makan, sementara anak-anak di ruang keluarga. Beda lagi dengan yang remaja. Mereka memilih ruang santai di lantai dua.
"Gue sih kerja tempat papi, Kak." Ujar Malik.
"So pasti." Rio menepuk-nepuk bahu adiknya.
"Cari kerja dungs." Syabil yang berucap.
"Tenang aja, nanti abang bantu." Bisik Syandana.
Kali ini mata mereka tertuju pada Pelita. Ingin tahu rencana gadis itu ke depannya.
"Kak Pelit udah mau lanjut. Udah daftar tinggal nunggu aja. Terus berangkat." Banyu angkat bicara. Sementara kembarannya -Bara hanya mengangguk setuju.
"Lanjut kemana?" Tanya Shilla yang sejak tadi menyimak.
"England." Bara mewakili kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelita (Complete)
RomanceTentang Pelita dan kisah persahabatannya yang membuat hatinya rumit.