Bagian 25: Resah

1K 143 7
                                    


Gila

Satu kata yang tercekat di kerongkongan saat tiba-tiba Pelita bilang akan pergi liburan bersama Dani.

Alih-alih menanggapi, Malik diam saja. Lidahnya terlalu kelu. Sadar bahwa percik cemburu terpantik dalam dirinya.

Namun ia bisa apa?

Satu garis pembatas telah pemuda itu gambar. Membentang antara dirinya dan Pelita. Lagipula dirinya bukan siapa-siapa yang punya hak mengatur hidup gadis itu. Selama orang tua Pelita tidak masalah, maka Malik tidak bisa berbuat apa-apa.

Hingga hari keberangkatan. Pesan berisi ucapan pamit masuk, Malik malah mengucapkan 'hati-hati di jalan'.

Hal ini berefek kegelisahan pada dirinya.

Khawatir?

Itu pasti.

Maka, dengan bantuan koneksi yang sangat kuat. Pemuda itu berhasil memata-matai aktivitas Pelita.

Ke mana saja gadis itu pergi, di mana Pelita menginap, dan sejauh apa perkembangan hubungannya dengan Dani.

Ia tidak pernah merasa rela jika hati gadis itu tertambat pada pemuda lain. Malik tidak siap. Belum siap.

Tersiksa dengan rasa penasaran, rindu, dan khawatir, pemuda itu memutuskan untuk pergi menyusul. Berbekal alamat yang di beri sang mata-mata, ia akhirnya bisa sampai ke daerah tempat Pelita menginap.

Tepat saat Malik keluar dari taksi, sosok Pelita nampak sedang berjalan pelan sambil memandangi sinar bulan yang terang.

"Pelita." Panggil Malik.

Gadis itu langsung berbalik. Matanya mengerjap seperti tidak percaya dengan keberadaan Malik.

"Lo kok di sini, Bul?" Sambut Pelita.

Pemuda itu terdiam, ia menggaruk tengkuknya dan nampaklah dua pemuda lain di belakang Malik.

"Emang kakak doang yang bisa liburan?" Bintang mencibir. Ia baru turun dari taksi sambil mencangklongkan tas ke punggung. Kemudian Maula -adik Malik, menyusul.

Pelita masih berdiri di tempatnya semula, sambil memandangi Malik dan pasukan.

"Kata eyang suruh tidur di rumah. Besok pagi eyang balik." Bintang memberi info. Namun adik bungsu Pelita itu tetap masuk ke dalam area kosan Bara. "Tapi besok aja nginepnya di sana. Pas eyang ada." Lanjut pemuda delapan belas tahun itu.

Mengikuti sahabatnya, Maula ikut masuk ke dalam kosan yang ternyata ada Bara menyambut di depan pintu masuk.

"Lo nganter bocil nih?" Tanya gadis itu pada Malik. Jarak keduanya mulai merapat karena Malik berjalan mendekat.

"Enggak juga. Mereka udah bisa jalan sendiri." Sanggah Malik.

"Terus, ngapain ikutan ke sini?"

"Ya nggak apa-apa. Gue pengen cari suasana baru aja. Suntuk di rumah terus. Udah nggak ada yang di kerjain."

Sepasang sahabat itu pun terdiam. Hening. Menyatu dengan susana pinggiran sawah mepet kebun dan remang.

"Gue balik dulu." Ucap Pelita akhirnya memecah keheningan.

"Gue anter." Malik ikut berjalan dan dengan mudah menyamai langkahnya dengan gadis itu.

"Pelita." Panggil Malik saat keduanya hampir sampai tempat tujuan.

"Iya."

"Gue kangen sama lo."

Tubuh gadis itu mematung. Kepalanya menoleh ke arah kanan tempat Malik sekarang berdiri menatap wajah Pelita dari samping.

Pelita (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang