Trio MaungPelita : Malik! Syabil! Main yookkk!
Syabil : sibuk
Malik : yuk
Syabil : nggak jadi sibuk. Yuk!
Pelita tertawa geli melihat tulisan Syabil.
"Dasar labil." Gumamnya.
Ya... gadis itu sedang bosan sekali. Selama dua hari ini hanya mengurung diri di dalam kamar sambil mengerjakan skripsi.
Demi cepat lulus.
Karena suntuk, ia hubungi saja dua sahabatnya. Siapa tahu mereka mau datang menghibur dirinya.
Setengah jam kemudian, Malik dan Syabil benar-benar datang.
"You are my the best boys!" Seru Pelita dengan girang. Ia akan menghambur, memeluk singkat keduanya namun dengan cepat Malik mundur sambil menarik Syabil.
"Physical distancing." Ucap pemuda itu.
Pelita cemberut dan ikut mundur.
Tiga sahabat itu pun memilih untuk duduk di gazebo halaman belakang. Menikmati angin siang yang anehnya terasa semilir. Sejuk.
"Gimana skripsian lo?" Tanya Syabil. Tertuju untuk Malik dan pelita karena matanya mengarah bergantian pada mereka.
"Lumayan." Tanggap Malik.
"Lancar sih." Tanggap Pelita. "Lo gimana?"
Rasanya, percakapan mereka ini kaku sekali. Apa mungkin karena cukup lama tidak bertemu?
Well, Pelita memang sedikit lebih sibuk sejak punya pacar. Syabil dan Malik sampai terabaikan. Isi grup chat sepi karena Pelita jarang sekali memberi respon. Lelah. Ternyata skripsi dan pacaran sangat merepotkan untuk ia handle.
"Oke... lancar jaya." Syabil berucap sambil memamerkan muka songongnya.
"Si Dani nggak ikutan ke sini?" Pertanyaan Malik sontak membuat ekspresi Syabil menjadi masam. Itu terekam jelas di mata Pelita.
"Lo kenapa sih? Sensi banget sama Dani, Tem?" Akhirnya gadis itu mengutarakan isi hatinya. "Bukannya dia temen lo?"
Pemuda itu berdecih, lalu melirik Malik. Meminta bantuan. Namun si bule hanya mengedikkan bahu. Tidak mau ikut campur.
"Biasa aja kok." Balas Syabil.
"Biisi iji kik." Ulang Pelita dengan ekspresi menyebalkan.
"Lo iri? Apa lo cemburu gue jadian sama Dani? Atau lo ngerasa kalah keren?" Cecar gadis itu.
"Jadi menurut lo Dani segala-galanya gitu sampai bikin gue ngerasa minder? Sorry, tapi cukup percaya diri sama muka dan otak gue sendiri." Syabil menatap Pelita langsung ke arah matanya. "Cemburu? Kalo gue emang cemburu, lo mau gimana?"
Gadis itu terdiam, tapi matanya memancarkan percikan api. Emosi.
"Lo tuh udah kayak orang lain. Gue sampai nggak ngenalin diri lo. Cuma gara-gara Dani, lo harus ngikutin apa pun yang dia suka. Lo... lo kayak kehilangan jati diri." Sambung pemuda berkulit eksotis itu.
Sementara Malik seperti biasa, hanya menjadi saksi hidup cekcok antara dua sahabatnya. Namun kali ini ia setuju dengan apa yang diungkapkan oleh Syabil.
Pelita berubah.
"Menurut lo gue berubah nggak, Bul?" Tatapan tajam gadis itu melembut saat menatap Malik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelita (Complete)
RomanceTentang Pelita dan kisah persahabatannya yang membuat hatinya rumit.