Bagian 13: Heboh

1K 142 5
                                    

"Serius?! Kak Pelita?!" Pekikan heboh yang disambung dengan bekapan mulut si pemilik suara terdengar jelas dari kamar si kembar Banyu-Bara. Dan itu suara seorang gadis.

Pelita yang baru menapaki anak tangga teratas memicingkan matanya.

Ada apa di kamar si kembar? Mereka bawa cewek? Itu jelas bukan suara Kejora yang cempreng-cempreng manja.

Siang ini keadaan rumah memang sepi. Ia saja baru kembali dari kampus setelah mengurusi beberapa hal. Bapak juga ke kantor dan pulang sore nanti. Sementara ibu pergi ke rumah eyang di ujung gang bersama Kejora dan Bintang.

Jadi, siapa yang berani membawa masuk seorang gadis ke dalam rumah? Bahkan sampai menyebut nama Pelita?

Perlahan, langkah gadis mendekati pintu kamar si kembar yang berada tepat di sebelah kamarnya.

Pelita menempelkan telinga ke daun pintu. Ingin mendengar lebih jelas apa yang sebenarnya sedang dilakukan anak-anak muda di dalam sana.

"Ganteng?" Suara gadis di dalam terdengar.

"Bisa dibilang gitu. Abangnya temen kosan gue."

Bingo! Itu jelas Bara.

"Tapi kalo gue dari awal ketemu pas pertama kali ke rumah, udah approve sih." Itu Banyu.

"Mas Malik diapain dong? Gantengan mana pacar Kak Pelita apa Mas Mal..."

"Ngapain pada di kamar?" Pelita membuka pintu yang tidak terkunci. Tiga anak muda berusia dua puluhan sedang duduk melingkar di atas karpet dengan snack kentang di tengah-tengah mereka.

"Threesome. Kenapa, Kak? Mau nontonin?" Canda Bara yang otomatis mendapat toyoran dari Banyu dan Selina.

Selina adalah sahabat Banyu dan Bara. Seperti trio maung, mereka juga sudah akrab sejak kecil. Maklum kenal karena lingkup pertemanan orang tua.

"Mau keripik kentang juga, Kak?" Tawar Selina sambil tersenyum lebar. "Betewe, congratulation udah punya pacar. Walaupun mungkin kakak udah matahin hati Mas Malik tersayang aku. Hiks!"

"Jijik..." komentar Banyu, sadis.

FYI, Selina adalah sepupu Malik. Jadi, Mami Malik adalah adik dari Papa gadis itu. Sementara Mamanya merupakan sahabat dekat orang tua Pelita.

"Emang pada kenapa sih nyebut-nyebut Malik? Tuh orangnya di bawah lagi bikin jus." Pelita menggelengkan kepala dan mengarahkan langkah masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian.

.
.
.

"Gimana Aa' Dani? Di kasih kado apa gitu?" Tanya Bara tiba-tiba pada sang kakak.

Kini para anak muda sudah berpindah ke ruang makan. Menikmati jus alpukat buatan Malik yang rasanya gitu deh...

"Mas, tawar bener nih jus. Kayak hidup gue." Komentar Selina.

"No sugar. Lebih sehat." Ucap Malik.

"Pada pakai otak dong, ini di sediakan madu kan bisa dicampur jadi pemanis." Pelita menggeser satu toples besar berisi madu.

"Kaca aja deh bawa sini, Kak. Biar lebih manis rasanya sambil liat muka sendiri." Bara berkelakar. Sementara Banyu hanya memutar bola matanya.

Malik tertawa kecil dan menepuk-nepuk puncak kepala Bara.

"Pertanyaan Bara dijawab dong, Kak." Banyu mengingatkan.

"Nggak kasih apa-apa. Cuma sering ngasih cokelat." Jawab Pelita dengan jujur.

Baru juga tiga hari jadian. Cokelat beraneka merek itu Pelita anggap sebagai kado pertama.

Pelita (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang