Imprisoned by The Beast (2)

19K 479 5
                                    

Cynthia melangkahkan kakinya beriringan dengan Mbok Sum. Mbok Sumiati atau yang biasa dipanggil dengan Mbok Sum adalah kepala Asisten Rumah Tangga yang setia menemani Dave di rumahnya. Sejak umur satu tahun Dave sudah diasuh oleh Mbok Sum seperti anak kandungnya sendiri. Setelah Dave dan Karin beranjak dewasa dan tidak memerlukan bantuan babysitter, profesi Mbok Sum beralih menjadi ART di keluarga Handoko. Dan sudah terhitung satu tahun lamanya Dave mengajak Mbok Sum untuk pindah ke rumah yang menjadi peninggalan dari almarhum kakeknya untuknya.

Mbok Sum yang sudah dikenalnya semenjak Cynthia menginjakkan kaki di rumah itu, tidak, lebih tepatnya diseret paksa, menjadi salah satu teman terdekatnya. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang Dave baru saja berikan padanya mulai hari ini, Cynthia dengan senang hati keluar dari "penjaranya" dan berbincang-bincang dengan Mbok Sum sambil berjalan menyusuri taman luas nan megah di rumah itu.

Pembicaraan mereka mengalir begitu saja. Dari Mbok Sum yang menceritakan masa kecil Dave dan Karin seperti apa hingga Cynthia yang menceritakan keluarganya. Sesekali mereka berhenti berjalan sejenak di tengah-tengah pembicaraan mereka hingga akhirnya mereka duduk di kursi yang ada di taman sambil menyesap secangkir teh manis hangat dan memakan biskuit untuk mengganjal rasa lapar.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul enam sore yang menandakan sudah tiba saatnya si pemilik rumah memasuki kediamannya. Yang Mbok Sum tahu Dave selalu pulang tepat waktu dan tidak pernah lagi lembur sejak Cynthia ada di rumahnya. Ketika ditanya apa penyebab majikannya itu selalu pulang tepat waktu, Dave selalu mengalihkan pembicaraan atau seperti pura-pura tidak mendengar ucapan Mbok Sum. Wanita paruh baya itu menyadari pasti ada sesuatu yang terjadi pada Tuannya itu karena Dave tidak pernah bersikap seperti itu. Namun meskipun Mbok Sum yakin 100% akan kebenaran firasatnya, Mbok Sum masih ragu mengatakannya kepada gadis di sebelahnya. Biarlah nanti Dave saja yang memberitahukannya ke gadis itu, pikirnya.

Suara pintu gerbang yang dibuka dan mobil yang memasuki pelataran terdengar hingga ke taman tempat Cynthia dan Mbok Sum berada. Mendengar suara yang sangat dihafalnya itu, Mbok Sum segera menghilangkan pikiran-pikirannya tentang Dave. Dengan segera Mbok Sum meletakkan cangkir dan toples biskuit ke atas nampan. Dengan senyuman yang menular itu Mbok Sum mengajak Cynthia untuk masuk ke dalam rumah. "Ayo masuk ke dalam Non," ajaknya.

Cynthia mengangguk. Ia berjalan beriringan dengan Mbok Sum menuju dapur. Keduanya lalu berpisah disana dikarenakan Mbok Sum yang harus kembali mengerjakan pekerjaannya sedangkan Cynthia harus kembali ke dalam kamarnya karena sebentar lagi akan dihidangkan makan malam untuknya disana.

Selang beberapa saat setelah Cynthia memasuki kamarnya, terdengar suara derap langkah yang mendekati kamarnya. Semula ia mengira salah satu ART Dave akan mengirimkan makan malam padanya namun ia merasa ada yang berbeda dari suara langkah kaki itu. Suara itu terdengar seperti derap langkah seseorang dengan sepatu pantofel.

Tidak mungkin bukan Dave meminta "itu" sebelum ia menghabiskan makan malamnya, bukan?

Suara gagang pintu yang diputar menggema memenuhi ruangan itu. Sesosok pria tampan nan tinggi muncul di tengah-tengah pintu kamar Cynthia.

Dengan wajah kebingungan Cynthia menatap Dave yang masih berpakaian rapi, menggunakan setelan jas, celana kain dan sepatu pantofel mengkilapnya. Tidak seperti biasanya, batinnya. Biasanya Dave akan menghampirinya dengan pakaian yang berbeda. Kimono handuk.

Menghiraukan raut bingung wajah Cynthia, Dave mengajak wanita itu keluar dari kamarnya. "Ayo, keluar." Perintahnya. Ya, perintah. Semua ucapan yang keluar dari bibir Dave adalah perintah yang harus dipatuhi. Sudah beberapa kali Cynthia tidak mengindahkan perintah itu dan merasakan akibatnya sehingga ia tidak ingin lagi membantah Dave.

One Shot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang