Ex Lover (1)

17.7K 302 22
                                    

Cherry menangis sepanjang perjalanan menuju ke apartemennya. Lagu yang terputar di radio mobilnya seakan menambah suasana sedih di hatinya. Air matanya seakan tidak mau berhenti keluar dari kedua bola matanya meskipun Cherry sudah mencoba menghentikannya beberapa kali.

Seandainya saja dia sudah tidak memiliki perasaan pada Richard pasti dia tidak akan bersedih saat ini. Atau seandainya saja Clarissa tidak memiliki perasaan pada Richard sudah pasti tadi Cherry akan menerima Richard kembali ke pelukannya.

Stupid!

Cherry menggerutu dalam hati. Bisa-bisanya dia berpikiran seperti itu padahal jelas-jelas dia tahu bahwa perasaan tidak bisa disalahkan. Cinta bisa datang kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja.

Mungkin keberuntungan memang belum berpihak padanya atau bisa jadi Richard memang bukan jodohnya seperti yang dia yakini selama ini. Cherry menghembuskan nafasnya dengan berat. Kenapa percintaannya harus serumit ini?

***

Keesokan harinya Cherry terbangun dengan mata yang bengkak. Dengan panik ia menuju ke lemari es dan mengambil dua sendok besi yang memang disiapkannya untuk keadaan darurat seperti saat ini. Setelah matanya agak kempes, Cherry lalu bersiap-siap menuju ke kampusnya. Ia harus terlihat baik-baik saja di mata Richard karena ia yang menolak pria itu.

Sesampainya di kelas yang dituju, Cherry melihat Clarissa sudah duduk di kursi yang biasa ditempatinya. Gadis itu memang selalu datang lebih awal daripada dirinya. Dengan memasang senyum lebarnya Cherry berjalan ke arah Clarissa dan duduk di sebelahnya.

"Senyum-senyum aja dari tadi. Ada apa nih?" Goda Cherry karena sedari tadi sahabatnya itu senyum-senyum menatap layar smartphone-nya. Orang yang digoda akhirnya sadar bahwa sahabatnya sudah duduk di sebelahnya.

Dengan senyum lebarnya Clarissa mulai menceritakan kebahagiannya. "Kemaren gue ditembak sama Richard, Cher. Lo bayangin seberapa bahagianya gue kemaren."

Seketika itu juga jantung Cherry seperti tersambar petir. Ia membeku, speechless. Ia benar-benar tidak menyangka Richard akan menuruti apa yang ia perintahkan kepada pria itu semalam. Mengapa pria itu begitu tega kepadanya?

"Cher? Kok lo bengong sih?" Tanya Clarissa menyadarkan Cherry dari lamunannya. "Eh sorry sorry gue cuma masih shock aja dengernya." Jawab Cherry diakhiri dengan senyum kecilnya.

"Terus lo terima dia kan?" Tanya Cherry penasaran padahal dia sendiri sudah tahu pasti jawaban Clarissa. Ya iyalah mana mungkin Clarissa menolak Richard!

Seperti dugaan Cherry, Clarissa mengangguk dengan semangat. Selanjutnya mengalirlah cerita tentang kronologi kejadian semalam dari bibir Cherry. Tanpa Clarissa tahu Cherry menderita setiap detiknya mendengar cerita itu.

Setelah selesai bercerita, Cherry langsung memberikan ucapan selamatnya untuk gadis itu. Setelah tiga tahun lamanya memendam perasaan untuk Richard akhirnya perasaan Clarissa terbalaskan juga. "Congrats ya Sa, gue seneng banget dengernya."

Clarissa menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Thank you Cher." Katanya sebelum memeluk sahabatnya itu.

"Ceritain dong gimana lo ditembak sama si Richard." Pinta Cherry setelah mereka melepaskan pelukan mereka. Jujur saja ada rasa penasaran yang teramat besar yang dirasakan Cherry.

Clarissa tersenyum malu-malu mendengar permintaan Cherry. Pikirannya kembali melayang ke malam yang indah itu. "Jadi ceritanya tuh-"

"Selamat pagi." Potong Pak Hadi, membuat Cherry dan Clarissa mengerucutkan bibirnya karena kesal.

***

Akhirnya kelas Bahasa Indonesia Cherry dan Clarissa selesai juga. Setelah kelas selesai, Seperti biasanya saat jam makan siang Cherry, Clarissa dan Richard akan berkumpul di kantin. Tidak terkecuali untuk hari ini.

One Shot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang