Between Love & Hate (1)

8.8K 267 16
                                    

Halo...
Sorry baru sempat update nih
Semoga sukaa
Kritik & sarannya ditunggu ya
Oh ya sorry ya kalo blm bisa balesin comment kalian satu persatu :(
Enjoy!

Chrysan akhirnya kembali lagi ke negara kelahirannya setelah dua tahun lamanya menetap di Korea Selatan. Jika bukan karena kakeknya yang sedang kritis, perempuan itu tidak akan menginjakkan kakinya kembali di Jakarta. Kenangan buruk tentang pria itu membuatnya bersumpah tidak akan pernah kembali ke Indonesia. Dan dengan terpaksa kini ia harus mengingkarinya.

Sambil menghela napas Chrysan beranjak meninggalkan bandara internasional Soekarno-Hatta. Taksi yang membawanya mengantarkannya langsung menuju ke rumah sakit tempat kakeknya dirawat. Lebih sialnya lagi rumah sakit yang akan ditujunya adalah milik keluarga pria itu.

Dalam hati Chrysan merasa kesal setengah mati pada ayahnya yang memilihkan rumah sakit untuk kakeknya. Disisi lain Chrysan juga merasa takut jika harus bertemu lagi mengingat kemungkinan mereka bertemu cukup besar. Apa yang harus ia lakukan di depan pria itu? Bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa diantara mereka? Ramah seperti sahabat lama?

Tak terasa taksi yang ditumpangi Chrysan telah sampai di rumah sakit. Karena terlalu larut dalam pikirannya Chrysan sampai tidak memperhatikan jalanan. Tak ada lagi waktu untuknya memikirkan harus bersikap seperti apa jika bertemu dengan pria yang tak lain adalah mantan suaminya.

Kembali menghela napas panjang, Chrysan melangkah dengan percaya diri menuju lift. Ketika lift menunjukkan angka lantai yang ditujunya, ia segera keluar dari sana. Perempuan itu lalu berjalan menyusuri lorong menuju kamar VIP kakeknya.

Belum sampai di kamar yang dicarinya, Chrysan terpaksa menghentikan langkahnya. Damn! Dari kejauhan Chrysan melihat sosok pria yang paling dibencinya tengah berbincang bersama ayahnya. Sebelum siapapun melihatnya, Chrysan membalikkan badannya secepat kilat. Namun Chrysan terlambat. Ibunya ternyata lebih cepat dari kilat. Sekuat tenaga dikerahkan wanita paruh baya itu untuk meneriakkan namanya.

"Chrysan! Kamu mau kemana?"

Jeritan ibunya menghentikkan rencana kabur Chrysan seketika itu juga. Dengan enggan Chrysan kembali membalikkan badannya. Sang ibu yang semula duduk kini sudah berdiri di samping ayahnya sambil menahan amarahnya.

Mau tak mau Chrysan menuntun kakinya menuju ke arah ibunya berada. Untuk mengurangi rasa malunya Chrysan melangkah dengan percaya diri seolah-olah tidak pernah ada acara kabur yang dilakukannya.

"Mama, Papa." Chrysan mencium pipi orang tuanya bergantian. Sesaat mereka saling melepas rindu setelah lima tahun lamanya tidak bertemu.

"Mana Michael?" Tanya Chrysan setelah menyadari ketidakhadiran adik satu-satunya itu.

Dave menjawab, "Dia di rumah, banyak tugas katanya."

Chrysan mendengus tak percaya. Cih dasar alasan saja anak itu, batinnya.

"Oh ya bagaimana kabar Opa?" Tanya Chrysan khawatir. Penyakit komplikasi yang diderita Opa membuat kesehatan pria lanjut usia itu menurun drastis sejak beberapa tahun terakhir.

"Masih kritis. Kemungkinan Opa tidak bisa bertahan lebih lama lagi."

"APA?!" Teriak Chrysan tak percaya. Perkataan ayahnya barusan membuatnya sangat syok. Refleks ia berjalan menuju ke pintu kamar Opa namun pergerakannya dengan cepat dihentikan oleh ibunya.

"Nanti dulu. Kamu harus menyapa Keenan dulu." Bisik Cynthia, ibu kandung Chrysan. Sontak Chrysan membelalakkan matanya menatap Cynthia. Namun Cynthia mengabaikannya dan justru terus memaksa anaknya menyapa mantan menantunya dengan memutar tubuhnya menghadap Keenan.

One Shot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang