Imprisoned by The Beast (1)

18.1K 416 9
                                    

Cynthia tak menyangka hari itu ketika ia hendak pulang selepas kuliah seperti biasa menjadi hari terakhirnya menghirup udara luar. Cynthia diculik oleh sekelompok orang saat ia baru saja turun dari bus yang menuju ke rumahnya.

Cynthia berteriak meronta-ronta setelah ia sadarkan diri. Kedua pergelangan tangannya terikat kuat pada tiang di sisi ranjang yang ditempatinya begitu juga dengan kedua kakinya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya. Pikiran-pikiran tentang penjualan organ atau human trafficking memenuhi otaknya. Cynthia semakin histeris hanya dengan memikirkannya.

Entah karena suara jeritannya atau tidak, sesosok pria muncul dari balik pintu kamar itu secara tiba-tiba. Seketika itu juga Cynthia terdiam seribu bahasa. Tanpa memakai penutup wajah apapun, dari kejauhan Cynthia dapat melihat dengan jelas wajah pria itu. Pria itu. Cynthia mengenal pria itu.

Pria itu adalah kakak kandung Karin, sahabat karibnya!

"Kenapa? Kaget ya?" Dengan angkuhnya pria itu berjalan mendekati Cynthia. Tiba-tiba saja Cynthia seperti baru pertama kali bertemu pria itu. Sikap pria itu seakan berubah 180 derajat dengan yang ia tahu selama ini.

"Kak aku minta maaf kalo aku salah tapi please lepasin aku." Mohon Cynthia dengan wajah memelas.

Dave—pria itu—tidak menunjukkan niatan untuk membebaskan Cynthia sama sekali. Pria itu justru tersenyum miring mendengar Cynthia yang mengemis meminta dibebaskan. Ia kemudian melipat kedua tangannya sebelum mendekatkan wajahnya ke wajah mungil perempuan itu.

"In your dream." Ejek Dave tanpa belas kasihan. Ia dapat melihat raut wajah ketakutan yang ditampilkan Cynthia. Setelah puas melihatnya, Dave memundurkan wajahnya menjauhi wajah sahabat adiknya.

"Lo tau kenapa lo gue culik?"

Dengan santai Dave berjalan mondar mandir mengitari ruangan itu—lebih tepatnya mengitari Cynthia—seraya melepaskan dasinya lalu membuangnya sembarangan. Kini ia membuka satu per satu kancing kemejanya tanpa melepaskan pandangannya pada gadis itu.

"Please jangan Kak. Please lepasin aku."

Ketakutan mulai menyelimuti Cynthia sepenuhnya. Ia menggerakkan kedua tangannya dengan histeris walau hal itu menyakiti pergelangan tangannya. Gadis itu tahu sebentar lagi bukan organnya yang akan diambil tapi keperawanannya. Setetes air mata jatuh di pipinya tanpa ia sadari disusul dengan tetesan-tetesan lain.

"Ini semua karena kakak lo." Ujar Dave memberi penekanan pada kata "kakak" sambil membuang sembarang kemejanya. Dave menolak menyebut nama bajingan itu dengan bibirnya. Nama pria itu tidak pantas disebutkan olehnya.

Dave belum selesai bicara. Pria itu sekarang hendak melepaskan sabuk yang melilit di pinggangnya. "Bajingan itu udah perkosa Karin sampai hamil terus dia lari gitu aja tanpa tanggung jawab."

"Nggak, nggak mungkin." Cynthia menggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya kakaknya melakukan hal tak terpuji seperti itu. Selama ini kakaknya taat beragama dan selalu berperilaku baik dimanapun dan kapanpun.

"Akibatnya apa? Karin bunuh diri." Ada kemarahan dalam kalimat itu. Mata hitam Dave pun tidak bisa berbohong. Pria itu sangat marah saat ini. Ia marah ketika mengingat adiknya yang tidak dapat diselamatkannya.

Dave berhasil melepas sabuknya dari tempatnya. Tangannya sekarang beralih menuju ke celana panjang yang dipakainya. "Asal lo tahu kakak lo itu nggak sebaik yang lo pikir." Jelasnya. Urat-urat di wajahnya bahkan tertangkap jelas di mata Cynthia yang saat ini menatap takut pria itu.

"Kakak lo itu bajingan! Binatang!" Cynthia terus menangis dan menggelengkan kepalanya menolak mentah-mentah informasi yang baru di dengarnya. Ia ingin menyangkal semua tuduhan yang dilayangkan Dave pada Rendi, kakaknya, namun ia harus mendengar semuanya langsung dari Rendi sebelum ia percaya semua yang dikatakan Dave.

One Shot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang