Be(d)st Friends Forever (1)

78.2K 777 20
                                    

"Ra mandi yuk!"

Merasa namanya dipanggil, Clara mengangkat wajahnya dari layar ponsel yang digenggamnya dan beralih menatap Darren yang tiba-tiba sudah ada di depannya. Sejak kapan makhluk yang satu ini pulang?

Darren masih berdiri menatap Clara yang tampak memikirkan ajakannya barusan. Beberapa detik berlalu namun Clara seperti tidak memiliki niat untuk membuka mulutnya.

Tanpa berbasa-basi lagi Darren memutuskan untuk menarik tangan Clara. "Ah kelamaan mikir, ayo buruan udah lengket semua nih badan gue!"

Clara tidak protes. Keduanya lalu berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar milik Darren. Kamar mandi itu berukuran luas dan bernuansa serba putih dan gold, warna kesukaan Darren. Terlihat simple namun tetap elegan.

Setelah mereka sampai di depan bathtub, Darren melepaskan genggamannya pada Clara. Pria itu langsung membuka seluruh pakaiannya hingga tidak ada satu helai benangpun yang menempel di tubuhnya. Tangannya lalu menggapai keran dan memutarnya agar bathtub tersebut terisi dengan air hangat.

Sementara itu Clara masih terdiam di tempatnya sambil mengamati gerak-gerik Darren. Selama ini mereka hanya "bermain" di atas ranjang. Aneh rasanya jika mereka akan melakukannya di bathtub, pikirnya. Atau justru malah menyenangkan?

"Clara?"
"Clara!"

Clara tersigap dari lamunannya. Dia menatap Darren dengan pandangan bingung namun Darren hanya mengisyaratkan Clara untuk melepas seluruh pakaiannya dan bergabung dengan Darren di dalam bathtub dengan kode matanya.

Tanpa protes Clara menuruti Darren dan melangkah masuk ke dalam bathtub yang sudah terisi setengah itu. Clara lalu memposisikan dirinya diatas tubuh Darren dan duduk dipangkuannya. Tubuhnya sedikit menegang ketika merasakan sesuatu yang keras di bawahnya. Semua cowok emang sama aja dimana-mana, batinnya.

Darren yang sudah rindu berat dengan Clara tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memeluk perut rata Clara dari belakang. Hari ini ia lelah sekali dengan semua urusan kantornya. Ia butuh Clara untuk mengisi ulang tenaganya yang banyak terkuras seharian.

Menyadari Clara yang sejak tadi menutup rapat mulutnya, Darren pun memutuskan untuk bertanya. "Lo kenapa, Ra? Tumben amat diem terus."

Clara menoleh ke belakang, matanya bertatapan langsung dengan mata hitam legam milik Darren yang entah kenapa tampak bercahaya diantara keremangan yang menyelimuti ruangan itu.

"Nggak papa gue cuma banyak pikiran aja," kata Clara.

"Kalo ada apa-apa cerita aja. Jangan dipendem sendiri ntar lo sakit lagi." sahut Darren.

Clara hanya menggumam menanggapi ucapan Darren barusan. Sejak dalam perjalanan pulang dari kantor sampai ke apartemen Darren tadi memang dirinya kembali memikirkan hubungannya yang tidak sehat dengan Darren. Pikirannya berkecamuk menanyakan satu hal yang sama berulang-ulang kali. Apa gue stop aja?

Tapi berkali-kali pula jawabannya tetap sama. Tidak. Clara sudah terlalu nyaman dengan Darren dan dia merasa kebutuhan fisiknya sangat terpenuhi bersama dengan Darren. Begitu juga dengan Darren. Tetapi bagaimana nanti jika keduanya nanti memiliki pacar suatu saat? Pasti keduanya harus mengakhiri hubungan ini kan? Apalagi saat ini dia merasakan sesuatu yang lebih untuk Bima.

Saat tengah memikirkan hal yang sedari tadi mengganjal hatinya, tiba-tiba saja tangan kekar Darren menyentuh dahinya lalu mendorongnya ke belakang, membuat Clara bersandar pada Darren. Wajah mereka sangat berdekatan hingga Clara dapat mendengar suara hembusan nafas Darren. Darren lalu meleteakkan kepalanya diatas bahu polos Clara hingga tidak ada lagi jarak yang menghalangi keduanya.

One Shot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang