Jahil

22 6 0
                                    

"Haii sisilllll..."

"Tumben ga manggil gue panu?!" tanyaku bentak pada candrawinata, sang manusia usil bagiku.

"Gue lagi baik aja sama lohhh, oh iya si bilbil mana si? Kok princes nya ditinggal sendirian gini.." tanya candra sambil menengok kearah kursi nabila, teman sebangku ku.

"Ketua PMR ya sibuk! Emang nya elo ga punya kesibukan." cetusku saat itu.

"Lo galak bener jadi cewe," sambil berjalan memutar kedepan dan duduk disebelahku.

"Ih lo ngapain duduk disini sihhh... Sana deh gw mau makan candrawinata!!!" bentakku sambil mendorong halus dia, sorry can.

"Ya allah tuhanku kenapa bidadari ini mengusirkuu selalu, apa salah pangeran ya allah..." ucapnya seolah-olah berdoa dengan membuka telapak tangannya, dasar gila...

(Dan kau tau can, aku sangat menyesal mengusirmu dari sebelahku. Sekarang yang aku rasakan, aku tak bisa lagi duduk disebelah tubuhmu. Sekarang aku hanya bisa duduk disebelah batu nisanmu. Maafkan aku candrawinata.)

"Rey lo kemana aja sih...!" teriakku pada rey yang baru saja masuk ke kelas.

"Apaan dah," jawabnya cuek, ya memang rey itu orangnya sangat masa bodo.

"Ini temen lo ngusilin gw terus, tau gak sih!" ucapku sambil menyubit tangan candra yang masih duduk disebelahku.

"Aww--- yaudah deh karena pangeran diusir bidadari jadi pangeran ngalah aja ya... Selamat makan bidadariku." ucapnya halus lalu kembali ketempat duduknya menemui rey.

(Maafkan aku can, karena aku selalu mengusirmu dan membentakku. Sekarang aku sangat menyesal telah melakukan itu semua padamu.)

-0-0-

"Hai siel, sorry ya lama..." ucap nabila kemudian ia duduk ditempatnya bersamaku.

"Iya lo lama bangeud deh, gw di gangguin terus tuh sama manusia absurd." ucapku sambil menoleh sekejap ke arah candra.

"Bil..bil.. Masa pangeran duduk sama bidadari malah diusir dong, parah ga bil." ucapnya halus sambil mengetuk-ngetuk pundak nabila.

"Pangeran mana ada jelek!" ucapku ketus.

"Lo gamau ngakuin banget gue cakep si." jawab candra menatapku sinis sambil menompang dahu.

(Maafkan aku candra, aku selalu enggan untuk mengatakan kamu sangat tampan. Aku sangat sadar saat itu bahwa kamu yang paling tampan, tapi aku tau, kamu sangat kepedean.)

-0-0-

"Yak anak-anak terimakasih atas perhatiannya ibu akhiri pembelajaran hari ini, dan selamat istirahat." tutup guruku mengakhiri pembelajaran dan ia pun segera keluar dari kelasku, akhirnya bisa bernafas dengan lega...

"Eh siel si pangeran lo ga masuk ya?" tiba-tiba nabila menanyakan hal aneh kepadaku, dan aku ingat sesuatu?

"Oh iya si candrawinata pangeran kodok kemana ya? Ko ga ribut?"

"Rey... Candra kemana sih?" ucapku membalikan badan kearah rey yang sedang asik main game.

"Gatau gua, ada urusan kali." jawab rey singkat.

(Yasudahlah, hari itu adalah hari dimana candra izin untuk kedua kalinya. Entah kemana dia sampai sekolah pun harus izin, apakah sangat genting? Saat itu aku selalu percaya jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh rey. Tapi terkadang aku juga khawatir takut terjadi apa-apa dengannya. Ah apaan aku ini.)

-0-0-

Sampai pada hari ketiga candrawinata izin lagi, aku sampai heran. Ini kan belum libur, tapi kok sudah mendahului saja sih?

"Rey temen lo ga masuk lagi?"

"Ada urusan sillll." jawab rey tapi matanya masih menatap game.

"Sepi banget." ucapku menggerutu.

"Coba lo hubungin si candra, timbang nanya kabar doang gengsi banget sih." suruh nabila, mungkin hanya nabila yang tau bahwa perasaanku pada candra lebih dari teman bertengkar. Padahal aku tak pernah menceritakan hal tersebut kepadanya, tapi mungkin ia juga tau gerak-gerik tingkahku.

"Ye ya kaga lah." ucapku meng-tidak-an, gengsi dong masa cewe yang ngabarin duluan.

"Cowonya bodo amat, cewenya gengsi. Cocok kalo jadi suami istri." celetuk nabila.

(Andai dulu aku mengaminkan kata-kata nabila, pasti tak akan seperti ini can. Sangat menyesal aku...)

-0-0-

Sampai pada akhirnya aku pulang kerumah, aku masih saja memikirkan keadaan candra. 'Ah sudahlah mungkin dia sedang liburan dengan keluarganya, kenapa aku yang khawatir' kata hatiku mengatakan seperti itu.

"Sayang kamu kenapa kok diam saja?" tanya mama padaku, mungkin dia melihatku terlalu diam tak seperti biasanya.

"Ma, mama inget ga sama Candra?" tanyaku tiba-tiba.

"Candrawinata...?"

Candrawinata [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang