Part 42 (✓)

22.8K 3.4K 480
                                    

"Acha,"

Acha menoleh pada sosok cowok yang sudah membuat dirinya duduk diatas kursi selama dua jam di dalam kafe sendirian.

Cewek itu menggerutu kesal. Acha menatap cowok itu dengan tatapan tajam, "Kemana aja lo? Gue udah disini nungguin lo selama dua jam!"

Cowok itu mengambil tempat duduk di depannya dan langsung menyambar minuman milik Acha tanpa pamit dan menegaknya hingga tandas.

"Dasar gak tau diri! Udah telat, baru datang main nyerodok minuman orang aja lu!"

"Santai kali,"

"Santai kata lo?" sergah Acha menggebrak meja.

Dia menggaruk kepalanya dan tersenyum lebar tanpa ada rasa bersalah. "Hehe ya maaf, tadi gue kejebak macet,"

Acha memutar bola matanya malas. "Alesan,"

"Ini bukan alasan, tapi fakta."

Cewek itu menarik sudut bibirnya. "Lo emang paling jago ngeles," kata Acha niat menyindirnya.

"Ya iya, namanya juga CEO perusahaan. Harus jago buat alasan supaya klien mau diajak kerja sama." Sombongnya.

"Serah,"

Dia mengelap bibirnya bekas minuman menggunakan tissue, lalu membuangnya dengan melempar tepat masuk ke dalam tempat sampah.

"Kenapa baru sekarang lo baru hubungi gue, beberapa bulan yang lalu kemana aja lu? Udah gak ada kabar, telpon gak diangkat, pake acara ganti kartu lagi, buat apa coba?"

"Buat gue khawatir sama lo? Biar gue mau bantuin lo gitu?"

"Gak ada sangkut pautnya sama lo!" ketus Acha.

"Terus kenapa lo tiba-tiba ada di Jakarta? Pake acara kabur sendirian lagi," tuturnya.

"Terserah gue lah,"

"Ya emang terserah lo Acha. Mau lo jungkir balik di puncak gunung pun gue kagak peduli!"

Acha menaikkan satu alisnya, "Yakin lo gak peduli sama gue?"

"Hm," sahutnya singkat.

"Gak peduli tapi kok nyusul gue kesini," Acha menarik sudut bibirnya.

"Bacot lu ah,"

"Kemana pun gue pergi, buktinya lo selalu jaga gue dari jauh, kan? Ngaku aja deh kalo lu khawatir sama gue."

"Ya karna itu tandanya gue sayang sama lo," dia menatap mata Acha lekat.

Acha malah terkekeh mendengar kata cowok itu. Rasanya begitu menggelikan. "Tumben lu ngomong sayang ama gue,"

"Sekali-kali gak papa lah, supaya lo nurut sama omongan gue,"

"Cih, lo pikir gue bakalan langsung nurut?" Acha menyeringai sembari geleng-geleng kepala.

"Lo emang keras kepala!"

Cowok itu mengangkat tangan memanggil seorang pelayan kafe. Perutnya sudah keroncongan sejak diperjalanan menuju kesini.

"Mbak,"

Seorang pelayan datang ke kursi mereka. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau pesen makan mbak," cowok itu memikirkan menu enak didaftar yang berada di meja.

"Gak perlu ngomong mbak nya juga udah tau kali, namanya juga restoran,pastilah pesennya kalo gak makanan ya minuman, bakal aneh kalo lo datang kesini terus pesen ojek," geram Acha.

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang